Kamis, 28 Maret 2024

Genmuda – Isu suku, agama, ras, dan antar golongan (SARA) di Indonesia emang jadi (sering) sensitif. Bahkan anak Presiden aja bisa kena batunya kalo berani ngomong lantang. Seperti halnya Kaesang Pangarep anak Pak Jokowi, pada Rabu (5/6) lalu.

Video “Bapak minta proyek, dasar ndesoooo….” yang sebenernya diunggah ke YouTube, 28 Mei lalu akhirnya dilaporin polisi. Pelapornya, berinisial MH, ngerasa Kaesang lagi nyebarin kebencian dan jelek-jelekin agama tertentu.

Di awal video itu, Kaesang ngomong kalo pemuda-pemuda yang minta kerja dari orangtuanya yang kerja di pemerintahan tuh sama dengan ndeso (alias kampungan!). Pendapat Kaesang sangat masuk logika dan nasionalis.

via hai.grid.id
(Sumber: hai.grid.id).

Enak ditonton, hingga semua berubah ketika Kaesang mengomentari video anak-anak lagi pawai sambil nyanyiin “Bunuh, bunuh, bunuh si Ahok. Bunuh si Ahok sekarang juga.” Kaesang bilang kalo orang yang ngajarin anak-anak itu nyebar kebencian seperti di video tuh ndeso!

Lebih ‘kepelesetnya’ lagi, Kaesang bilang gini: “Untuk bangun Indonesia lebih baik, kita harus kerja sama. Iya kerja sama. Bukan saling jelek-jelekan, adu domba, kafir-mengafirkan orang lain. Ada lagi kemarin itu yang engga mau mensalatkan padahal sesama Muslim, karena beda memilih pemimpin. Apaan coba? Dasar N***(piiip).”

Ada kata Muslim, kafir, dan n*** (piip) (maksudnya ndeso, tapi disensor bunyi) sehingga doi dilaporin atas tuduhan nyebar kebencian dan penodaan agama.

Ternyata gak jadi diusut

via giphy.com

Laporan itu pun diteliti kembali sama polisi. Setelah menelaah video asli dan laporannya, polisi yang diwakilkan Wakapolri Komjen Syafruddin bilang kalo laporan itu gak bakal dilanjutin.

“Tidak ada unsur (penodaan agama dan penyebaran kebencian). Tidak ada proses (hukum yang akan dilanjutkan),” kata Syafruddin di Kantor Wapres, Jakarta, dikutip Kumparan.com, Kamis (6/7).

Belajar dari kasus yang teryata bukan kasus hukum itu, ada baiknya kamu pertimbangin matang-matang saran Genmuda.com di bawah ini sebelum ngomong atau posting apapun di medsos. Biar apa? Biar gak dibayang-bayangi penyergapan polisi dan penjara.

1. Jauhi banget yang namanya SARA

via bridebox.com

Jangan pernah menyebut istilah apapun yang erat kaitannya sama isu SARA, terutama yang lagi sensitif di masyarakat. Misalnya harus banget ngebahas soal itu, coba cari padanan kata lain, misalnya dengan bilang “Oknum kelompok masyarakat” daripada frontal bilang “anakbuahnya si anu.”

Trik: Gunakan kata “Oknum.”

2. Jangan ngatain orang

Meski kata ndeso bikin semua penonton beberapa acara TV ngakak guling-guling, kata itu tetaplah cengcengan. Berhubung hati orang Indonesia ini ternyata sensitif, jangan ngatin orang lain secara publik via medsos. Kalo mau kritik, ya kritik aja. Tapi jangan cengin. Mungkin kamu bisa cek cara artis ini, ini, atau ini dalam kasih kritik ke orang lain.

Trik: Berikan kritik tanpa ngecengin.

3. Bikin stand-up

via giphy.com

Kalo dipikir-pikir, banyak banget kan stand-up comedian yang kerjanya ngata-ngatain orang dan mengeritik habis sebuah kejadian tapi gak dilaporin polisi. Yang ditangkep juga ada sih, tapi jumlah yang gak ditangkepnya kan lebih banyak.

Trik: Ajak penonton ketawa.

4. Ngundang orang yang lagi diomongin

Ikutin caranya stasiun-stasiun televisi, deh. Ketika pengen mengeritik habis sesuatu, maka stasiun TV ngundang orang yang mengeritik dan yang dikritik. Makanya jarang banget ada acara berita yang dilarang tayang atau sampai dilaporin polisi.

Trik: Udang orang yang dikritik

5. Cari nilai positif dari orang yang dikritik

via tenor.com

Kaesang yang omongannya masuk logika bisa aja ada salahnya. Pasti orang yang lagi doi kritik itu ada positifnya juga, dong. Kalo kebaikan-kebaikan orang yang lagi diomongin ini juga dimunculin, mungkin Kaesang gak bakal dilaporin polisi.

Trik: Jadi perez itu baik

Yaudah, yang penting, sekarang laporan Kaesang gak dilanjutin karena polisi menilai videonya biasa aja. Kamu ambil aja hikmah di balik kasus itu, ya.

https://www.youtube.com/watch?v=Dpw17X5ldJk

(sds)

Comments

comments

Charisma Rahmat Pamungkas
Penulis ala-ala, jurnalis muda, sekaligus content writer yang mengubah segelas susu cokelat hangat menjadi artikel.