Genmuda – Bukan fenomena baru jika kesuksesan sebuah film dapat membuka peluang dalam bentuk sekuel guna menelurkan pundu-pundi pendapatan. Hal inilah yang turut dirasakan oleh film animasi ‘Ice Age’.
Kisah hewan prasejarah ini emang jadi salah satu film animasi sukses sekaligus menjanjikan sejak memulai debutnya di tahun 2002. Walaupun sempat diprediksi kalo ‘Ice Age: Continetal Drift’ (2012) adalah penutup kisah Manny (Ray Romano), Diego (Denis Leary), dan Sid (John Leguizamo), tapi siapa sangka jika Fox Animation dan Blue Sky Studios malah mempercepat perilisan sekuel kelima ‘Ice Age: Collision Course’ di tahun ini, –sebelumnya dijadwalkan rilis tahun 2018.
Seperti trailernya, Scrat (Chris Wedge) tanpa sengaja menemukan sebuah pesawat luar angkasa demi mencari biji ek kesayangannya. (Lagi-lagi) karena obsesi tersebut ‘si tupai kecil’ justru harus pergi mengitari tata surya dan engga sengaja mengirimkan sebuah asteroid besar ke arah bumi. Meski tetap hadir tanpa dialog, peran Scrat di ‘Ice Age’ selalu memancing gelak tawa para penonton.
Monoton dan mudah ditebak
Sementara itu, di bumi Manny masih harus disibukan oleh kisah melow drama keluarga bersama, Ellie (Queen Latifah) dan Peaches (Keke Palmer). Sejalan dengan instalasi waktu pasca ‘Continetal Drift’, Peaches tumbuh menjadi mammoth dewasa dan akan segera bertunangan dengan Julian (Adam Devine).
Dalam aspek jalan cerita penulis merasa jika ‘roh’ dari debut ‘Ice Age’ terasa makin pudar atau bahkan hilang. Wajar, mengingat perjalanan trio, Manny, Sid, dan Diego terus berkembang selama 14 tahun. Hasilnya, porsi jokes yang ditawarkan terasa monoton dan konflik di antara tokoh gampang ditebak.
Berbeda dari empat film sebelumnya, Sid dan Diego seolah hanya menjadi pelengkap di film garapan Mike Thurmeier dan Galen T.Chu. Keduanya bisa dibilang menjadi pemeran pembantu yang sayang buat dibuang gitu aja. Sedangkan Manny berusaha menjadi sosok ayah yang belum siap move on ditinggal putri kesayangannya.
Melawan sejarah dengan cara tak biasa
Meski sejujurnya meteor engga perlu dibelokin dengan cara seribet yang dilakuin Manny cs. Mengangkat tema cerita meteor (yang menabrak bumi) sejujurnya bukan hal baru dalam film. Ditambah unsur cerita sci-fi semacam itu juga punya risiko besar jika dikawinkan oleh cerita komedi kayak ‘Ice Age’.
Untungnya risiko tadi mampu dibuat lebih sederhana lewat sosok Buck (Simon Pegg). Terlebih lagi seorang ahli antariksa dan fisikawan asal Amerika, Neil deGrasse Tyson, turut mengisi suara karakter tersebut saat menjelaskan mission impossible menangkal kiamat prasejarah sehingga terlihat lebih natural.
Terasa belum matang
Sebagaimana penulis singgung sebelumnya, jalan cerita turunan kelima franchise ini terasa sangat ‘cari aman’ atau lebih tepatnya dipaksain. Nyaris engga ada yang istimewa. Apa lagi latar cerita serupa pernah dikemas lebih baik oleh film ‘Good Dinosaur’ (2015).
Di sisi lain pihak studio (mungkin) berusaha melanjutkan nama besar ‘Ice Age’ dengan kembali menggaet musisi top seperti Jennifer Lopez. Selain itu, nama Jessie J juga turut ambil bagian sebagai pengisi suara Brooke,–seekor kungkang betina. Tetapi nama besar kedua musisi tersebut engga terlalu signifikan membantu jalan cerita.
Overall, meski kehilangan segi orisinalitas karakternya, ‘Ice Age: Collision Course’ tetap menjadi film keluarga yang ringan dan menghibur buat Kawan Muda tonton di akhir bulan Juli. “Happy watching!”