Dari Bantu-bantu di Bengkel, Jadi Cleaning Service, Sampai Jadi Musisi, Perjalanan Panjang Piyu Meniti Karir di Industri Musik
Genmuda – Buat sebagian orang, perjalanan karir dan kesuksesan itu harus benar-benar dimulai dari nol dulu. Hal itu pun udah dialamin oleh salah satu musisi kenamaan Tanah Air, Piyu.
Pria bernama lengkap Satriyo Yudi Wahono itu mulai dikenal publik saat doi jadi gitaris band Padi. Kini, walau band yang ngebesarin namanya tersebut lagi vakum, doi ternyata engga ikutan vakum atau menarik diri dari industri musik. Doi justru tengah disibukin dengan proyek kreatifnya sendiri.
Baru-baru ini aja misalnya, pria yang tahun ini bakal genap berusia 43 tahun itu udah ngerilis album keduanya yang bertajuk ‘Best Cuts of Piyu’. Album kompilasi tersebut terdiri dari 11 lagu karyanya yang sempat ngehits pada jamannya, tapi dibawain ulang oleh sejumlah musisi yang sebagian besarnya merupakan jebolan ajang pencarian bakat.
So, mau tahu lebih lanjut soal gimana perjalanan karir seorang Piyu? Yuk, simak hasil perbincangan Genmuda.com bareng doi berikut ini:
Genmuda: Bisa diceritain engga Mas gimana awal mula aktif di industri musik?
Piyu: Kalau secara karir bermusik memang dimulai tahun 1997 ketika bersama dengan Padi. Kami tanda tangan kontrak dengan Sony untuk merilis sebuah single berjudul ‘Sobat’ di tahun 1998. Itu pertama kali kami merilis single dan kemudian kami mulai dikenal.
Awalnya memang begitu banyak sekali perjuangan yang harus kami lewati. Salah satunya adalah saya harus pulang pergi Jakarta-Surabaya karena tempat tinggal atau markas dari teman-teman Padi dulu di Surabaya; kami dulu memang kuliah di Surabaya. Saya menawarkan demo rekaman, kerja cleaning service, sampai jadi krunya Andra dari Dewa 19.
Genmuda: Sebelum sama Padi ‘kan juga sempat sama grup-grup yang lain. Kenapa akhirnya bisa bertahan lama sama Padi?
Piyu: Mungkin waktu grup-grup sebelumnya saya anggap cuma sebagai iseng-iseng atau ajang perkenalan aja. Dulu SMA saya pernah nge-band sama Ari Lasso. Habis itu, saya juga ada beberapa kali bikin band waktu di Surabaya, tapi genre-nya metal dan segala macam.
Itu adalah sebuah bentuk proses pencarian jati diri. Musik apa sih yang cocok sama saya? Apa sih yang bisa jadi pondasi buat karir saya. Saya engga ketemu pondasi karirnya di Surabaya, jadi akhirnya saya memutuskan untuk merantau ke Jakarta tahun 1994-1995.
“Saya jadi cleaning service, kerja di bengkel, dan segala macam.”
Saya memang pergi nongkrong ke studio, cari teman, dan segala macam selama setahun, tapi engga dapetin sesuatu. Saya sempat bikin band juga di sini, tapi engga cocok. Akhirnya saya pulang ke Surabaya dan saya ketemu sama teman-teman Padi.
Saya rasa sih teman-teman Padi waktu itu memang secara musicianship itu bagus. Dari situ saya akhirnya punya keyakinan dan kemantapan kalau inilah band yang saya cari, superband yang saya ingin. Kebetulan setelah satu tahun tinggal di Jakarta saya ternyata punya kumpulan lagu-lagu yang banyak, ada 60-an lagu gitu buat materi rekaman. Kami coba rekaman dan jadilah demo dengan Padi.
Genmuda: Tapi, ‘kan sekarang Padi lagi vakum. Kenapa Mas Piyu mutusin bikin proyek sendiri? Gimana hubungan Mas Piyu dengan teman-teman Padi yang lainnya?
Piyu: Pada saat berkarir, Padi memang engga pernah berhenti sama sekali. Ada yang sakit atau yang lainnya kami harus tetap jalan. Ternyata setelah kami jalani selama 13 tahun, kami akhirnya ngerasa ada sesuatu yang hilang. Kami rasanya chemistry-nya udah engga ada. Dari situ kami kemudian vakum, tapi engga membubarkan diri.
Saat Padi vakum, saya sambil mencari perluasan ide kreatif saya. Saya bikin film, bikin album solo pertama, bikin buku, dan segala macam. Itu sebagai proses peluapan ide kreatif yang engga boleh berhenti.
Genmuda: Jadi, berarti Mas Piyu baru jadi produser, sutradara, penulis, dan segala macam setelah Padi vakum?
Piyu: Engga juga. Saya udah mulai sebagai produser rekaman ketika jadi produser Drive. Habis itu ada Tompi, Armada, Titi Kamal, Citra Scholastika, dan segala macam. Kebetulan waktu itu saya memang bergabung dengan E-motion.
Tapi, produser itu memang profesi saya. Saya selama dengan Padi profesinya juga sebagai artis, musisi, pencipta lagu, dan produser album Padi juga. Dari situ saya akhirnya udah gampang untuk jadi produser artis yang lain. Jadi, saya pertama kali jadi produser di 2005. Sampai akhirnya ketika Padi vakum, saya udah terbiasa jadi produser. Setelah produksi album sendiri dan artis lain, baru saya bikin buku dan produksi film di 2013.
Genmuda: Nah, tadi ‘kan Mas Piyu bilang sempat jadi cleaning service, bisa diceritain lebih lanjut engga Mas soal itu?
Piyu: Menjadi cleaning service waktu itu adalah sebuah kebutuhan untuk bertahan hidup. Saya di Jakarta engga tinggal dengan orang tua, engga tinggal dengan orang yang setia membiayai. Saya tinggal di rumah tantenya teman yang punya bengkel, jadi saya sebisanya harus hidup dan bantu kerja bengkel itu.
Nah, malamnya selesai dari bengkel, saya kerja cleaning service di salah satu supermarket. Saya berangkat jam 10 malam bawa ember dan segala macam untuk ngebersihin. Saya dan teman-teman kebetulan ngebersihin bagian fridge. Kami keluarin semua daging-daging; kami cuci dan bersihin.
Ketika kami pulang, kami diperiksa semua sama satpam ada yang ngambilin daging atau engga. Habis itu, kami baru boleh keluar dan dikasih uang 15 ribu untuk upah.
Genmuda: Lantas, apa pengalaman menarik Mas Piyu selama di industri musik sejauh ini?
Piyu: Pengalaman menariknya ya apa aja bisa saya lakukan. Saya bisa bereksplorasi dan memproduksi dari segala macam genre dari rock sampai R&B, semua tergantung kebutuhan. Saya awal-awalnya ‘kan produser band, tapi kemari lebih banyak artis solo.
Genmuda: Balik lagi ke soal Padi yang vakum gara-gara chemistry-nya udah mulai engga kerasa. Dari Mas sendiri pernah engga sih ngerasa jenuh atau ngerasa main gitarnya udah engga enak lagi?
Piyu: Lebih kepada passion-nya aja. Dulu ketika mau naik ke atas panggung, energinya udah kerasa dari penonton yang segitu banyak. Tapi, lama-lama saya melihat penontonnya semakin banyak dan umur semakin berkembang.
“Yang menikmati musik kita itu siapa? Saya ngerasa udah engga nyaman lagi.”
Penonton lama-lama semakin kelihatan lebih muda dan kayaknya engga mengapresiasi atau apa, cuma asal goyang aja. Saya ngerasa ini kayak bukan di musik saya dan feel-nya kayak palsu. Apalagi kalau acara-acara yang di TV, kami harus tampil di hadapan penonton yang dari segala macam lapisan dan mereka kadang engga tahu lagu-lagu kami.
Selain karena degradasi umur tadi, sekarang juga jamannya penonton-penonton alay. Jadi, saya ngerasa kayak yang nonton kami itu siapa? Yang menikmati musik kita itu siapa? Saya ngerasa udah engga nyaman lagi.
Genmuda: ‘Kan orang-orang udah kenal image Mas Piyu sebagai Piyu Padi, sedangkan sekarang Padi lagi vakum. Gimana tanggapan Mas Piyu?
Piyu: Dari tahun 2009 saya udah bilang panggil saya Piyu aja. Waktu itu saya punya Twitter namanya Piyu Padi, terus saya ganti namanya jadi @piyu_logy. Itu saya sempat di-bully sama Sobat Padi dan sampai sekarang pun mungkin mereka masih mempermasalahkan itu.
Buat saya, nama saya adalah Piyu, bukan Piyu Padi. Apa yang saya lakukan di luar Padi itu adalah karya Piyu, bukan karya Padi. Jadi, ketika saya bersama dengan Padi, saya mengeluarkan ide-ide kreatif saya semua untuk Padi. Ketika saya berjalan sendiri, tidak ada embel-embel Padi yang harus saya bawa. Tapi, itu kadang engga bisa diterima oleh orang-orang yang menganggap bahwa saya engga mau memakai embel-embel Padi dan segala macam. Buat saya, itu adalah konsekuensi yang harus saya jalani.
Genmuda: Terus, sekarang ‘kan pendatang baru juga makin banyak. Apa sih kiat khusus Mas Piyu biar bisa tetap bertahan dan engga kalah saing di industri musik?
Piyu: Saya pikir kuncinya adalah kita harus tetap open-minded dan melihat sesuatu yang baru. Jadi, saya selalu update dan mengikuti juga apa yang ada sekarang, kayak Sam Smith, Ellie Goulding, atau musik EDM. Tapi, saya sekarang engga begitu mengikuti yang band, karena yang band sekarang engga bisa masuk ke era yang lebih masif dan masih kalah sama yang udah tua-tua kayak Metallica, yang masih mendominasi musik rock.
Genmuda: Gimana Mas Piyu memandang atau memposisikan diri Mas Piyu di industri musik Indonesia saat ini?
Piyu: Saya sih cuma pelaku aja. Saya engga pernah mau membayangkan diri saya pada posisi apa. Saya yang penting adalah gimana caranya bisa terus berkarya dan tinggal memainkan peran saya aja. Kalau sekarang peran saya sebagai produser, ya saya harus memaksimalkannya. Kalau peran saya sebagai band atau Padi, ya saya harus memainkannya.
Genmuda: Pandangan Mas Piyu terkait industri musik Tanah Air saat ini?
Piyu: Industri musik Indonesia saat ini sebenarnya semakin lama semakin bagus dari sisi kreativitas dan dari sisi materi lagu maupun aransemen musiknya. Cuma yang memang masih jadi kendala di kita adalah bagaimana kita mendistribusikan atau menjual musik itu ke pendengar.
Saat ini, yang bisa kita lakukan adalah melalui digital. Kalau di luar, penetrasi untuk orang mengkonsumsi musik digital itu udah sangat besar sekali karena mereka mudah untuk membayar lewat PayPal, kartu kredit, dan segala macam. Kalau di sini, berapa sih yang pakai kartu kredit? Anak-anak muda paling kadang pakai kartu kredit orang tuanya.
Untuk CD secara fisik, toko-toko udah banyak yang tutup dan bisa dihitung dengan jari, sedangkan ide-ide para musisi semakin lama semakin beragam dan luas. Jadi, tinggal bagaimana para pelaku industri mengembangkan distribusinya secara langsung.
Genmuda: Selama di dunia hiburan ini ‘kan mungkin juga sempat ada kabar-kabar miring gitu Mas. Prinsip apa sih yang Mas Piyu pegang biar bisa fokus sama karir tanpa terlalu mikirin soal itu?
Piyu: Kalau saya sih mungkin konten apa yang mau disampaikan. Kalau kontennya engga perlu-perlu banget, engga membantu secara karir, dan engga ada gunanya dalam urusan pekerjaan, ya ngapain harus disampaikan?
Apalagi ketika urusan pribadi harus dibuka ke publik, saya pikir ruang publik itu cuma cukup untuk apa yang harus kita lakukan ketika kita berkarya. Privasi engga perlu disampaikan ke ruang publik, itu cukup konsumsi sendiri. Buat saya, ketika kita mau menyampaikan sesuatu, kita jadikan media sebagai corong kebenaran.
Genmuda: Apa sih 5 hal yang orang engga tahu tentang Mas Piyu?
Piyu: Pertama, saya orangnya sebenarnya suka humor. Kedua, saya suka bermain dengan kata-kata. Ketiga, saya bukan orang yang romantis, lain dengan lagu-lagunya. Keempat, saya suka jajan di mana aja, termasuk di pinggir jalan. Kelima, saya suka anak-anak.
Genmuda: Lalu, apa resolusi Mas Piyu di tahun 2016 ini?
Piyu: Saya cuma pengen setiap tahun saya terus berkarya. Paling engga ada beberapa karya yang bisa saya keluarkan, baik itu musik, film, atau buku. Jadi, setiap tahun harus bikin karya dan semakin lama semakin bagus.
Genmuda: Ada rencana atau proyek apa nih Mas untuk ke depannya?
Piyu: Yang paling dekat sih kami akan bikin grand concert untuk album ‘Best Cuts of Piyu’. Jadi, akan ada sebuah konser besar di pertengahan tahun ini setelah mini concert di tanggal 10 Februari. Di situ kami akan membawakan lagu-lagu yang pernah jadi hits dari karya-karya saya.
Genmuda: Terakhir, apa pesan Mas Piyu buat Kawan Muda yang juga mau berkarya?
Piyu: Jangan mudah patah semangat dan selalu yakin dengan apa yang memang kamu yakini. Jangan menghiraukan kata orang tentang musik atau karya kamu karena itu adalah jati diri kamu sendiri. Semakin orang engga percaya sama kamu, semakin besarlah kepercayaan kamu terhadap jati diri kamu. Ketika determinasi kamu tinggi, engga pernah menyerah, bekerja keras, dan memperbanyak jaringan, kamu tinggal menunggu waktu aja.
(sds)