13 Film Nasional Terbaik yang Nunjukin Kualitas Perfilman Tanah Air Gak Boleh Dipandang Setengah Mata
Genmuda – Tepat pada Kamis, 30 Maret 1950, Usmar Ismail dan tim produksi filmnya ngambil gambar pertama “Darah dan Doa” atau “Long March of Siliwangi,” film pertama Indonesia. Enam puluh tujuh tahun kemudian, insan perfilman Tanah Air ngerayain Hari Film Nasional, tepat di Hari Kamis juga.
Karena ketidaksengajaan itu, Genmuda.com yakin kalo ini adalah momen yang pas buat mengenal film-film keren karya anak bangsa. Eits, jangan pandang sebelah mata dulu, karena di bawah ini adalah film-film yang dapet skor di atas 7 dari 10 bintang berdasarkan poling IMDB.
1. Cin(T)a (2009) – Skor: 7,2
Film karya sutradara Sammaria Simanjuntak ini nyeritain cinta antara cowok beretnis Tionghoa-Medan, Cina (Sunny Soon) dan cewek beretnis Jawa, Annisa (Saira Jihan). Hubungan keduanya jelas berjalan sulit lantaran beda agama. Karena berani ngambil tema yang tergolong tabu di Indonesia, film ini sabet penghargaan Skenario Asli Terbaik Festival Film Indonesia (FFI) 2009.
2. Alangkah Lucunya (Negeri Ini) (2010) – Skor: 7,3
Dengan kombinasi bintang senior berpengalaman (Slamet Rahardjo, Tio Pakusadewo, dan Rina Hasyim) dan bintang baru berbakat (Reza Rahadian dan Tika Bravani), film karya sutradara Deddy Mizwar ini raih Skenario Adaptasi Terbaik FFI 2010. Berbagai kenyataan sosial seperti masalah pengangguran, penggusuran Satpol PP, dan anak jalanan disajikan dengan komidi yang nyelekit.
3. Rayya, Cahaya di Atas Cahaya (2012) – Skor: 7,6
Setelah jadi kaya raya, tenar, dan punya pengaruh besar, apalagi yang mau dikejar? Sebenernya, ada banyak asalkan hidup engga materialistis. Itulah pesan penting dalam film karya sutradara Viva Westi yang naskahnya ditulis Emha Ainun Najib. Selain dari naskah yang filosofis, film ini juga pamerin akting Rayya (Titi Rajo Bintang) dan Arya (Tio Pakusadewo).
4. Janji Joni (2005) – Skor: 7,6
Di jaman film bioskop masih diputer pakai gulungan film (film reel) Joni (Nicholas) adalah kurir pengantar film reel yang bertekad mengantar gulungan itu tepat waktu karena ditantang Angelique (Mariana Renata). Berhubung macet Jakarta sangat pelik dan banyak distraksi lainnya, Joni perlu muter otak supaya bisa menangin tantangan itu dan dapet nama cewek yang menantangnya. FYI, film ini ngeraih Best Movie di MTV Movie Award Indonesia (2005).
5. Gie (2005) – Skor: 7,7
Seorang mahasiswa Sejarah UI bernama Soe Hok Gie (Nicholas Saputra) merasa resah sama kondisi pemerintahan Presiden Soekarno era 1950-1965. Seperti tindakan mahasiswa-mahasiswa resah yang tertulis sepanjang sejarah, Gie berdemo dan berpolitik praktis agar politik Indonesia jadi lebih baik. Film karya sutradara Riri Riza ini ngeraih tiga Piala Citra, yaitu film bioskop terbaik, pemeran utama pria terbaik, dan pengarah sinematografi terbaik.
6. Jakarta Maghrib (2010) – Skor: 7,8
Maghrib bukan hanya fenomena religius. Tiap lapisan warga dan komunitas di Jakarta memandang waktu matahari terbenam itu dengan sudut pandang berbeda. Ada yang menganggapnya waktu menyelesaikan kerja, ada pula yang menganggapnya sebagai waktu kunjung pacar. Pada akhirnya, masing-masing sudut pandang itu bermuara ke satu tempat.
7. Laskar Pelangi (2008) – Skor: 7,8
Film adaptasi novel karya Andrea Hirata ini termasuk box office Indonesia yang sukses berat. Dengan modal setara dengan 890 ribu dolar AS, filmnya ngeraup pemasukan hingga 16,6 juta dolar AS. Belum lagi dapet Best Film FFI 2009 dan Golden Butterfly Award dari festival film anak dan remaja Iran, sekitar 2009. Itu semua pasti berkat plotnya yang nyeritain kisah 10 anak Belitung memperoleh pendidikan.
8. The Raid 2 (2014) – Skor: 8
Silakan protes sebesar-besarnya kalo menurut kamu film ini bukan termasuk karya tanah air karena disutradarai Gareth Evans dari Wales. Genmuda.com yakin film full-action ini patut masuk daftar film tanah air karena diisi jajaran aktor-aktris dalam negeri. Dengan tema besar ngelawan polisi korup, film ini bikin Indonesia bangga karena ngeraih Best Foreign Language Film di ajang Florida Film Critics Circle 2014.
9. Istirahatlah Kata-Kata (2016) – Skor: 8
Film yang di mancanegara dikenal dengan judul “Solo, Solitude” ini ngeraih review bagus (banget) dari hollywoodreporter.com, bikin penonton di Rotterdam terkesima, hingga dapet penghargaan Golden Hanoman Awards di Jogja Asian Film Festival 2016. Semua berkat sutradara Yosep Anggi Noen yang mampu membungkus kisah Wiji Thukul (Gunawan Maryanto) diasingkan dari Jawa ke Kalimantan karena banyak mengeritik pemerintah lewat puisinya.
10. Cahaya dari Timur (2014) – Skor: 8,4
“5 tahun konflik, ribuan korban berjatuhan. Sebuah tim sepakbola menyatukan mereka.” Sebuah masterpiece Angga Dwimas Sasongko yang ngeraih Best Film di FFI 2014 dan Best Feature Film di Maya Awards 2014. Filmnya direkam sepenuhnya dengan bahasa Ambon dan nampilin aktor-aktris Maluku, sehingga feel-nya dapet banget.
11. Cek Toko Sebelah (2016) – Skor: 8,5
Siapa sangka Ernest Prakasa yang biasa ngelawak bisa bikin film drama yang mengaduk-aduk perasaan? Doi berusaha ngasih tau realita hidup orang Tionghoa Indonesia. Susah-susah kuliah tinggi-tinggi dan dapet pangkat bagus, ujung-ujungnya bekerja di toko orangtua sendiri. Konflik rumah tangga yang muncul di film ini bikin sedih.
12. Athirah (2016) – Skor: 8,7
Hati-hati nonton film drama ini karena hubungan Athirah (Cut Mini) dan keluarganya bikin sedih. Tapi, untung ada Ucu (Christoffer Nelwan), sang anak yang setia mendukung ibunya. FYI, film ini diangkat dari segelintir kisah nyata yang dialami Wakil Presiden Jusuf Kalla dengan ibundanya semasa kecil.
13. Surga yang tak Dirindukan (2015) – Skor: 9,3
Gimana susahnya nasib seorang cowok beristri yang perlu menikahi cewek lain yang depresi berat demi menyelamatkan nyawa cewek itu? Mungkin, kombinasi antara susah, sedih, dan pilu. Yang jelas, jauh dari kata senang. Untunglah, Kuntz Agus berhasil menyutradari naskah rumit karya Asma Nadia itu dengan baik. (sds)