Jum'at, 19 April 2024

Genmuda – Selain bikin degdegan sampe nimbulin trauma kecil, film horor juga berpengaruh sama bisnis di dunia nyata. Film “It” (2017) contohnya. Pennywise, badut seram di film karya sutradara Andres Muschietti itu bikin bisnis badut dunia nyata lesu.

Hollywoodreporter.com ngelaporin kalo beberapa acara pribadi, sekolah, dan perpustakaan bahkan sampe ngebatalin pemesanan badut sulap dan menggantinya dengan hiburan lain di waktu mepet. Itu dilakuin karena panitia khawatir pesertanya pada trauma ngeliat badut.

Akibatnya, banyak jasa badut sulap sepi peminat selama seminggu penuh. Berbagai asosiasi badut bahkan berdemonstrasi buat bersihin nama baik dan ngembaliin citra positif mereka. Badut yang sebenarnya bukanlah pembunuh sadis yang mengincar anak-anak. Begitu pesan yang ingin disampaikan.

Selain film “It,” sebenernya ada beberapa film horor yang punya efek serupa. Gara-gara filmnya diolah dengan bagus dan booming, para penonton jadi trauma pada sesuatu yang pada akhirnya bikin bisnis pada kerepotan. Contoh dan cerita lengkapnya liat aja di bawah ini.

1. “The Blair Witch Project” (1999)

Film garapan Sutradara Daniel Myrick dan Eduardo Sanchez ini rilis perdana di Sundance Film Festival 1999, dan langsung dapet standing ovation. Naskahnya nyeritain tentang tiga orang pembuat film pendek yang sedang menelusuri cerita rakyat mengenai siluman penyihir di area Burkittsville, Maryland, Amerika Serikat.

Satu adegan menampakkan sebuah kuburan yang emang ada di Burkittsville. Setelah film ini rilis secara publik, pertengahan 1999, area pekuburan itu dikunjungi banyak turis. Karena gak ada toko oleh-oleh, para pendatang ngambilin papan pengumuman di area pekuburan itu sebagai cendera mata.

Pemkot Burkittsville pun harus bolak-balik ngeluarin anggaran kota untuk masang papan “Selamat Datang” baru. Selain itu, walikotanya selalu dibanjiri surat fisik dan elektronik yang nanyain soal kebenaran kisah dalam “The Blair Witch Project.” Turis pada penasaran tentang keberadaan siluman penyihir yang diceritain itu.

2. “The Amityville Horror” (2005 dan 1979)

Sejak pembunuhan Keluarga DeFeo, Desember 1975, rumah yang beralamat di 112 Ocean Avenue, Amityville, New York, AS kosong selama 13 bulan. Sampe akhirnya, keluarga Lutz berminat beli rumah klasik ala Kolonial Belanda seharga 80 ribu dollar AS itu sebagai rumah pertama mereka.

Namun sayang, pembunuhan membuat rumah itu berhantu sehingga keluarga Lutz gak bisa hidup dengan tenang. Seperti halnya pemilik 112 Ocean Avenue itu di dunia nyata. Yoi. Pembunuhan sadis di rumah itu benar-benar terjadi dan tempatnya pun selalu dijual lagi karena penghuninya gak ada yang betah.

Karena film yang nyeritain kehororan rumah itu laris, banyak orang berkunjung. Bukan buat beli rumahnya, melainkan buat liat-liat dan foto-foto doang. Developer rumahnya ogah ngurusin turis dan buang-buang tenaga. Oleh karena itu, mereka mengganti alamat rumahnya jadi 108 Ocean Ave.

Bayangin betapa repotnya ngurus administrasi, bayar pajak, dan biaya-biaya lain untuk mengurus penggantian alamatnya hingga tingkat Negara Bagian.

3. “Hostel” (2005)

Sutradara Eli Roth bukan cuma bikin sebuah bisnis kerepotan. Karya doi yang berjudul “Hostel” sampe bikin Pemerintah Slovakia murka, loh. Soalnya, film horor itu nyeritain tentang pembunuhan sadis yang berlangsung di sebuah hotel yang awalnya dikira hotel hiburan plusplus, ternyata malah rumah jagal.

Kepada media-media dunia, Linda Heldichova yang pada saat itu menjabat sebagai Menteri Pariwisata Slovakia menyampaikan kekesalannya. “Film ini sangat menodai reputasi negara kami. Semua film sadis itu sama sekali tidak mencerminkan kondisi pariwisata kami,” kata Heldichova dikutip BBC.co.uk.

Ibu Menteri juga murka akibat cewek-cewek Slovakia ditampilin sebagai cewek cantik yang bisa “dibeli murah.” “Bagi kami, itu adalah bukti warga Amerika Serikat sangat tidak paham kondisi sosial yang terjadi di negara lain,” kata Heldichova.

4. “The Conjuring 2” (2016)

Sebanyak 262 bioskop di Prancis terpaksa nurunin “The Conjuring 2” dari jadwal penayangan untuk menjaga keselamatan staff dan para pengunjung. Beberapa hari sebelumnya, sejumlah penonton film garapan James Wan itu dilaporkan “tertawa gelak,” “menjerit histeris,” dan bertindak membabi buta. Dengan kata lain, kesurupan.

Peristiwa tersebut membuat bioskop-bioskop Prancis kehilangan kesempatan untuk meraup keuntungan dari film yang nembus box office seluruh dunia dengan pendapatan setara 276 juta dollar AS.

5. “Jaws” (1975)

Meski begitu, efek film horor di atas masih gak ada apa-apanya dibanding film Jaws. Sutradara Steven Spielberg nyeritain soal suasana santai di pantai berubah jadi suram gara-gara serangan hiu putih. Meski engga pake efek kamera jaman sekarang, film itu sukses nampilin adegan berdarah-darah.

Gara-gara itu, pengunjung pantai di seluruh dunia berkurang drastis. Sebanyak 43% anak di bawah 13 tahun yang nonton “Jaws” trauma laut, berenang, dan air. Angka pembunuhan ikan hiu pun meningkat sehingga populasi hiu berkurang antara 50 hingga 90 persen sejak 1975.

Menyikapi hal itu, Pemerintah Australia sampe nerbitin peraturan yang melarang penangkapan dan perburuan ikan hiu. Sementara itu, lembaga macam National Geographic, Discovery Channel, dan lembaga riset lain bikin berbagai penelitian mendalam mengenai tingkah laku hiu untuk buktiin kalo laut itu tempat aman. (sds)

Comments

comments

Charisma Rahmat Pamungkas
Penulis ala-ala, jurnalis muda, sekaligus content writer yang mengubah segelas susu cokelat hangat menjadi artikel.