Jum'at, 29 Maret 2024

Genmuda – Dua bintang besar sekelas Brad Pitt dan Leonardo DiCaprio jadi alasan kuat kenapa film “Once Upon a Time in… Hollywood” layak kita tunggu. Di bangku sutradara ada nama Quentin Tarantino yang sukses menelurkan film-film besar seperti “Pulp Fiction”, “Kill Bill”, atau “Inglorious Basterds”.

Masuk ke Indonesia baru tanggal 27 Agustus 2019, filmnya mengambil latar kehidupan Hollywood pada akhir tahun 1969 dengan bumbu sejarah dari kasus pembunuhan Sharon Tate oleh Charles Manson sebagai dukungan cerita fiksi kedua tokoh utama yang diperankan oleh Om DiCaprio dan Om Pitt. Seperti apa keseruannya? Baca aja dulu review lengkapnya di sini!

Redupnya karir aktor Hollywood

©Sony Pictures/2019

Awal cerita kita bakal kenalan dengan Rick Dalton (DiCaprio), seorang aktor yang dikenal lewat perannya sebagai koboi di serial TV tahun 50-an. Lama berkarir di Hollywood kini hidupnya bisa dibilang biasa aja, malah makin meredup karena gak sedikit orang yang kenal sama sosoknya. Setelah programnya gak dilanjut Rick mencari banyak cara untuk bertahan di Hollywood dengan menjadi pemeran pembantu antagonis untuk film-film baru yang diperankan oleh aktor muda.

Perjalanan karir Rick juga gak lepas dari sahabat yang merangkap pemeran penggantinya, Cliff Booth (Pitt). Sebagai seorang stuntman tokoh Cliff terbilang tampan, punya kharismatik, dan jago bela diri. Ia juga merangkap sebagai sahabat, bodyguard, supir, sampai asisten rumah tangga. (Pokoknya temen segala bisa deh).

Sambil berusaha tetap survive di Hollywood, Rick mendapatkan tawaran dari produser dan sutradara, Marvin Schwarz (Al Pacino) buat jadi pemeran utama untuk film koboi Italia. Sumpah serapah dan ungkapan ogah dilontarkan oleh Rick kepada Cliff karena dirinya merasa makin gak laku kalo harus main film di Italia.

Tapi kenyataan malah berkata lain. Rick harus menerima tawaran itu demi membiayai hidup tinggal di komplek mewah di mana ia bertetangga dengan bintang muda Sharon Tate (Margot Robbie) dan suaminya, Roman Polanski (Rafal Zawierucha) yang merupakan tokoh nyata yang dibunuh oleh pengikut Charles Manson di tahun 1969.

Film khas Tarantino

©Sony Pictures/2019

Buat lo yang gak familiar dengan film garapan Tarantino pasti harus terbiasa buat berpikir keras untuk menerima jalan ceritanya. Pun pada film kesembilannya kali ini. Ibarat Photoshop, ia seperti mengupas pribadi Rick dan Cliff lewat layer demi layer. Emang sih keduanya adalah karakter utama namun sebagai sutrdara Tarantino cukup jeli menyelipkan cerita atau satu dua karakter lain untuk mendukung cerita film.

Tokoh Rick hadir sebagai seseorang aktor yang penuh depresi akan karirnya. Saat berusaha tegar ia justru punya banyak keluh kesah yang rasanya umum dialami banyak orang di banyak pekerjaan. Duet Leonardo dan Pitt berhasil menawarkan chemistry bromance yang layaknya udah saling kenal puluhan tahun.

Walau bukan terang-terang menampilkan adegan konyol, namun dialog serta celotehan kedua tokoh utama di film ini berhasil bikin penonton ngakak meski harus menunggu lama. Kehadiran sejumlah tokoh nyata kayak Sharon Tate, Bruce Lee, hingga kaum hippies seolah bikin referensi cerita tahun 60-an di film ini jauh lebih ngena. Eits tapi lo jangan sampai salah, ini merupakan murni film fiksi kok.

Kesimpulan

©Sony Pictures/2019

Dengan menggabungkan cerita fiksi dan realita di tahun tersebut “Once Upon a Time in… Hollywood” boleh dibilang layak buat lo tonton. FYI, kalo kamu pernah nonton atau membaca kisah pembunuhan Sharon Tate mungkin posisi film ini layak seperti prekuel yang menarik dan cukup segar.

Melihat deretan pemain bintang dan cerita yang lumayan ‘gila’, wajar kalo film ini menjadi paket hiburan lengkap dari Tarantino sekaligus menjadi ironi pada industri Hollywood pada masa itu. Pesan terakhir dari penulis, jangan sampai lewati setengah jam terakhir film ini buat tau betapa gilanya film ini. Happy Watching!

Our Score

Comments

comments

Saliki Dwi Saputra
Penulis dan tukang gambar.