Kamis, 28 Maret 2024

Genmuda – Ada yang aneh sama data optimisme warga berbagai negara. Warga Tiongkok dan Indonesia disebut negara paling optimis dengan jumlah masing-masing 41% dan 23%. Padahal, kedua negara itu lagi ngadepin masalah gawat.

Di Tiongkok, meningkatnya kegiatan Industri justru bikin hutang negara makin banyak karena sering minjem modal sama bank. Udah gitu, polusi udara di kawasan Beijing tergolong “gawat darurat.” Asap udah ngalangin cahaya matahari.

Sementara di Indonesia, warganya lagi semacam “civil war” padahal Pilkada yang jadi pemicunya udah lewat berminggu-minggu lalu. Makanya, Genmuda.com bilang ada yang aneh sama riset buatan YouGov yang dipublikasiin Statista, The Independent, dan i100 itu.

Para pemerhati sosial, psikologi, dan politik akhirnya engga bisa diem aja ngeliat data yang diungkapin ini. Pertanyaannya cuma satu. Kenapa optimisme warga dua negara teratas di daftar itu bisa segitu besarnya padahal lagi ketimpa masalah terbilang serius? Jawabannya bisa kamu baca di bawah ini.

1. Industri di Tiongkok emang lagi giat

via theguardian.com
Saking giatnya berindustri, kotanya sampai berasap gini. (Sumber: theguardian.com)

Tali Sharot, psikolog yang pernah jadi pemateri di forum intelektual TED Talk bilang kalo seseorang yang ekonominya lagi baik bakal ngerasa lebih optimis dalam hidup. Fakta di Tiongkok juga berkata demikian. Ada 12,4 juta orang lepas dari kemiskinan sepanjang 2016. Itu karena mereka banyak dapet kerjaan dari proyek-proyek Industri (yang modalnya ngutang).

2. Orang Indonesia makin banyak yang jadi pengusaha

Founder & CEO HijUp.com, Diajeng Lestari di acara peluncuran Startup World Cup 2017 di Jakarta, Jumat (22/7/2016) (Foto: Genmuda.com/2016 Gabby)

Kalo di Tiongkok banyak orang yang lepas dari status miskin, di Indonesia banyak orang yang jadi bos. Data nunjukin kalo jumlah wirausahawan Indonesia melonjak tajam dari 0,2% jadi 1,5% dari total seluruh penduduk tahun 2016.

3. Peran penting berita

©Genmuda.com/2016 TIM
©Genmuda.com/2016 TIM

Pemberitaan media juga besar banget perannya dalam nentuin optimisme warga di suatu negara. Teorinya, makin banyak berita baik tersiar, makin optimis warganya menghadapi masa depan. Makanya, warga Amerika Serikat yang hidup jauh lebih makmur dari orang Tiongkok dan Indonesia justru berada di posisi 12 dengan tingkat optimisme cuma 6%.

“Karena, media di Amerika lagi ramai beritakan isu SARA, penembakan massal, terorisme, dan konflik politik,” kata Max Roster, ekonom Universitas Oxford Inggris.

4. Tontonan juga mempengaruhi

(Sumber: comingsoon.net)

Pakar ilmu komunikasi Amerika Serikat, George Gerbner juga nerangin kalo tontonan mempengaruhi optimisme. Kebanyakan nonton film perang dan berantem (salah satunya film super hero) bikin publik ngerasa kalo emang dunia ini lagi kacau balau.

Berhubung orang-orang Indonesia juga suka tontonin sinetron, tutorial make up, stand up comedy, vlog, dan ceng-cengan di YouTube, pengaruh negatif film yang mengandung kekerasan itu engga begitu gede dampaknya. Meskipun kemungkinan kecil tetap ada ya.

5. Surveinya berlangsung tahun 2015

via giphy.com

Satu fakta penting yang harus diketahui adalah: Survei soal negara paling Optimis itu berlangsung November-Desember 2015. Jauh sebelum “civil war” Indonesia muncul dan permasalahan kabut asap Tiongkok makin parah.

Terlepas dari lima penelitian tersebut, Kawan Muda juga punya kewajiban bikin suasana di medsos dan lingkungan sekitar makin sejuk dan bertoleransi. Supaya, angka optimisme Indonesia bisa ngalahin Tiongkok di tahun-tahun mendatang. Sepakat ya? Sepakat dong demi kehidupan yang lebih baik. *asik (sds)

Comments

comments

Charisma Rahmat Pamungkas
Penulis ala-ala, jurnalis muda, sekaligus content writer yang mengubah segelas susu cokelat hangat menjadi artikel.