Jum'at, 5 Desember 2025

Genmuda – Five Nights at Freddy’s 2 (2025) balik lagi ke layar lebar dengan ambisi yang jauh lebih besar dari film pertamanya. Setelah sukses secara box office, sekuel ini datang dengan nuansa yang lebih gelap dan lebih padat lore, seolah ingin memuaskan para penggemar yang sudah bertahun-tahun ngikutin teori-teori FNAF di internet.

Tapi, seperti banyak sekuel horor lainnya, film ini juga menghadapi tantangan besar, yaitu bikin penonton awam tetap nyambung tanpa mengorbankan fanservice. Jawabannya? Simak langsung review Genmuda.com di bawah ini!

Kelanjutan Freddy Fazbear’s Pizza

©Universal Pictures/2025

Film ini berlatar setahun setelah kejadian supernatural Freddy Fazbear’s Pizza. Alih-alih trauma bareng, warga kota malah mutusin buat bikin festival lokal bernama Fazfest sebuah cara unik buat menghadapi tragedi: ditertawakan aja sekalian.

Sementara itu, Mike (Josh Hutcherson), Vanessa (Elizabeth Lail), dan Abby (Piper Rubio) menjalani hidup baru yang kelihatannya tenang, tapi sebenarnya cuma nunggu diporak-porandakan lagi oleh masa lalu yang nggak pernah benar-benar pergi.

Ketenangan itu pecah ketika Abby diam-diam kembali ke lokasi lama dan bertemu Chica. Momen ini bukan cuma nostalgia, tapi pemicu dari serangkaian kejadian yang jauh lebih intens daripada film pertama. Dari sini, film mulai memperlihatkan sisi gelap yang lebih pekat, dengan atmosfer yang langsung membangun ketegangan tanpa basa-basi.

Lebih kelam, tapi…

Sutradara Emma Tammi seperti sengaja membuka pintu ke lore yang lebih dalam dan lebih kelam. Film ini memperkenalkan tragedi lamanya Charlotte Emily, sebuah sejarah yang selama ini cuma disentuh permukaannya di film pertama. Karakter The Puppet, yang dalam game dianggap salah satu roh paling penting, akhirnya muncul sebagai ancaman besar. Sayangnya, penjelasannya datang super cepat dan ngambang.

Hasilnya, buat para fans FNAF, setiap potongan lore dan referensi yang dilempar film ini bakalan terasa satisfying. Kamu mungkin bakal senyum-senyum sendiri begitu beberapa elemen game diwujudkan secara visual. Tapi buat penonton kasual, film ini lebih mirip kelas kilat “FNAF 101” yang gurunya ngomong terlalu cepat. Banyak background karakter dan hubungan antar-animatronik yang cuma disinggung sekilas hingga bikin bingung.

Meski ceritanya kadang grasa-grusu, penampilan para pemerannya tetap jadi highlight film ini. Josh Hutcherson masih memerankan Mike si abang penuh luka batin dengan ekspresi lelah tapi tetap tangguh. Piper Rubio sebagai Abby sekali lagi mencuri perhatian dengan kepolosan yang bikin penonton ikut peduli dan kesal sekaligus. Matthew Lillard? Hadir sebentar, tapi auranya cukup buat nge-upgrade level ancaman dalam beberapa detik.

Kesimpulan

©Universal Pictures/2025

Secara teknis, film ini mengalami peningkatan cukup signifikan. Jim Henson’s Creature Shop lagi-lagi bikin animatronik yang terlalu realistis untuk disebut boneka, dan terlalu hidup untuk disebut properti film. Pencahayaan gelap, warna-warna muram, dan desain suara yang menggigit berhasil menciptakan atmosfer restoran tua yang terasa punya sejarah kelam di setiap sudutnya.

Namun begitu, tidak semuanya hadir dengan sempurna. Beberapa lokasi baru terasa kurang dieksplorasi, seolah kru produksi udah ngebangun set detail tapi kehabisan waktu buat memamerkannya. Ada juga beberapa momen horor yang terasa terlalu cepat dilewati padahal potensial banget buat bikin penonton merinding lebih lama.

Meski penuh bagasi lore dan pacing yang nggak selalu rapi, Five Nights at Freddy’s 2 tetap berhasil menawarkan pengalaman horor yang fun. Film ini punya momen tense, punya heart, dan punya cukup misteri buat bikin fans berspekulasi setahun penuh sampai sekuel berikutnya muncul. Walau begitu, penonton umum mungkin perlu sedikit “bekal Google” buat benar-benar ngerti apa yang terjadi.

Sebagai penutup, sekuel ini berhasil jadi lanjutan yang lebih matang dan lebih serius dari film pertamanya. Ia tidak takut menggali sisi tergelap dari mitologi FNAF sambil tetap memberi ruang untuk kekonyolan khas animatronik yang absurd. Buat fans, ini hadiah besar. Buat penonton kasual, ini horor misteri yang menarik tapi menantang. Intinya: lebih gelap, lebih lore-heavy, dan tetap nagih.

Our Score

Comments

comments