Jum'at, 26 April 2024
StudentKampus

Wahai Calon Mahasiswa Baru, Jangan Kaget Ketemu Sama Macem-macem “Unjuk Rasa” Ini di Kampus!

via republika.co.idAnak UI lagi pada demo. Tapi, ga semuanya suka demo sih. Gambar ini dipilih karena keren aja. (Sumber: republika.co.id)

Genmuda – Kayak yang udah Kawan Muda bayangin, kehidupan SMA dan kuliah itu beda jauh dari segi apapun. Teman, kegiatan, pergaulan bahkan sampe cara berpikir kamu pun pasti akan banyak dipengaruhi dari sana-sini.

Saat kamu dapat beradaptasi, pasti bisa ikutin arus pergaulan di kampus dan bisa memilih mana yang baik dan buruk. Tapi kalo gak bisa beradaptasi, kamu pasti akan stuck dan gitu-gitu aja setiap harinya.

Oleh sebab itu, siapin mental dari sekarang karena di kuliahan nanti akan banyak permasalahan yang gak bisa diselesaikan secara baik-baik. Nah, kalo udah gak bisa dirundingin lagi, biasanya mahasiswa akan “unjuk rasa” dan “mengadu” ke rektorat. Emang macem-macemnya kayak apa aja ya?

1. Wisuda ditunda

Perasaan sedih karena penundaan wisuda pasti dirasain banget sama para pejuang skripsi yang udah =stres dan pengen cepet-cepet officially dapet gelar sarjana. Kasus ini dirasain sama para calon wisudawan Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim, Malang. Unjuk rasa ini digelar didepan kantor rektorat, Rabu (5/10).

Dilansir dari kompas.com, para mahasiswa ini demo karena penundaan waktu wisuda yang awalnya tanggal 20 Mei, jadi ditunda ke tanggal 8 Juli. Gak ada informasi yang jelas kenapa wisuda ini ditunda, karena itulah para mahasiswa kecewa berat. Apalagi mahasiswa dari luar kota yang udah dari jauh-jauh hari pesen tiket transportasi dan penginapan buat orang tuanya.

2. Wisuda kemahalan

Mungkin ini gak terlalu dirasain sama anak-anak yang kuliah di Perguruan Tinggi Negeri (PTN) yang beban biaya wisudanya udah ditanggung dalam uang kuliah tunggal (UKT). Tapi masih ada juga sih beberapa kampus negeri yang masih membebankan biaya wisuda ke mahasiswa.

Nah kalo di PTS, biaya wisuda udah pasti mesti dibayar sama mahasiswa. Salah satunya yaitu mahasiswa Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Kabupaten Bangkalan, Madura tanggal 19 September 2015 yang harus bayar 1.2 juta buat biaya wisuda. Biaya segini dianggap mahal dan gak jelas juga penggunaannya buat apa, wajar kalo para mahasiswanya menggelar unjuk rasa terkait kejelasan biaya ini.

3. Bayaran SPP naik terus

Meskipun sekarang pakai sistem UKT, tapi kadang UKT masih kurang tepat sasarannya. Biaya UKT ini dibebankan ke per individu, diliat dari kemampuan orang tua atau wali. Kisaran UKT dimulai dari 500 ribu – 7 juta rupiah. Kalo kamu udah bayaran pake UKT, biasanya sih gak akan bayar yang lain-lain lagi selama kuliah nanti, kecuali beli buku.

Demo UKT ini pernah terjadi di UGM Mei 2016. Mahasiswa yang terkumpul dalam Aliansi BEM KM UGM ini menolak kenaikan UKT di tahun 2016. Kenaikan UKT ini akan merugikan para calon mahasiswa baru dan juga mahasiswa lama, karena sistem pembayaran kuliah ini didasari sama penghasilan orang tua, jadi dinilai kurang adil buat para mahasiswa.

4. Uang pangkal buat Maba

Uang pangkal dibayarkan di awal waktu calon mahasiswa baru melakukan proses pendaftaran. Gak semua camaba mesti bayar uang pangkal atau “uang gedung” di beberapa kampus negeri, tapi hampir semua kampus swasta menerapkan sistem pembayaran ini. Uang pangkal pun biasanya jauh lebih mahal dari SPP atau UKT, dan setiap kampus punya kebijakan uang pangkal yang beda-beda.

Isu uang pangkal ini pernah didemo sama mahasiswa UNJ di tahun 2016. Rektorat waktu itu menetapkan uang pangkal buat siapapun yang jadi maba UNJ, dengan beban sebesar 15 juta. Karena kegilaan inilah akhirnya rektorat didemo, dan akhirnya uang pangkal pun gak jadi diberlakukan.

5. Relokasi gedung

Demo soal relokasi gedung ini biasanya terjadi di kampus yang punya beberapa gedung, tapi gak di satu area. Jadi ada kampus A, B, C dan seterusnya. Maksud dari relokasi ini adalah kalo ada niat pemindahan mahasiswa dari gedung lama, ke gedung yang lainnya. Ternyata masalah pindah kelas bisa jadi pelik gengs kalo di dunia kuliah. Gak segampang moving class waktu di sekolah.

Unjuk rasa isu relokasi gedung ini pernah terjadi juga di UNJ, di tahun yang sama, 2016. Konflik internal ini terjadi di kampus B, yaitu antar anak FMIPA, dan anak Fakultas Olahraga. Waktu itu, warga FMIPA “digusur” paksa sama beberapa oknum anak olahraga, karena emang kampus B itu akan dijadiin sebagai kampus olahraga aja, karena menyambut ASEAN Games 2018. Di sisi lain, gedung barunya FMIPA di kampus A belum siap dihuni dan inilah alasan kenapa anak FMIPA belum pindah.

6. Pemilihan Dekan atau Rektor

Kalo selama di sekolah kamu cuma punya 1 pemimpin yaitu Kepala Sekolah, di kampus kamu akan punya banyak pemimpin. Mulai dari Kepala Jurusan (Kajur), Kepala Fakultas (Dekan) dan Kepala Universitas (Rektor). Meski gak semua pemilihan kepala ini kisruh, tapi emang ada beberapa pemilihan kepala yang diwarnai sama isu KKN.

Unjuk rasa buat mengawal pemilihan rektor ini pernah diadakan sama para mahasiswa UNILA, Lampung. Biasa, pemilihan rektor emang selalu diadain dengan ENGGAK transparan. Ini yang bikin mahasiswa kadang suka gak percaya sama “orang atas”. Bener aja, ternyata penyelenggara pemilihan rektor UNILA ini gak diselenggarakan secara terbuka, transparan, dan bersih.

7. Presiden atau pejabat datang

Setiap kampus punya caranya masing-masing buat menerima kedatangan pejabat negeri ini. Ada yang nyambut baik-baik lewat kuliah umum, ada pula yang menjambutnya lewat unjuk rasa. Padahal mungkin niat pejabat (bahkan presiden) yang mau dateng itu baik ya, tapi bisa jadi emang mahasiswa (yang katanya kritis) terlalu kecewa sama pemerintahan.

Salah satu kampus yang nolak kedatangan pejabat atau presiden adalah kampus IAIN Semarang. Di hari kedatangannya ke kampus itu tanggal 2 Desember 2014, Jokowi malah didemo sebagai bentuk kekecewaan mahasiswa sama kinerja Jokowi. Dilansir dari merdeka.comkatanya Jokowi dianggap menelurkan kebijakan yang banyak inkonsistensi-nya, dari janji-janji dalam kampanyenya saat Pilpres lalu.

Buat para mahasiswa baru jadi jangan kaget lagi ya sama macem-macam unjuk rasa di atas. Setuju atau gak, salah satu diantaranya pasti ada deh. (sds)

Comments

comments

Fiany Intan Vandini
The youngest reporter on the 2nd floor of Gen Muda Office.