Jum'at, 26 April 2024

Genmuda – Seorang sopir angkutan kota (angkot) jurusan Ciputat – Jombang terlihat lesu saat memarkir kendaraannya di tepi jalan dekat Stasiun Sudimara, Tangerang Selatan, Sabtu sore (11/3). Kebanyakan penumpang yang baru keluar stasiun langsung menuju parkiran mini market tanpa lirik-lirik transportasi publik. Ya, mereka ternyata sedang menunggu jemputan online.

Sementara si sopir menunggu angkotnya terisi penuh, tak terasa antrean kendaraan memanjang hingga puluhan meter ke belakang. Jalanan yang tadinya lengang mendadak penuh kemacetan.

Situasi yang sama juga biasa terjadi di Jalan Margonda Raya, Depok, tepatnya di depan Depok Town Square dan Margo City. Pejalan kaki udah engga ganggu lalu-lintas karena berjalan di trotoar dan nyebrang lewat jembatan penyebrangan. Tapi, jalanan tetep macet parah karena angkot ngetem hingga ke tengah jalan.

Macet macam itu engga eksklusif terjadi di dua titik tadi, tapi di semua rute yang dilalui angkot di semua kota di Indonesia. Wajar kalo transportasi publik yang hubungkan pinggir dengan pusat kota itu dicibir sebagai pihak antagonis di lalu-lintas, bahkan oleh pengendara motor ugal-ugalan sekalipun.

Penumpangnya juga bete

via irwandhiseptian.wordpress.com
Udah penuh masih aja narik penumpang. (Sumber: irwandhiseptian.wordpress.com)

Penumpang yang sebenernya bergantung sama angkot juga dibikin bete bukan kepalang. Mereka perlu berhimpitan dalam kendaraan mungil, berebut oksigen yang terkadang langka ketika ada penumpang nutup jendela, dan terpaksa membuang banyak waktu menunggu sopirnya ngetem.

Belum lagi kalo ada copet, dioper karena sopirnya gagal melanjutkan perjalanan, atau kena asap rokok yang terkadang disulut sopir sambil nyetir. Kembalian ongkos penumpang juga suka sengaja dikurangi dengan dalih kejar setoran atau uang jajan anak-istri.

Wajar angkot perlahan tapi pasti ditinggalin karena penumpangnya beralih ke jemputan online yang lebih pasti tarifnya, engga ngetem, dan pastinya lebih bebas kejahatan. Demonstrasi para sopir angkot menentang keberadaan jemputan online justru makin memperburuk citranya di mata publik.

Potensinya besar

via flickr.com
Cewek gantung karena angkotnya penuh tapi males nunggu angkot lain. (Sumber: flickr.com)

Padahal, angkot menyimpan banyak potensi. Buat ukuran jalanan pinggir kota yang engga selebar jalan arteri pusat kota, angkot jelas lebih cocok daripada bus. Jumlahnya yang banyak juga bisa jadi semacam mass rapid transportation asalkan engga ngetem.

Terbukti saat jemputan online belum merajalela seperti sekarang. Berkaca dari pengalaman sepuluh tahun lalu, angkot lah yang berjasa besar. Kalo angkot dan semua sistem administrasinya engga dibenahi, lama-lama transportasi publik itu berubah jadi kendaraan yang cuma disewa buat ngangkut dagangan pasar.

Penumpang hilang, datanglah rugi. Berbagai trayek bisa gulung tikar. Warga yang lama-lama kantong kering karena keseringan manggil jemputan online akhirnya beride beli motor supaya ongkos harian lebih murah. Jumlah motor meningkat. Lama-lama, macet makin parah. Sebesar itulah potensi angkot yang sebenarnya.

Bisa dibenahi walau butuh waktu lama

via kotakita.org
Kalo semua angkot berhenti pada tempatnya, penumpang engga bakal nyetopin sembarangan. (Sumber: kotakita.org)

Banyak pihak nganjurin pembenahan supaya angkot dibenahi habis-habisan. Misalnya, Yoga Adiwinarto, seorang pengamat transportasi dari Institute for Transportation and Development Policy. Seperti dikutip Harian Kompas, 12 Maret, dia bilang kalo pemerintah harus buat terobosan seperti menghapus sistem setoran, izin trayek, upgrade armada, serta mengubah model bisnis layaknya Transjakarta.

Pernah liat sopir Transjakarta demo karena merasa tersaingi jemputan online atau ada penumpang yang protes luar biasa karena urusan kembalian? Mungkin ada sih satu atau dua yang awalnya protes karena pertama kali ngerasain sistem pembayaran transportasi pakai uang digital. Tapi, setelah itu biasa aja.

Kekhawatiran soal kenaikan harga tarif angkot ketika sistemnya dikelola dengan baik juga engga berdasar. Tiap harga bensin naik, tarif angkot yang kondisinya bikin bete juga selalu naik. Tapi, penumpangnya terima-terima aja.

Trayek bus Transjabodetabek dari Ciputat ke Jakarta juga selalu diminati dengan tarif 10 ribu rupiah, sementara bus kota dengan rute sama yang tarifnya 5 ribuan makin langka ditemukan. Intinya, penumpang sama sekali engga permasalahin tarif asalkan pelayanannya the best.

Dengan sistem kayak Transjakarta, sopir angkotnya pun terima upah berbentuk gaji, bukan lagi kejar setoran. Ngetem pasti berkurang dan kedatangan angkot lebih bisa diprediksi. Tanpa jalur khusus angkot pun engga apa-apa deh, asalkan sistemnya terkelola dengan baik.

Tarik-ulur yang ribet

via travenesia.com
Di satu jalur bisa ada lebih dari satu trayek. (Sumber: travenesia.com)

Pembenahan besar-besaran sangat mungkin dilakuin, tapi waktunya pasti lama banget. Pemerintah perlu ngumpulin semua juragan angkot, koperasi angkutan umum, dan semua pihak yang mengelola trayek. Proses negosiasi, membuat peraturan, dan pelatihan sopir pastinya berjalan alot.

Beberapa juragan juga mungkin bakal minta bayaran gede karena takut pemerintah ngambil lapak usaha mereka sepenuhnya. Meski demikian, engga ada cara lain. Sambil menunggu pemerintah eling sama pembenahan, para sopir cuma bisa berhenti merokok supaya punya uang tambahan demi anak-istri tanpa harus ngambil kembalian penumpang.

Pengalaman penulisnya

via Instagram/Sheryl Sheinafia
(Sumber: Instagram/Sheryl Sheinafia)

Terlepas dari buruknya citra angkot, jadi penumpangnya menyimpan kisah menarik tersendiri. Anak sekolah bisa bertemu banyak teman baru atau bahkan gebetan. Penulis artikel ini pun bisa jadian berkat pedekate di dalam angkot, sekitar 8 tahun lalu (curcol dikit engga apa-apa lah ya).

Sementara itu, mahasiswanya bisa manfaatin waktu bengong yang sangat berharga di dalam angkot buat baca, ngetik tugas di ponsel, atau mikirin nasib skripsi yang engga kelar-kelar. Kalo beruntung, siapa tau ketemu senior buat dicontekin tugas-tugasnya.

Para pekerja bisa memperoleh satu atau dua jam tidur tambahan di dalam angkot. Cukup pakai masker biar engga ‘ngaga’ pas lagi lelap. Bayangin betapa enaknya nanti kalo angkot udah dibenahi. Sekian. (sds)

Comments

comments

Charisma Rahmat Pamungkas
Penulis ala-ala, jurnalis muda, sekaligus content writer yang mengubah segelas susu cokelat hangat menjadi artikel.