Kamis, 28 Maret 2024

Genmuda – Bakteri kerap dikaitkan sebagai sumber dari berbagai penyakit. Berbagai upaya pun dilakukan buat menyaring atau membasminya. Padahal, gerakan bakteri-bakteri terutama di cairan bisa dimanfaatkan sebagai salah satu sumber pembangkit listrik loh.

Hal itu lah yang coba dibuktikan oleh Tyler Shendruk, pakar bio-fisika Universitas Oxford Inggris. Doi membuat sebuah turbin berukuran satu per ratusan milimeter yang diletakkan di sebuah cairan berisi bakteri. Penelitian itu pun dilaporkannya melalui Jurnal Science Advances edisi 8 Juli lalu.

Berdasarkan simulasi yang dilakukan di komputer, eksperimennya berhasil dan dapat menghasilkan energi dari gerakan bakteri sehingga dapat memutar turbin. Kemudian proses ini mampu membangkitkan listrik kepada mesin kecil atau pompa air mini.

Bakteri-bakteri yang jadi bahan percobaannya bergerak menubruki ‘baling-baling’ di turbin mikro tersebut. Turbinnya berputar dan gerak bakteri yang tadinya liar menjadi lebih simetris mengikuti arah putaran baling-baling turbin tersebut.

Percobaan ini pernah dilakukan dua kali. Hasil dari percobaan pertama kurang memuaskan karena  poros turbin masih sedikit kasar sehingga gerak bakteri belum dapat memutar baling-baling.

“Ternyata permasalahannya bukan pada bentuk baling-baling melainkan pada kasarnya poros,” kata Tyler Shendruk seperti dikutip Science News.

Temuannya merupakan kabar sangat baik bagi kelangsungan energi terbarukan. “Saya yakin temuan ini cukup mengejutkan,” kata Igor Aronson, pakar fisika Laboratorium Nasional Argonne di Illinois, Amerika Serikat yang juga terlibat penelitian itu.

Lebih lanjut para pakar meletakkan turbin-turbin kecil tersebut sejajar di dalam cairan bernama ‘dense active fluid’ (DAF). Cairan ini berisi bakteri-bakteri air atau motor biologis yang ditemukan di dalam sel mahluk hidup. Protein Myosin dan Actin merupakan salah satu jenis motor biologisnya.

Unsur-unsur biologis yang ada di dalam DAF bergerak liar, bergerak bebas, dan tidak terkontrol apabila cairan tersebut dibiarkan. Namun, gerakannya bakal berubah teratur dan terorganisir begitu grid-grid turbin mikro diletakkan di antara kerumunan unsur biologis tersebut.

Pada dasarnya, tiap energi gerak bisa diubah menjadi energi listrik apabila energi gerak itu dapat memutar turbin. Atas dasar inilah Shrenduk dan tim peneliti mencoba manfaatin energi gerak makhluk hidup mikro.

Perlu banyak turbin

Beginilah susunan turbin-turbin mikro Shrenduk, Gaes. Bola berwarna biru dan merah di gambar ini adalah turbinnya. (Sumber: sciencenews.org)

Menurut Shrenduk, meletakkan satu turbin tidak akan berguna sebab gerak turbin bakal berubah-ubah. Sementara untuk menghasilkan listrik dibutuhkan gerak turbin yang searah dan konstan. Jadi Shrenduk dan tim peneliti lain menyusun 9 turbin mikro hingga berbentuk persegi.

“Bila disusun seperti itu, satu turbin atau rotor kira-kira menghasilkan seper quadrillion (seribu triliun) watt listrik,” kata pungkasnya. Shrenduk yakin simulasi yang dilakukannya di komputer ini bisa segera diaplikasikan ke dunia nyata.

Meski begitu, pakar matematika Massachusetts Institute of Technology (MIT) Jörn Dunkel bilang kalo turbin mikro itu sangat rentan kerusakan akibat terkena gesekan terus-menerus. “Detil-detil kehidupan nyata seperti itulah yang juga perlu diperhatikan,” kata Dunkel.

Well, semoga aja Dunkel diajak bergabung dengan tim peneliti pembangkit listrik tenaga bakteri ini dan menemukan solusinya. Dengan begitu, dunia bisa punya sumber energi yang jauh lebih bisa diandalkan selain nuklir, minyak bumi, atau batu bara. We’ll see. (sds)

Comments

comments

Charisma Rahmat Pamungkas
Penulis ala-ala, jurnalis muda, sekaligus content writer yang mengubah segelas susu cokelat hangat menjadi artikel.