Printemps Français 2016, Kolaborasi Nyata Musisi Prancis dan Indonesia yang Saling Menginspirasi
Genmuda – Festival Printemps Français sebentar lagi bakal kembali digelar nih, Kawan Muda. Dengan ngelibatin sekitar 80 seniman Prancis dan Indonesia dalam 50 pertunjukan, festival seni tersebut bakal diadain pada 28 April sampai 11 Juni mendatang.
Printemps Français (baca: Prongtong Frangsey) udah digelar di Tanah Air sejak tahun 2004 dalam rangka nyambut musim semi. Di tahun ke 12-nya ini, festival tersebut bakal hadir di 10 kota, yaitu Jakarta, Bali, Balikpapan, Bandung, Makassar, Malang, Medan, Semarang, Surabaya, dan Yogyakarta.
Engga tanggung-tanggung, persiapan Printemps Français berlangsung selama sekitar satu sampai dua tahun loh, Kawan Muda. Hal itu pun sengaja dilakuin supaya para seniman Prancis dan Indonesia engga cuma tampil doang, tapi juga berkolaborasi dan ngelakuin ‘kerja bareng’ (residensi).
“Sebenarnya sudah beberapa tahun kami punya proyek kolaborasi. Tahun lalu, kami punya kolaborasi Gran Kino dan Sarasvati. Tahun sebelumnya, kami punya kolaborasi sutradara Prancis dan aktris Indonesia Sha Ine Febriyanti. Jadi, kami punya proyek kolaborasi setiap tahunnya, tapi butuh waktu,” jelas Elisabeth Simonet, Festival Programmer Printemps Français 2016, saat ditemui Genmuda.com di Institut Prancis di Indonesia (IFI), Jakarta, Rabu (20/4).
Sebagai pembuka, di Yogyakarta bakal ada pertunjukan wayang layang ‘Burung’ (‘L’Oiseau’) karya seniman Prancis Les Rémouleurs yang berkolaborasi sama beberapa seniman Indonesia, yaitu Bob dari Komunitas Marjinal Kolektif (Jakarta), Heri Dono, Rangga Jadoel, dan Sugeng Utomo (Yogyakarta), serta Gepeng Dewantoro dan Wayang Motekar (Bandung). Pertunjukan wayang tersebut bakal diiringi musik etnis kontemporer dari band asal Yogyakarta Senyawa (Rully Shabara dan Wukir Suryadi).
Selanjutnya, selain pertunjukan wayang layang ‘Burung’, bakal ada pula pertunjukan fotografi, tari hip hop, musik klasik, musik aktual, Jazz, sastra, dan arsitektur. Printemps Français 2016 pun bakal ditutup lewat Bali Art Festival, yang turut dihadiri Presiden Joko Widodo. Namun demikian, seniman Prancis yang bakal tampil di Bali Art Festival masih jadi rahasia.
Lantas, apa aja nih yang baru di Printemps Français 2016? “Printemps Français adalah festival multidisiplin. Yang baru tahun ini adalah kami punya workshop fotografi dan pameran arsitektur,” ungkap Didier Vuillecot, Festival Manager Printemps Français 2016.
Sementara itu, sebagai musisi Tanah Air yang kembali dipercaya tampil di Printemps Français buat kedua kalinya, band asal Bandung Bottlesmoker ngungkapin kalau mereka tentu senang banget atas kesempatan berharga tersebut. Bedanya, kalau di 2013 mereka berkolaborasi bareng sirkus kontemporer Prancis Chabatz d’Entrar, kali ini mereka justru bereksplorasi sendiri.
“Tahun ini IFI memberi kesempatan kepada kami untuk mengeksplor sendiri. Di hari H, kami bakal bikin kejutan dimana kami akan lebih beriteraksi dengan para audiens,” kata Nobie, personil Bottlesmoker.
Bukan cuma itu, Nobie pun ngungkapin kalau dirinya dan sahabatnya Angkuy udah belajar banyak dari kolaborasi Bottlesmoker bareng Chabatz d’Entrar di pertunjukan Printemps Français pertama mereka. “Kami memberikan mereka keanekaragaman dan mereka memberikan kami kedisiplinan,” tuturnya.
Sebaliknya, Angkuy sendiri berpendapat kalau Printemps Français adalah sumber inspirasi. “Printemps Français banyak membawa update-update dari Prancis dan disambungkan dengan isu-isu di negara kita. Banyak ide-ide menarik bahwa di sekitar kita ada hal-hal yang simpel tapi bisa dijadikan untuk berkarya,” tambahnya.
So, buruan tandain kalender kamu, Kawan Muda. Kalau kamu mau tahu jadwal dan informasi lebih lanjut buat masing-masing kota, kamu buka aja situs web, Twitter, Facebook, atau Instagram IFI. Kapan lagi bisa ngerasain kolaborasi seni yang seutuhnya dari para seniman Prancis dan Indonesia.
“Bagi saya, Printemps Français bukan akhir, namun awal dari sesuatu. Printemps Français bukan hanya sebuah festival, tapi juga tempat untuk saling bertemu, terinspirasi, dan menunjukkan apa yang telah diciptakan bersama,” tandas Elisabeth.
(sds)