Jum'at, 19 April 2024

Genmuda – Di dunia ini, Kawan Muda pasti bakal nemuin beragam jenis orang, mulai dari yang baik dan ramahnya minta ampun sampai yang brengseknya engga ketulungan. Tapi, kenapa sih di dunia ini masih ada aja orang yang terbilang brengsek?

Pertanyaan tersebut belum lama ini akhirnya udah dijawab oleh Adam Bear dan David Rand, para psikolog dari Yale University. Keduanya udah ngembangin sebuah riset di mana para pesertanya terlibat dalam permainan yang ngasih dua pilihan, yaitu jadi pihak yang kooperatif atau jadi pihak yang egois.

Imbalan yang bakal diterima oleh para peserta pun kemungkinan bisa lebih tinggi, tergantung pada permainannya. Pada beberapa permainan, para peserta bisa beruntung kalau mereka mau kerjasama, sedangkan pada permainan lainnya, mereka justru bisa lebih beruntung kalau ngutamain diri sendiri.

FYI, riset tersebut dibuat berdasarkan sebuah model yang “ngegabungin ide-ide dari teori permainan evolusi kerjasama serta ekonomi perilaku intuisi dan musyawarah”. Kalau menurut istilah awamnya, riset tersebut berusaha nyari tahu gimana manusia berevolusi dalam nyalurin intuisi mereka buat kerjasama dengan orang lain atau engga.

Nah, dari situ, para psikolog kemudian nemuin kalau perilaku egois (baca: brengsek) ternyata lebih berkaitan dengan pengaruh orang-orang di sekitar. Orang-orang yang umumnya “dikelilingi oleh orang-orang brengsek… belajar secara intuitif buat jadi egois — dan juga belajar buat engga berunding”.

Jenis orang semacam itu terus bertindak egois, bahkan di saat mereka harus kerjasama demi kepentingan mereka sendiri. Hal itu pun terjadi gara-gara mereka engga ngeluangin waktu buat bikin pertimbangan dan mereka lebih milih buat langsung bertindak aja.

Sebaliknya, orang-orang yang berasal dari “lingkungan yang ramah dan ngedukung belajar secara intuitif buat bekerjasama”. Hal tersebut tetap berlaku bahkan di saat mereka lagi berhadapan dengan orang asing dan engga ngelihat adanya imbalan apapun.

Bukan cuma itu, manfaat yang dituai oleh orang-orang yang baik dan kooperatif pada akhirnya justru bakal berasal dari kebaikan mereka. Temuan para psikolog pun nunjukin kalau mereka juga cenderung ngeluangin waktu buat ngebicarain dan ngelihat apakah kerjasama merupakan tidakan terbaik.

Meski begitu, riset yang sama nunjukin pula kalau orang-orang yang terbilang brengsek punya tingkat kelangsungan hidup yang lebih tinggi. Hal tersebut lagi-lagi terjadi gara-gara mereka egois, atau seengganya udah tahu kapan mereka harus jadi egois.

So, kalau suatu hari nanti kamu ketemu jenis orang yang brengsek alias lebih mentingin dirinya sendiri, kamu engga usah terlalu ambil pusing. Mau engga mau, ada saatnya kamu juga bakal jadi kayak mereka. Ibarat kata Mocca, just keep your chin up and be happy! (sds)

Comments

comments

Gabrielle Claresta
Eccentric daydreamer