Senin, 29 April 2024
Kekinian

Tabrakan Maut (Lagi) Kereta vs KRL, Masih Aman Engga Sih Naik Kendaraan Umum di Ibukota?

KRL Commuter Line yang ngehantam Metromini B80 (Sumber: Kompas.com/ROBERTUS BELLARMINUS)

Genmuda – Kecelakaan maut (lagi-lagi) terjadi di ibukota nih, Kawan Muda. Bukan hanya nyawa penumpang doang yang terancam, keberadaan angkutan umum pun tampaknya demikian.

Insiden yang melibatkan Commuter Line dan sebuah Metro Mini B 80 bernomor polisi B 7660 FD di perlintasan pintu kereta Angke, Tambora, Jakarta Barat, Minggu pagi (6/12), kembali jadi salah satu catatan buruk buat transportasi umum. Hal itu berlaku bukan cuma buat KRL maupun Metro Mini secara khusus, tapi angkutan umum secara keseluruhan.

Diduga kuat kecelakaan tersebut terjadi gara-gara si supir Metro Mini yang nekat buat nerobos lintasan, padahal palang pintu udah ketutup (walau engga sepenuhnya ketutup atau lebih tepatnya cuma tiga perempatnya). Alhasil, Metro Mini naas itu terseret sampai 200 meter serta ngakibatin 18 orang tewas dan 6 orang lainnya luka-luka.

Yang lebih mirisnya lagi, peristiwa malang tersebut terjadi cuma berselang seminggu setelah tabrakan antara Commuter Line dan bus Transjakarta di Kedoya, Jakarta Barat. Lantas, kalau udah kayak gitu, sebenarnya masih aman engga sih buat kita berpergian naik angkutan umum? Apakah angkutan umum di ibukota udah sebobrok itu?

Well, soal aman engga aman memang bisa dibilang cukup relatif. Tapi, ujung-ujungnya yang berperan besar dan paling penting dalam nentuin hal itu adalah para manusia yang terlibat di dalamnya alias kita semua. Engga cuma supir yang ada di balik kemudi, tapi juga kondektur, penumpang, polisi, penyedia jasa angkutan umum, dan pemerintah harus sama-sama turun tangan.

Kalau sebagian besar supir dan kondektur masih bermental ugal-ugalan dan cuma mikirin buat kejar setoran tanpa mikirin keamanan penumpang maupun diri mereka, wajar aja kalau angkutan umum akhirnya dicap engga aman. Engga heran juga kalau akhirnya banyak penumpang jadi beralih pakai jasa ojek online, yang jelas-jelas udah dibekali pelatihan safety riding (pelatihan baca maps udah belum ya?)

Sementara itu, dari sisi penumpang sebenarnya kamu pun berhak dan berkewajiban buat ngingetin si pengemudi kalau doi udah ugal-ugalan. Tapi (dasar orang Indonesia), biasanya kamu mungkin agak segan buat negur si pengemudi karena takut doi tersinggung (atau takut lebih galakan doi). Padahal, selama kamu bayar ya it’s okay kok, Kawan Muda. Toh demi kebaikan bersama juga ‘kan?

Sebaliknya, polisi, penyedia jasa angkutan umum, dan pemerintah juga harus bekerja sama buat nertibin pengemudi dan kondektur nakal. Pemerintah secara khusus harus nyepetin pembangunan fasilitas kayak jalan dan ngelakuin “evaluasi” kayak yang dibilang Pak Jokowi agar manajemen angkutan umum bisa lebih baik lagi ke depannya.

Namun demikian, jangan sampai kamu malah jadi parno dan nyudutin angkutan umum juga, Kawan Muda. Soalnya, naik kendaraan pribadi pun sama berisikonya dengan angkutan umum kalau kita engga waspada dan cuma mentingin diri sendiri. Kamu lihat aja contohnya kasus kecelakaan mobil mewah di Surabaya belum lama ini.

So, bisa disimpulin kalau keamanan angkutan umum di ibukota emang udah cukup ngeprihatinin. Kesadaran yang dimulai dari diri sendiri pun jadi kunci penting bagi upaya penyelesaian masalah angkutan umum di ibukota. Semua orang emang punya kepentingan yang berbeda-beda, tapi buat masalah keamanan jangan sampai kita sikut-sikutan. (sds)

Comments

comments

Gabrielle Claresta
Eccentric daydreamer