Selasa, 16 April 2024

Genmuda – Perbedaan antara ‘si kaya’ dan ‘si miskin’ di dunia makin besar jaraknya. Yang kaya makin kaya, dan yang miskin makin miskin. Bukan cuma dari sisi ekonomi loh, Kawan Muda, tapi dari jumlah emisi dan jejak karbon juga!

Ternyata, bukan cuma di sinetron-sinetron aja kita ngelihat gap antara orang-orang kaya dan orang-orang miskin. Kalau di sinetron, si orang miskin akhirnya bisa nikah sama si orang kaya setelah ngelewatin berbagai macam rintangan sebanyak tujuh season, masalah nyata yang dihadapin di dunia lebih rumit dan engga segampang itu.

Penelitian terbaru dari Oxfam, sebuah organisasi anti-kemiskinan, menegaskan bahwa sebanyak 10 persen orang terkaya di dunia bertanggung jawab atas 50 persen dari seluruh emisi karbon. Diulangi, 50 persen dari SELURUH JUMLAH EMISI KARBON DI DUNIA. Dan yang lebih ngenesnya lagi, 10 persen masyarakat termiskin di dunia, yang jejak karbonnya lebih kecil daripada remah-remah roti, justru ngerasain konsekuensi yang lebih tinggi daripada orang-orang kaya tersebut.

Menurut laporan Oxfam lagi, 10 persen orang terkaya di seluruh dunia memiliki jejak karbon rata-rata 11 kali lebih tinggi daripada setengah populasi di dunia, dan 60 kali lebih tinggi daripada 10 persen masyarakat paling miskin. Btw, kamu tau kan apa itu jejak karbon?

Sebelum kita ngomong panjang-panjang tapi kamu engga ngerti apa itu jejak karbon, Genmuda.com kasih tau dikit ya. Jejak karbon tuh beda sama jejak kaki, apalagi jejak petualang. Singkatnya, jejak karbon adalah jumlah emisi gas rumah kaca yang dilepaskan oleh kita, manusia, dari kegiatan kita sehari-hari. Ngaruhnya jejak karbon apa? Kalau jejak karbon meningkat, maka gas rumah kaca juga meningkat, akibatnya perubahan iklim dan pemanasan global pun meningkat juga. Bahaya kan!

Oxfam juga mengungkapkan kalau ketimpangan emisi karbon antara orang kaya dan orang miskin ini utamanya adalah gara-gara gaya hidup. Engga di negara manapun, yang namanya horang kayahhh apalagi kaya melintir 7 turunan biasanya pengikut gaya hidup hedonis. Dan itu bukan cuma mengakibatkan serangan jantung dan iri hati bagi kita-kita yang tanggal tua aja susah, tapi juga pengaruh ke emisi karbon.

Contohnya, mau main ke rumah teman arisan harus pake helikopter pribadi, mau ke pasar harus dijemput pake iring-iringan mobil, atau di kamarnya punya AC lima yang selalu nyala 24 jam, dan penggunaan barang-barang elektronik lainnya bisa berkontribusi terhadap jejak karbon guys!

Terus, gara-gara para orang kaya ini, orang miskinlah yang harus nanggung konsekuensi lebih gede, padahal mereka adalah orang-orang yang paling dikit nyumbang emisi. Hidup kadang engga adil ya sob? Hiks.

“Perubahan iklim terkait erat dengan ketimpangan ekonomi,” kata laporan Oxfam. “Krisis ini didorong oleh emisi gas rumah kaca dari para orang kaya yang memberikan dampak untuk orang miskin.”

Nah makanya, mulai sekarang, kita juga harus mulai memperhatikan jejak karbon kita, serta ngingetin temen-temen kita yang kaya supaya engga egois. Gampang kok, bisa dimulai dengan, “Sob, daripada lo nyetir mobil sendirian ke kampus, mending gue nebeng juga ya. Itung-itung ngurangin emisi yang gue keluarin.” atau, “Sob, masak makan malemnya sekalian buat gue juga ya. Inget loh, jejak karbon!” Mayan kan? Iya dong? Iya ada deh. He-he.

(sds)

Comments

comments

Ratu Rima
Forever needs: Foods. Cafe latte. Holiday. Writing. BIGBANG. and... You ♥