Jum'at, 26 April 2024

Genmuda – Rilis duluan di AS, film terbaru Iko Uwais bersama Mark Wahlberg “Mile 22” akhirnya tayang di Indonesia pada Selasa (21/8). Mengusung cerita thriller action, film ini digarap oleh sutradara Peter Berg.

Baik Berg dan Wahlberg emang udah sering kerja bareng di sejumlah film kayak, “Deepwater Horizon” (2016) dan “Lone Survivor” (2013). Namun beda dari kedua film tersebut, kali ini Berg lebih mengangkat cerita action fiksi ke layar lebar.

Seperti judulnya, “Mile 22” merupakan jarak untuk melarikan seorang polisi yang diperanin oleh Iko untuk mencari suaka dan perlindungan di AS. Seseru apa sih filmnya? Langsung coba lo simak review lengkapnya berikut ini!

Tema spionase dan agen mata-mata

©STX Entertainment/2018
©STX Entertainment/2018

Film dibuka oleh operasi agen rahasia AS dengan nama sandi Overwatch, —yang dipimpin oleh James Silva (Mark Wahlberg), tengah mengintai tempat persembunyian mata-mata Rusia. Misi Overwatch cuma satu, menemukan dan menghancurkan cesium senjata kimia yang dapat membunuh ribuan orang.

Gak lama berselang sejumlah anggota Overwatch malah harus menerima perlawanan dari mata-mata Rusia. Suasana makin kacau, hingga ada sebuah anak muda dari persembunyian yang melompat dari atas jendela hingga bertemu dengan Silva.

Sambil memohon ampun, Silva langsung menghabisi anak muda tersebut untuk membersihkan TKP dan melarikan diri. Sayangnya data cesium yang tersimpan di hard disk ternyata punya pengamanan berlapis dan sulit buat ditembus hacker.

16 bulan berlalu, kasus itu pun kembali berlanjut setelah polisi asal Indocarna (negara fiksi di Asia Selatan), Li Noor (Iko Uwais), menyerahkan diri ke Kedubes AS guna bertukar informasi soal hard disk tersebut lewat bantuan Alice (Lauren Cohan). Alasan Li mau membantu AS gak lepas keinginannya membongkrak praktik korup di negaranya yang telah menewasakan anak dan istrinya.

Sebagai imbalan, Li meminta Alice dan pihak AS untuk meloloskan dirinya keluar dari negaranya. Saat itulah Overwatch harus bergegas menerbangkan Li dengan jarak tempuh ke lokasi penjemputan sejauh 22 mil dan waktu kurang dari 10 menit sebelum data di dalam hard disk hancur dengan sendirinya.

Dibantu oleh James Bishop (John Malkovich) berserta anak buahnya (termasuk CL) lewat pantauan udara, misi Overwatch kali ini gak gampang, gengs. Mereka harus melawan aparat kepolisian setempat yang dikomandoi oleh Axel (Sam Medina) yang ingin membawa Li hidup-hidup.

Aksi kejar-kejaran, tembak menembak, hingga ledakan bom juga jadi nilai jual film ini selain aksi bela diri. Apakah Overwatch dan Li mampu selamat? Terus siapa ya orang di balik serangan tersebut? Ya, lo tonton aja sendiri filmnya, gengs. He-he.

Beruntung ada Iko

©STX Entertainment/2018
©STX Entertainment/2018

Suka atau enggak, penulis ngerasa kalo film ini murni cuma ngejual adegan action dari Iko Uwais doang. Serius. Jika ditanya, “Ada gak sih hal yang lebih keren daripada itu?” Penulis ngerasa sih enggak ada.

Dengan durasi satu setengah jam, film “Mile 22” berjalan sangat padat tapi terlalu buru-buru dalam segi konflik kedalaman ceritanya. Sorry to say, kalo lo sempat skip pas nonton, mungkin lo bakal kebingungan sama jalan ceritanya.

Naskah yang digarap sama Lea Carpenter dan Graham Roland juga sebenernya cukup sederhana dan gak ngasih banyak kejutan baru kayak film-film action sejenis. Alih-alih jadi film action, fokus ceritanya malah lebih nonjolin adegan actionnya doang, namun ngelupain pentingnya narasi cerita dan konflik yang menarik selama film berjalan.

Mengingat ini bakal dibuat trilogi, sayang aja jika film pertamanya gak sukses bikin penontonnya penasaran. Beruntung kekecewaan itu masih bisa dibayar oleh peran dan koreografi Iko Uwais.

Seperti halnya “The Raid”, suami Audi Item itu sukses melakukan adegan pertarungan tangan kosong yang bikin lo ngilu sekaligus kagum. Bahkan, sosoknya di film kali ini terbilang lebih sukses ketimbang Mark Wahlberg sekalipun.

Kesimpulannya

©STX Entertainment/2018
©STX Entertainment/2018

At least but not last, buat penulis pribadi sih film “Mile 22” mungkin bukan film terbaik dari Iko. Biarpun sang aktor banyak memberikan kontribusi dalam koreo adegan berantem, sayang aja akting bagusnya gak didukung sama jalan cerita yang bagus.

Meski demikian, apresisasi layak kita kasih buat Iko karena udah memopulerkan pencak silat dan bahasa Indonesia di Hollywood lewat film ini. Dan kalo lo gak terlalu memusingkan komentar penulis di atas, silakan tonton aja filmnya di bioskop kesayangan lo. Nontonnya sama yang disayang juga ya. (Itu juga kalo lo punya) *canda.

Our Score

Comments

comments

Saliki Dwi Saputra
Penulis dan tukang gambar.