Genmuda – Film tentara gak melulu soal perang, bromance, dan senioritas. Film percintaan juga engga melulu soal gombal, selingkuh, dan ciuman. Kedua genre itu bisa saling membaur sehingga membentuk keunikan tersendiri yang jadi fondasi film “Jelita Sejuba.”
Cerita itu Genmuda.com simpulin berdasarkan wawancara singkat sama Ray Nayoan, sang sutradara setelah konferensi pers peluncuran trailernya, di Jakarta, Rabu siang (17/3). Acara itu dihadiri jajaran pemeran dan Produser, Marlia Nurdiyani.
Trailer itu bernuansa miris banget. Putri Marino sebagai Sharifah kenal, jatuh cinta, dan dinikahi personel TNI di area Kepulauan Natuna. Lelaki beruntung itu adalah Jaka yang diperankan Wafda Saifan Lubis. Kegalauan Sharifah ditinggal suami bertugas jadi inti trailer itu.
Pertanyaannya sekarang, apakah sang suami nantinya pulang sehat wal afiat dari penugasan atau pulang tinggal nama? Itu cuma bisa diketahui dengan nonton filmnya pas rilis 5 April nanti. Tapi, Genmuda.com bisa mengorek fakta-fakta ini biar Kawan Muda gak penasaran-penasaran amat.
1. Ini film Istri TNI
Secara spesifik, Ray bilang film ini adalah film tentang istri TNI. Bukan film militer, bukan juga film perempuan. “Setelah berkompromi dengan berbagai pihak, tercipta perpaduan 20 persen menampilkan ketentaraan dan 50 persen drama cinta,” kata Ray.
2. Kental dengan budaya Melayu
Menyesuaikan lokasi di Natuna, film “Jelita Sejuba” dibuat kental dengan Budaya Melayu. Bahasa Indonesia yang tampil di trailer pun berdialek Melayu. “Komposisi Melayu hadir sebanyak 30 persen dalam film,” terang Ray.
3. Musiknya digarap sama musisi lokal Natuna
Musik melayu yang bakalan terngiang di film itu dibawain sama musisi lokal di Natuna berkolaborasi sama Music Director Ricky Surya Virgana, salah satu personel White Shoes & the Couples Company.
4. Anji bikin soundtrack
Namun demikian, soundtrack utama lagunya ditulis dan dibawain Anji Manji dengan judul “Menunggu Kamu.” Video klip lagunya tampilin pemandangan langit, laut, dan dataran Natuna yang warbyasya.
“Lagu ini bercerita soal kesetiaan. Lagunya bukan hanya untuk istri prajurit taetapi untuk semua orang yang hatinya tak beranjak meski terpisah jarak,” kata musisi yang juga menyutradarai video klip lagunya itu.
5. Semacam ikut wajib militer
Untuk menampilkan sosok TNI sejati, Wafda harus ikut semacam pelatihan militer selama 3 hari di salah satu markas TNI Bandung dan 2 hari di Banten. “Di situ, gue diajari cara berpikir, bergerak, berbicara, dan menjadi TNI. Gue bahkan diajak mengemudikan tank juga,” cerita Wafda.
6. Wafda hidup bersama TNI
Gak berhenti pada pelatihan militer, Wafda sampai bertekad hidup bersama TNI untuk mendalami karakter. “Gue sampai ikut salah satu kompetisi sepak bola kalangan TNI di Natuna dan tinggal di rumah salah satu anggota,” cerita doi.
7. Putri Marino mendekatkan diri dengan warga Natuna
Mirip seperti Wafda, Putri Marino pun terjun ke lokasi untuk mendalami karakter. Setelah diajari berbahasa dan berdialek melayu di Jakarta oleh ahli linguistik Natuna, dia pergi ke lokasi untuk mengamati gelagat warga lokal.
“Cara berpikir dan gerak-gerik hanya bisa dipelajari setelah melihat langsung,” tuturnya. Dia nambahin, “Semua proses itu termasuk masa reading berlangsung sekitar satu bulan. Kemudian, syuting juga satu bulan.”
8. Kenapa lama baru tayang?
Proses penggarapan filmnya diakui memakan waktu cukup lama karena perlu menyesuaikan dengan pihak TNI. Ray bilang, “Awalnya saya membuat film ini berdurasi 3 jam. Tapi, banyak adegan yang dipotong untuk mempersingkat durasi dan menyesuaikan dengan identitas TNI.”
9. Persembahan Hari Ulang Tahun 72 organisasi Istri TNI
Marlia Nurdiyani bilang, “Film ini dibuat sebagai persembahan untuk merayakan hari ulang tahun ke 72 organisasi istri TNI, Persit KCK.”
Sejumlah adegan film telah diputar secara terbatas dihadapan Ketua Umum Persit, Ibu Rosita Mulyono, istri dari KSAD Jenderal TNI Mulyono. “Menurut beliau, film ini sudah mewakili perasaan istri-istri TNI,” cerita Marlia.
10. Meninggalkan efek
Pembuatan film “Jelita Sejuba” ninggalin efek bagi sejumlah penggarapnya. Sutradara Ray yang tadinya memandang TNI sebagai robot kini paham bahwa para penjaga negara memiliki perasaan juga.
Wafda paham bahwa di balik ketegasan dan tampang sangar personel TNI, tersimpan hati lembut yang tetap rapuh saat dilanda kegalauan cinta. “Hanya saja, kesedihan itu gak akan ditampakkan di depan publik,” tambah Wafda.
Sementara itu, Putri Marino belajar menjadi ibu rumah tangga yang tradisional banget untuk dibawa ke rumah tangga doi yang masih seumur jagung. “Bangun pagi, menyiapkan kopi. Hal-hal macam itu yang saya pelajari dari filmnya,” tutur doi penuh senyum. (sds)