Kamis, 28 Maret 2024

Genmuda – Ngerasain keterjepitan dan perasaan pasti kalah gak cuma melalui adu penalti lawan Cristiano Ronaldo. Cara lain adalah adu argumen sama cewek, entah dia temen, keluarga, atau pacar. Cewek pasti benar dan cowok yang salah.

Kalo ceweknya yang salah, sebenernya salah cowoknya juga karena gak mencegah ceweknya. Makin beradu argumen, makin bersalahlah si cowok. Ujung-ujungnya, cowok yang harus minta maaf. Pasti. Dari jaman nenek moyang seperti itu.

Bukan cuma di Indonesia, fenomenanya juga merata di seluruh negara. Makanya, sampai ada psikolog yang neliti sebabnya cowok segahar apapun keliatan culun saat beradu mulut sama pasangannya. Kenapa gitu ya?

Karena gak terlatih mengolah emosi

via giphy.com

Shawn T Smith, psikolog rumah tangga dalam psychologytoday.com, 2014 bilang kalo cowok-cowok dituntut cuekin emosinya dari kecil.

“Saat anak cowok sakit hati, semua orang menuntutnya untuk bersikap tegar dan ‘yaudah, sih,'” tulis Smith.

Sebaliknya, cewek-cewek diajari untuk lebih “berperasaan” dari kecil. Mereka dipersilakan menangis dan merengek juga berpegangan tangan sambil berkeluh kesah sementara sebagian cowok yang lakuin itu semua dianggap banci, cemen, dan lemah.

Karena gak terlatih mengenali dan menerima perasaannya, cowok akan selalu kalah argumen percintaan dengan cewek. Sebab, hubungan lawan jenis kan dibangun bukan hanya dengan logika tapi juga dengan perasaan. Cinta kan bukan matematika.

Karena cowok terlalu fokus

via tenor.com

Ketika menghadapi apapun, cowok cenderung fokus pada satu titik sementara cewek ngeliat lebih luas. Kalo digambarkan, pandangan cowok tuh ibarat ada di dalam terowongan atau kaca mata kuda. Fokus ke satu arah.

Sementara itu, pandangan cewek ibarat lensa wide angle dengan banyak titik fokus. Perbedaannya terjadi secara alamiah karena otak cowok dan otak cewek punya keunikan masing-masing. Salah satunya gak bisa menyerupai yang lain.

Itulah sebabnya cewek selalu ngebahas sebuah masalah percintaan dari sudut pandang yang luas dan menghubungkan masalah di masa lalu dengan persoalan sekarang. Lalu, memprediksi efek masalah sekarang terhadap hubungan di masa depan.

Sementara itu cowok cuma ngebahas yang terjadi sekarang. Beberapa cowok juga ada sih yang ngeliat masalah dari sudut pandang luas. Namun, kebanyakan pasien cowok Shawn T Smith berpemikiran sempit kayak cowok-cowok pada umumnya.

Karena cowok menganggap argumen sebagai kompetisi

via gfycat.com

Ketika cewek memandang argumen sebagai momen berkeluh kesah, ngingetin, dan proses nyari solusi, cowok-cowok memandangnya sebagai kompetisi. Maklum aja. Hormon testosteron – yang erat kaitannya sebagai pemicu sifat kompetitif – dalam tubuh cowok jauh lebih dominan daripada di tubuh cewek.

Seperti halnya perlombaan sepakbola yang diperjuangin sekuat tenaga, adu argumen dengan cowok akan memanas dengan sendirinya. Padahal, si cewek ngebahas sebuah permasalahan bukan untuk nyari siapa yang bener atau salah. Melainkan, supaya kesalahan lama gak terulang berkali-kali.

Perbedaan sudut pandang itulah yang bikin cewek selalu ngerasa gak pernah di dengerin sementara para cowok stres sendiri karena ngerasa ceweknya banyak nuntut. Meski begitu, perbedaan ini bisa diharmonisasiin lewat komunikasi.

Komunikasi macam apa untuk menyelaraskan perbedaan cewek-cowok?

via medium.com

Karena otak cowok gak secanggih otak cewek dalam memproses informasi dan ngeliat dari sudut pandang lebih luas, cewek yang harus mengalah. Bukan dalam artian ngaku salah, minta maaf, dan gak pernah ajak diskusi lagi.

Melainkan, dengan memberitaukan cowoknya apakah argumen yang sedang dilakukan tuh untuk membahas persoalan masa lalu, masa sekarang, masa depan, atau gabungan di antara ketiganya. Karena, hanya dengan begitu cowok bisa paham hal yang harus doi lakuin untuk bantu ceweknya nyari solusi terbaik. (sds)

Comments

comments

Charisma Rahmat Pamungkas
Penulis ala-ala, jurnalis muda, sekaligus content writer yang mengubah segelas susu cokelat hangat menjadi artikel.