Kamis, 18 April 2024

Genmuda – Donald Trump dan Kim Jong Un tiba di Singapura secara terpisah, Minggu (10/6). Dua pemimpin banyak bacot high profile itu bersiap berdiskusi “empat mata” di Hotel Capella, Sentosa, Selasa (12/6) nanti.

Pertemuan yang digadang sebagai “Trump-Kim Summit” itu menuliskan sejarah. Selain karena berpotensi mendamaikan satu bagian pada sisi dunia sebelah utara, diskusi itu mematahkan banyak kebiasaan politik.

Buat anak-anak kampus jurusan yang berkenaan dengan sejarah, politik, ekonomi, atau hubungan internasional, pertemuan itu pun menarik banget diamati. Sebab-sebabnya bisa dilihat di bawah ini, Kawan Muda!

1. Gara-gara Ice Skating

(Sumber: Getty Images)

Sejak Trump naik jabatan sebagai Presiden AS, beliau gak pernah berhenti menggonggong, terutama ke Kim Jong Un, diktator Korea Utara (Korut). Keduanya bahkan sampai saling ancam dengan peluru kendali nuklir.

Mendadak, itu reda jelang Olimpiade Musim Dingin di Pyeongchang, Korea Selatan (Korsel). Kim Jong Un mendekat ke Moon Jae In, Presiden Korsel. Harapannya, tim Korut diperbolehkan ngirim atlet ice skating mereka.

Permohonan itu dikabulkan. Atlet Korut tampil bahkan sampai berteman dengan atlet Korsel. Sejak itulah, Kim berhenti “menggonggong.” Pada Maretnya, ajudan Kim Jong Un mengirim pesan ke ajudan Donald Trump.

Isi pesannya adalah permohonan Jong Un bertemu empat mata dengan Trump. Permohonan itu pun dikabulkan.

2. Korea Utara dan AS musuh bebuyutan

Perseteruan Korea Utara-AS bermula sejak Perang Korea 195o. Bagi Korea Utara, kehadiran tentara AS di perang itu adalah bentuk campur tangan negara asing terhadap urusan dalam negeri. Korea Utara saat itu menganggap Korea Selatan adalah bagian darinya.

Sementara itu, bagi AS, kehadiran Korea Utara di Korea Selatan adalah bentuk pelanggaran batas internasional. Jadi, perlu ditindak. Selain itu, AS juga punya kepentingan mencegah Komunis menyebar melalui Korea Utara.

3. Berpotensi mendamaikan sebagian dunia di utara

Perang Korea bermula Juni 1950 dan “rehat” ketika ditandatanganinya gencatan senjata 1953. Sampai sekarang, perang itu belum dinyatakan selesai loh, gaes. Trump-Kim Summit bisa aja jadi awal dari penyelesaian perang itu.

4. Menjelaskan makna “Denuklirisasi”

via Istimewa
(Sumber: Istimewa)

Sebelum bertemu Trump, Kim Jong Un melakukan pertemuan bersejarah dengan Presiden Korsel, Moon Jae In, sekitar akhir April 2018. Kala itu, Kim Jong Un mengucap satu kata yang menggegerkan dunia. “Denuklirisasi” (Denuclearization).

Media dan negara mengartikan kata itu sebagai kesediaan Korut melucuti semua senjata nuklir. Sementara itu, Korut pastilah mengartikan itu sebagai ajakan bagi semua negara untuk melucuti senjata nuklir, termasuk AS.

Arti kata itulah yang kemungkinan besar dibahas dalam Trump-Kim Summit Singapura.

5. Singapura adalah tempat netral

Hal lain yang menarik dibahas adalah soal pemilihan Singapura sebagai lokasi pertemuan. Secara politis, Singapura adalah tempat netral bagi AS dan Korut. Negara yang gak lebih besar dari Jawa Barat itu pun punya hubungan ekonomi yang baik bagi AS dan Korut.

Selain itu, warga Singapura diatur ketat sebelum berdemonstrasi. Jadi, kecil kemungkinan pertemuan Trump – Kim dikisruhkan oleh demonstrasi brutal.

6. Dialog dengan diktator lagi

Bagi AS, ini bukan kali pertama mereka berdialog dengan diktator. Sepanjang sejarah, AS telah melakukan itu dengan Hitler (sebelum jadi penjahat perang), Stalin (ketika bekerjasama untuk menjatuhkan Hitler), serta banyak pemimpin di Timur Tengah.

7. Akhirnya man to man

Cie akur… (Sumber: Istimewa)

Bagi cowok sejati, Trump-Kim Summit menarik dibahas karena itu kali pertama kedua pemimpin bertatap muka. Sebelumnya, mereka cuma menggonggong lewat Twitter tanpa ada kesempatan menyampaikan unek-unek secara langsung.

8. Kemungkinan dapat Nobel Perdamaian

Begini, gaes. Bila Trump dan Kim sukses menghasilkan kesepakatan damai pada pertemuan itu, mereka bisa masuk nominasi penerima Nobel Perdamaian. Itu adalah penghargaan tertinggi yang bisa diberikan buat para juru damai di dunia.

Bila Trump mendapatkannya, dia adalah satu-satunya pejabat real-estate sekaligus presiden paling dicibir yang memeroleh penghargaan tertinggi itu. Kalo Kim yang mendapatkannya, dia adalah satu-satunya diktator yang memerolehnya.

Perdana Menteri Singapura, Lee Hsien Loong juga berpotensi dapat Nobel karena memfasilitasi perdamaian Trump dan Kim Jong Un.

Siapapun nanti yang dapat Nobel, terserah deh. Yang penting, petemuan itu menghasilkan kesepakatan damai yang dipatuhi semua pihak. Amiin. (sds)

Comments

comments

Charisma Rahmat Pamungkas
Penulis ala-ala, jurnalis muda, sekaligus content writer yang mengubah segelas susu cokelat hangat menjadi artikel.