Jum'at, 29 Maret 2024
Ngobrol Bareng

HiVi, Lebih Pengen Memberi Makna daripada Mencari Ketenaran

©Genmuda.com/2017 TIM.Ezra (paling kiri) dan Febri (dua dari kanan) dari dulu dibilang mirip. Makanya, sekarang bikin penampilan mereka berbeda biar punya ciri khas ©Genmuda.com/2017 TIM.

Genmuda – Sejak 23 Maret 2017, HiVi merilis album kedua mereka yang berjudul “Kereta Kencan.” Album yang menjanjikan lagu lebih “mature” dari album pertamanya itu utamanya didistribusikan secara online melalui gerai-gerai digital dan secara offline dalam bentuk boxset berisi gitalele, pulpen stylus, notes, dan buku interaktif karya HiVi.

Engga mau albumnya biasa aja, anak-anak HiVi menggaet banyak banget nama besar untuk terlibat di penggarapan album mereka. Ada Lale Maliq, Ilman Maliq, dan Nino RAN yang jadi produser. Lalu, ada Budhy Haryono eks drummer Gigi, Jamrud, Krakatau, Karimata, dan KLa Project yang mengisi permainan drum beberapa lagu. Mastering albumnya pun berlangsung di studio Abbey Road Inggris.

Berbagai single lagu baru mereka pun telah rilis. Misalnya saja, single “Pelangi” yang merupakan penampilan pertama Neida sang vokalis baru, “Siapkah Kau Tuk Jatuh Cinta” versi akustik yang berkolaborasi dengan Andi Rianto, senior dunia musik Tanah Air, dan “Merakit Perahu” yang rilis bertepatan dengan Hari Musik Nasional.

Sebagai bentuk promo, band yang mastering lagunya di Abbey Road Inggris ini juga mengadakan tur intim di kota-kota besar. Di sela-sela tur itu, Genmuda.com berhasil ngobrol bareng tiga cowok kece dan satu cewek imut ini untuk ngomongin perkembangan album dan pemikiran mereka terhadap dunia musik Tanah Air. Seperti apa? Sikat skoy!

Genmuda : Halo, HiVi! Sudah sejauh mana nih promo album barunya?

Ilham: Sejauh ini sudah bagus. Kami baru aja selesai menggelar konser “HiVi in Your Town” di Bandung, Jogja, dan Semarang. Rencananya, dalam 4-5 bulan ini konser intim itu mau berlangsung hingga 10 titik di Indonesia, termasuk di Medan, Malang, Surabaya, Makassar, Palembang, dan ditutup di Jakarta.

 

Genmuda: Intimnya memang seperti apa sih?

Febri: “HiVi in Your Town” itu bisa dibilang soft launch album kedua kami. Bisa dibilang showcase juga, sih. Tapi kami engga cuma tampil di atas panggung. Kami mingle sama semua yang hadir. Makanya, kapasitas tempat acaranya hanya maksimal 70 orang. Kalau terlalu banyak, takutnya engga semua orang dapat kesempatan sharing bersama kami.

Jadi, gini. Kami kerjasama dengan sebuah cafe. Pengunjung yang datang bebas duduk menempati meja. Sebelum manggung, kami hampiri tiap-tiap meja dan ngobrol dengan para HiFriends.

Beberapa musisi memang bikin launching dalam bentuk konser besar. Kami berpikir sebaliknya. Daripada membuat konser besar yang interaksinya terbatas dengan semua penonton, kami bikin konser yang lebih intim.

Acaranya lebih mirip nongkrong bareng dan makan-makan dengan HiFriends dan teman-teman media, tapi setelah itu ditutup dengan penampilan kami.

 

Genmuda: Sejauh ini, gimana respon terhadap acaranya?

Febri: Responnya positif. Terutama, para pengunjung bisa mendapat kesan sesuai harapan kita. Mereka bisa mengenal para personil HiVi lebih dekat dan bisa bertukar pikiran juga dengan kami.

Karena kebanyakan fans adalah anak-anak sekolah, mereka biasanya bertanya soal cara memilih jurusan yang baik, caranya biar bisa lulus, caranya bikin bisnis kecil-kecilan, cara bikin lagu, dan masih banyak lagi. Menurut kami, “HiVi in Your Town” secara engga langsung juga mengajarkan anak-anak muda untuk berani bertanya dan berbicara.

Ilham: Terkadang, kami juga mendapat pengalaman baru dari ngobrol-ngobrol itu. Yang jelas, pikiran kami jadi lebih terbuka. Saya pribadi jadi lebih bersyukur sama hidup. Karena, banyak temen-temen HiFriends yang berbagi soal kesulitan hidup mereka. Kalau dibandingkan, hidup saya engga sesulit mereka.

Febri: Kalo gue punya pengalaman yang ngena banget. Setelah manggung di salah satu kota, ada seorang HiFriends yang ikut nongkrong sambil makan malam bersama kami di pinggir jalan. Setelah ngobrol-ngobrol, dia cerita kalo dia adalah seorang penjual kopi eceran dari pagi sampai sore di pasar.

Karena pendapatan kerjanya belum cukup untuk hidup sehari-hari, dia perlu kerja bersih-bersih jalan juga. Ternyata, dia adalah pekerja kebersihan jalan di depan tempat kami nongkrong dan dia harus mulai bertugas di sana sejak pukul 3 pagi.

Balik lagi seperti kata Ilham. Gue jadi lebih bersyukur dengan hidup gue.

Ezra: Kalo gue sih kebanyakan sharing soal edukasi, sih. Gue kan dulu kuliah jurusan Teknik Industri dan sempet jadi asisten dosen juga. Banyak juga HiFriends yang nanya-nanya soal kuliahnya, IPK, dan skripsi. Karena kebanyakan ditanyain soal pendidikan, lama-lama gue mikir kalo udah gede pengen jadi dosen juga nih.

Neida: Sesi sharing dengan HiFriends membuat gue punya tujuan hidup yang lebih tinggi lagi. Suatu ketika, ada beberapa HiFriends ikut nongkrong hinggal lewat tengah malam bersama kami. Sebagian masih megang buku dan belajar sama teman-temannya.

Hebat banget. Mereka bisa belajar dan bergaul sampai segitunya. Pasti mereka akan jadi seseorang yang sukses nantinya. Gue pribadi pun jadi terpacu supaya engga kalah rajin dari mereka.

 

Genmuda: Apakah penonton “HiVi in Your Town” itu berupa fans lama yang kini udah lebih dewasa atau fans baru yang masih berusia anak sekolah?

Ezra: Dua-duanya. Regenarasi fans tetep ada, dalam arti ada fans-fans baru yang masih duduk di bangku sekolah. Fans lama pun tetep setia mengikuti perkembangan kami dan antusias menyambut kedatangan album kedua setelah menunggu lima tahun sejak album pertama.

©Genmuda.com/2017 TIM.
Anak-anak HiVi bisa kerja bareng Andi Rianto juga karena manfaatin koneksinya dengan Nino RAN, yang merupakan saudara Andi Rianto. ©Genmuda.com/2017 TIM

Genmuda: Di antara tiga kota yang sudah menjajaki “HiVi in Your Town,” kota mana yang paling berkesan buat kalian?

Ezra: Semua kota punya kesan tersendiri, jadinya engga bisa dibanding-bandingin.

 

Genmuda: Penjualan album fisiknya kenapa harus dalam bentuk bundle dengan gitalele, buku chord, dan pena stylus?

Neida: Karena jelas tujuannya berbeda. Album digital kan ditujukan untuk penggemar yang hanya ingin mendengarkan lagunya. Sementara penjualan album fisik kami tujukan untuk penggemar yang menginginkan tambahan value.

Gitalele rakitannya juga ada hubungannya dengan lagu kita yang berjudul “Merakit Perahu.” Segala sesuatu di dunia ini cuma bisa diraih setelah melalui prosesnya. Engga ada hal baik yang instan.

Febri: Itu alasan luhur dari kami. Alasan teknisnya, supaya gitalelenya lebih mudah dibungkus dan tidak gampang patah. Merakit gitalelenya pun engga susah karena ada buku panduannya.

 

Genmuda: Kalo boleh tau, kenapa alat musik yang diberikan harus gitalele ya?

Ilham: Jelas gitalele untuk mewakili anak-anak HiVi yang pada bisa main gitar.

©Genmuda.com/2017 TIM.
Gitalele yang bisa kamu dapetin dari boxset album “Kereta Kencan” HiVi! ©Genmuda.com/2017 TIM.

Febri: Tapi sengaja tidak gitar karena kasihan para HiFriends kalau harus mengeluargan budget lebih besar lagi. Karena gitalelenya ringan dan kecil, HiFriends juga bisa membawanya kemanapun ketika nongkrong, bukannya jadi seonggok pajangan lain yang berdebu di pojokan kamar.

 

Genmuda: Gimana caranya kalo ada Kawan Muda yang pengen beli boxset kece itu?

Febri: Sementara ini, boxset album Kereta Kencan baru bisa dibeli di “HiVi in Your Town.” Namun, dalam waktu dekat juga tersedia di salah satu ecommerce. Tunggu saja tanggal mainnya.

 

Genmuda: Gimana respon HiFriends terhadap boxset Kereta Kencan?

Ilham: Mereka pada antusias juga, kok. Di salah satu kota, kami sampai out of stock dan para HiFriends sampai banyak yang pre-order juga.


Genmuda: Rencananya, apa strategi promosi selanjutnya?

Febri: Pertama, kami berencana untuk menjual boxset Kereta Kencan melalui situs e-dagang. Selanjutnya, ingin menjual USB berisi lagu-lagu dan konten spesial album kedua secara terpisah dari boxsetnya.

Neida: Meski begitu, kami tetep akan optimalkan dulu penjualan boxset Kereta Kencan dalam waktu dekat ini.

 

Genmuda: Nah, penggarapan album kedua kalian kan ada campur tangan musisi-musisi yang lebih senior nih. Apa tantangan bikin album sama musisi-musisi sekaliber mereka?

Ezra: Tantangan yang paling sering banget kami rasa adalah pengaturan jadwal. Contohnya sama tim produser. Kadang HiVi dan RAN lagi engga ada manggung, Maliq-nya yang ada acara penuh sehingga Lale dan Ilman engga bisa diganggu. Kadang sebaliknya.

Febri: Pengalaman yang paling terasa sih itu. Sisanya engga ada masalah sama sekali.

 

Genmuda: Gimana ceritanya sih kok bisa jalin kerjasama dengan nama-nama beken itu?

Ilham: Prosesnya panjang juga ya. HiVi butuh eksis delapan tahun lebih terlebih dahulu sebelum akhirnya bisa bekerjasama dengan ini-itu.

Ezra: Kami juga jelas perbanyak teman sehingga bisa memanfaatkan koneksi.

Tapi koneksi engga bakalan ada manfaatnya kalo HiVi engga punya greget untuk maju.”

Genmuda: Terus gimana ceritanya bisa kerjasama dengan Lale, Ilman, dan Nino?

Febri: Ya samperin orangnya dan langsung “tembak,” sambil makan di rumah makan padang.

Neida: Lagian, Nino kan kakak kelasnya cowok-cowok ini waktu sekolah di Al Izhar dulu.

Febri: Bener sih. Tapi koneksi engga bakalan ada manfaatnya kalo HiVi engga punya greget untuk maju. Dan, riset untuk memastikan kalo karya kita terus berkembang.

 

Genmuda: Lalu, gimana ceritanya Oom Budhy Haryono bisa terlibat juga?

Febri: Jadi, waktu itu kami punya jatah 6 jam untuk take drum di suatu studio daerah Bintaro. Gue engga menyewa drummer professional karena gue pikir bisa gue yang ambil. Gue kan bisa main drum juga. Ternyata, ngetake drum engga semudah itu.

Ezra: Engga jauh dari studio itu, ada sekolah musik yang salah satu gurunya adalah Oom Budhy. Kebetulan, yang bersangkutan lagi main ke studio. Berkenalan lah kami. Setelah beliau, para produser, dan anak-anak HiVi ngobrol-ngobrol, beliau sepakat untuk ngetake drum lagu “Kereta Kencan” dan “Gadis Sampul.”

 

Genmuda: Waktu mastering lagu-lagunya di Abbey Road, apakah tim HiVi berangkat ke Inggris atau gimana prosesnya?

Ezra: Kami cuma ngirim lagu aja lewat email kok.

 

Genmuda: Kenapa pilihan studio masteringnya adalah Abbey Road?

Febri: Kenapa engga? Hehehe

Ilman: Itu karena koneksi untuk ke Abbey Roadnya sudah ada dari Mas Jawa Maliq yang jadi mixing engineer album kedua kami.

Ezra: Mas Jawa yang merekomendasikannya. Karena studio Abbey Road sudah berpengalaman mastering lagu-lagu sejak era The Beatles tahun 1960an, kami percaya hasil garapan mereka akan maksimal. Apalagi, dengan hardware studio modern seperti sekarang.

Hasilnya ternyata memang keren sesuai ekspektasi kami. Benar-benar terasa 3D-nya. Kalau gue mendengarkan hasil mastering mereka sambil menutup mata, gue sampai bisa ngerasain letak drum, vokal, dan alat musik lainnya.

 

Genmuda: Kalo Genmuda.com denger lagu “Merakit Perahu” punya nuansa musik yang lebih mature daripada lagu lain di album ini. Apa sebabnya lagu itu diletakkan di awal album?

Febri: Sebagai penegasan kalau HiVi sudah tumbuh menjadi lebih dewasa di album kedua ini.

Ezra: Lagu-lagu lain pun terdengar lebih mature, kok. Tema-tema yang kami pilih di album kedua ini jauh lebih berkembang dari album pertama. Kami sudah memiliki lebih banyak pengalaman dan pemikiran baru yang bisa kami masukkan ke dalam lagu.

 

Genmuda: I see. Jadi, lagu mana yang paling favorit untuk dibawain?

Ezra: Gue suka secara keseluruhan. Harapannya, ya semua orang suka juga. hehehe. Kalo lagu yang paling berkesan adalah “Kereta Kencan.” Menurut gue lagunya menantang banget dari segi musik dan penghayatan liriknya.

Febri: Dari dulu, “Kereta Kencan” adalah lagu yang paling pengen banget gua punya dari segi lirik, musik, dan aransemen. Kalo lagu yang paling menantang adalah lagu “Merakit Perahu” karena chord gitarnya banyak dan pola genjrengannya beda dari irama vokal. Butuh konsentrasi tinggi untuk memainkannya dengan sempurna.

Ilham: Menurut gue, tiap lagu enak dinikmati. Tapi, yang paling gue suka adalah “Remaja” karena adem banget, menenangkan, penuh cinta, dan bikin gue balik lagi bernostalgia. Menurut gue pribadi, semua lagu di album Kereta Kencan itu menantang sekaligus juga menyenangkan untuk dibawain.

Neida: Gue juga suka “Remaja” karena mengingatkan aku pada cinta pertama waktu gue TK. Gue inget ketika TK dulu, gue nungguin kakak kelas sampai keluar kelas terus abis itu kami main ayunan bareng. Emang gitu aja, tapi adem banget. Makanya, lagu “Remaja” kedengerannya juga adem seperti kata Ilham.

 

Genmuda: Lalu, buat Neida. Gimana proses untuk menyatukan Neida yang baru masuk dan HiVi supaya bisa klop?

Febri: Awal-awal Neida gabung sih hampir setiap hari kami latihan.

Neida: Dari sebelum gabung pun anak-anak HiVi udah pada pedekate supaya klop sama aku. Aku inget kalo Ezra suka nyamperin tiap aku makan siang di kantor. Dalam sebuah kelompok itu kan penting juga untuk mengenal anak-anak HiVi lebih dekat lagi.

 

Genmuda: Akhirnya gimana caranya bisa terbujuk masuk HiVi?

Febri: Neida ini dulu sempet bertameng di belakang nyokapnya.

Neida: Iya. Waktu itu, aku suruh cowok-cowok ini untuk minta izin ke nyokap. Aku udah wanti-wanti nyokap aku supaya jangan mau kemakan omongan mereka dan minta ketegasan kontraknya.

Engga sampai setengah jam ngobrol sama tiga cowok ini, nyokap manggil aku dan bilang “udah kamu keluar kantor aja. Gabung sama HiVi” gitu.

©Genmuda.com/2017 TIM
Tiga cowok ini jago ngerayu nyokap Neida (dua dari kiri) sehingga dengan gampangnya mengizinkan anaknya cabut dari salah satu perusahaan PR untuk gabung ke HiVi. ©Genmuda.com/2017 TIM

Genmuda: Kenapa lagu “Pelangi” yang dipilih untuk pertama kali nampilin Neida?

Febri: Karena lagu itu susah. Hehehe.

Ezra: Hmm. Kenapa ya? Engga ada alasan khusus sih. Itu hasil dari intuisi kami aja.

 

Genmuda: Terus, gimana respon Neida supaya bisa fit in dengan lagu itu?

Neida: Pas recording, gue masih degdegan banget. Itu pengalaman yang berarti banget buat gue. Waktu itu gue masih belom tau cara tarik napas yang bagus. Gue menghabiskan enam jam dalam studio rekaman penuh perjuangan.

Satu sampai dua jam pertama gua masih riang gembira. Jam-jam berikutnya gua kesel banget karena engga perfect-perfect. Bagaimanapun juga, gue engga bisa mundur karena rasa lelah ini adalah kelelahan yang gue suka.

 

Genmuda: Ada engga sih fans yang suka membanding-bandingin HiVi yang dulu dengan yang sekarang?

Febri: Itu sih pasti ada.

 

Genmuda: Terus gimana cara menyikapinya?

Neida: Aku sih tenang aja karena ada tiga cowok ini yang setia jadi pelindung aku.

 

Genmuda: Sekarang, Genmuda.com penasaran nih sama pemikirannya anak-anak HiVi. Menurut kalian, gimana dengan kondisi musik Indonesia saat ini baik yang ada di radio, televisi, atau di internet?

Ilham: Dunia musik Indonesia sekarang warna-warni. Ada banyak genre yang saling melengkapi. Para penikmat musik pun makin kritis untuk memilih musik yang baik.

Ezra: Tiap musisi yang dengan mudahnya bisa berkarya di internet itu kan memang punya hak untuk berkarya. Kalau haknya untuk berekspresi dicegah-cegah kan engga baik juga.

Febri: Tapi menurut gue, yang agak disayangkan adalah ketika para konten kreator itu tidak concern dengan siapa aja yang pada akhirnya akan menonton video musik mereka. Gue pribadi diajarkan oleh senior untuk memperhitungkan hal itu ketika telah menjadi figur publik. Ketika dewasa nanti, gue yakin gue akan menyesal banget ketika konten yang gue unggah justru menjadi contoh buruk bagi generasi muda.

 

Genmuda: Apa lagi tips supaya Kawan Muda bisa sebermakna HiVi?

Ilham: Gampang aja. Tiap orang punya ambisi masing-masing. Tapi, jangan sampai lupa bahagia.

Ezra: Tips dari aku simpel juga. Yang penting jujur, be original, bersyukur dengan yang sudah diraih, dan terus terpacu untuk jadi lebih baik.

Neida: Menurut aku, bermimpi itu penting. Tapi jangan lupa memulai langkah untuk mencapai mimpi dan jangan lupa berdoa.

Febri: Kalo gue, jangan lupa berpikir positif, jaga pikiran, dan “jaga jempol.” Dan, jangan melakukan sesuatu untuk mengincar ketenaran. Ketenaran itu adalah bonus. Yang penting adalah sejauh mana karya seseorang memiliki makna bagi orang lain.

 

Genmuda: Ada engga sih musisi yang pengen banget diajak kolaborasi banget?

Ilham: Waduh banyak banget. Tapi yang paling pengen banget adalah Almarhum Chrisye.

Ezra: Aku pengennya main bareng Guruh Soekarno Putra

Neida: Vina Panduwinata

Febri: Hmm. Siapa ya? Harus musisi Indonesia ya?

(Akhirnya Genmuda.com bebasin buat Febri)

Febri: Kalo gitu, SNSD LAH! Hahahaha

Ilham: Sip, Febri. Kalo kata Neida, penting untuk punya mimpi.

 

Genmuda: Empat kata yang mewakili HiVi?

Ezra: Menyenangkan

Neida: Biru

Ilham: Rumah

Febri: Tulus. Maksudnya tulus-ikhlas loh bukan Tulus-penyanyi.

 

Semoga tur “HiVi in Your Town” selanjutnya makin sukses dan laris manis. Ditunggu loh konser penutupnya di Jakarta. Buat kamu yang kemarin ikutan Q&A di Instagram Genmuda.com buat HiVi nih videonya di bawah:

Comments

comments

Charisma Rahmat Pamungkas
Penulis ala-ala, jurnalis muda, sekaligus content writer yang mengubah segelas susu cokelat hangat menjadi artikel.