Genmuda – Di jalan, Kawan Muda pasti pernah liat ada pengendara motor yang pakai sarung tangan mirip sarung tangan oven. Itu bukan sarung tangan buat angkat perabot panas, itu sarung tangan motor model baru yang menempel di setang dan entah kenapa laris dipakai kaum hawa (dari ABG sampe nyokap-nyokap).
Warna-warna sarung tangannya eye catching dan motifnya lucu-lucu. Ada yang motif polkadot, stripe, geometris, batik, bahkan kembang-kembang. Selain itu, sarung tangannya dinilai praktis karena nempel terus di setang motor. Penggunanya engga perlu ribet nyimpen.
Well, Genmuda.com kali ini engga mau ngomong soal lucunya sarung tangan yang kemudian disebut “satamo” itu. Satamo (mungkin singkatan dari sarung setang motor) dinilai sangat berbahaya dan memperparah kecelakaan. Bener engga ya? Yuk lihat bahasannya di sini.
Menghambat refleks dan gerakan
Selain buat melindungi kulit dari terik mata hari, sarung tangan digunakan buat melindungi tangan kalau kecelakaan. Karena, tangan biasanya bergerak dengan refleks dan menjadi tumpuan saat badan kita jatuh.
Sarung tangan yang baik seharusnya berpelindung dan nyaman digunakan, sehingga bisa melindungi sekaligus engga ganggu refleks tangan. Tapi, kegunaan tangan jadi terbatas bila menggunakan satamo. Mau gimana lagi. Karena sarung tangannya nempel di setang, gerakan tangan kita jadi terbatas.
Memperparah kecelakaan
Instruktur safety riding Astra Motor Mataram I Gusti Agung Budi Dharma sangat tidak menyarankan pengendara motor menggunakan satamo. “Untuk melindungi dari panas mata hari mungkin bisa. Tapi, tidak ketika tabrakan. Justru, malah memperparah kecelakaan,” kata Gusti Agung, Kamis (19/5) seperti dikutip Otomania.
Kawan Muda bisa lihat kasus nyatanya kalau tau kisah yang menimpa Lina, warga kecamatan Sako, Palembang. Doi gagal melepaskan tangan dari sarung tangan tersebut, sehingga tangannya terkilir ketika dia jatuh terserempet mobil.
“(Padahal) jatuhnya tidak parah. Tapi, tangan sulit lepas dari motor. Memang perlu hati-hati,” kata Lina seperti dikutip Beritapagi.co.id. “Udah dua bulan, tapi satu jari masih mati rasa,” pungkasnya. Lina bilang, doi udah pakai satamo sejak tiga bulan. Biar udah jatuh, doi tetap merasa nyaman dan simpel kalau pakai satamo.
Bukan produk massal dan belum SNI
Sementara itu, Ketua Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Taufik Husni bilang, produk itu bukanlah produk massal yang telah lolos dari standar pengujian Indonesia. Dengan kata lain, produk ini belum lolos uji kelayakan SNI.
“Karena belum teruji, standar keamanan untuk konsumen belum ada,” tegasnya. Dia menyarankan, pengguna motor sebaiknya lebih jeli waktu memilih aksesoris berkendara. “Kami hanya mengimbau, jadilah konsumen yang cerdas. Jangan mudah tergiur produk-produk yang sedang ngetren,” pungkasnya.
Disanggah
Tapi, seorang produsen satamo menyanggah pendapat-pendapat itu. Misty, salah satu produsen satamo di Bekasi, Jawa Barat bilang produk satamonya aman digunakan sehari-hari. Produk doi biasanya laris di kalangan ibu-ibu.
“Meski tertutup, ukuran lubangnya cukup besar sehingga tidak mengganggu refleks tangan dan jari,” ungkapnya seperti yang dikutip Solopos, Selasa (24/5). Misty menambahkan, “(Satamo) ini tidak memengaruhi tarikan gas dan rem. Bentuknya longgar, sudah diukur sesuai ukuran tangan,” kata Misty.
Mungkin, himbauan Gusti Agung Budi dan Taufik Husni ada benarnya juga, gaes. Kan, udah ada tuh kejadian yang menimpa Lina. Kalau Kawan Muda emang begitu memperhitungkan mode, kan ada juga tuh sarung tangan biasa yang motifnya lucu-lucu. Intinya tetap hati-hati berkendara, ya. Stay beauty and drive safely. (sds)