Genmuda – Kalo ditanya soal ujian waktu kamu Sekolah Dasar (SD), pasti kamu udah lupa dong. Apa ada yang masih ingat? Tapi, gimana kalau kamu waktu SD harus mengerjakan soal kayak gini.
Jadi, belum lama ini netizen dihebohin sama soal ujian buat anak SD yang kurang pantas (bisa gagal paham). Kabar ini turun dari pengguna Facebook bernama Agung Suharto Dirdjosbroto yang mempunyai seorang anak yang bersekolah di SD Negeri Baru 02 Pagi, Jakarta Timur. Dalam naskah ujian Pendidikan Lingkungan Budaya Jakarta (PLBJ) ada pertanyaan tentang pembunuhan dan perceraian seperti gambar di bawah ini.
Kalimat yang Agung tulis di Facebook seperti ini, “Bisa bayangkan anak kita yang kelas dua SD diberikan soal ulangan seperti foto yang saya perlihatkan, dimana mereka harus belajar mengenai ‘PEMBUNUHAN’ dan juga ‘PERCERAIAN’,” tulis Agung.
“Anak saya diberikan PR oleh sekolahnya, SD Negeri Baru 02 Pagi Kec. PS. Rebo, Jakarta Timur untuk dikerjakan selama libur panjang ini. Ini apa ya? Inikah yg diinginkan oleh Pemerintah Indonesia kepada anak-anak kita di kelas dua SD agar mereka belajar tentang pembunuhan dan perceraian?,” tambahnya.
Sebagai ayah dari sang anak, Agung jelas lagi marah dan kecewa sama soal yang dikasih buat anaknya. Ia pun berharap seharusnya pemerintah engga menurunkan soal tersebut karena bisa menjadi contoh yang buruk.
Namun setelah diselidiki, ternyata materi pembunuhan dan perceraian yang ada di dalam soal itu tuh diambil dari cerita berjudul ‘Bang Maman dari Kali Pasir’. Buku yang diterbitkan pada tahun 2012 silam.
Menurut Kepala SDN Baru 02 Pagi, Ridoyo, mengakui kelalaian dalam menyuguhkan soal materi tersebut. Kekerasan dan masalah rumah tangga jelas belum tepat buat dipelajari anak kelas II SD.
Dirinya pun udah mengkordinasi Dinas Pendidikan DKI Jakarta buat nanganin kasus tersebut. “Dinas Pendidikan sebentar lagi akan datang untuk kordinasi tentang itu. Dan dinas memang menyarankan untuk menarik soal dan bukunya,” ujar Ridoyo, dilansir dari Kompas, Senin (23/5).
Kasus ini pun sontak menarik perhatian netizen yang membajiri komentar dalam postingan Agung. “Kasihan anak2 itu dan mereka belum mengerti akan hal2 seperti itu. Mereka itu kan masih dunia anak2,” tulis Henny Gerung.
“Sungguh prihatin… masih banyak cerita lain yg bisa masuk buku ini. Tertib berlalu lintas. Buang sampah pada tempatnya. Bangun pagi dan berolah raga. Pergaulan yg baik dlm bermasyarakat. Etc. Etc. Kenapa yg dipilih yg kaya gini toh?,” tulis Arinta Puspitasari.
Sekedar ngingetin kamu nih, sebelumnya kasus serupa pernah muncul dalam buku LKS di Malang, Jawa Timur pada bulan November 2015. Well, semoga aja kasus ini jadi kasus terakhir yang kita temuin, karena gimana pun juga adik-adik kita di SD belum cocok menjawab soal (maaf) ngawur kayak gitu. (sds)