Sabtu, 27 April 2024

Genmuda – Bahagia. Apa yang terpikir kalo Kawan Muda mendengar kata itu? Kalo ditanya ke temen, pasti jawabannya bakalan beda-beda. Kalo obrolannya diterusin, bisa-bisa kamu dan temen-temen kamu malah ngomongin definisi ‘bahagia.’

Sama halnya kayak filsuf-filsuf sepanjang jaman. Sebagai sosok yang fungsinya buat berpikir untuk masyarakat, beda filsuf beda juga menghasilkan pengertian ‘bahagia’. Ada yang ngomongnya tegas, ada juga yang muter-muter.

Apa pun itu, yang jelas quotes mereka cakep dan inspiratif banget buat kamu. Penasaran? Ini 8 pendapat filsuf soal kebahagiaan:

1. “There is no path to happiness, happiness is the path

via businessinsider.co.id
Gautama Buddha. (Sumber: businessinsider.co.id)

Quotenya mirip peribahasa Inggris, “the journey is the destination.” Pendapat itu diucapkan oleh Gautama Buddha sekitar tahun 500 SM. Kalo dipikir-pikir, artinya bisa jadi gini, Kebahagiaan itu bukanlah tujuan akhir, melainkan hal yang dirasakan sepanjang hidup.”

2. “….Love is perhaps the most fatal to true happiness

via theironsamurai.com
Bertrand Russell. (Sumber: theironsamurai.com)

Pakar matematika, sains, dan logika Inggris kayak Bertrand Russell ternyata bisa menelurkan pemikiran yang romantis kayak gitu. Yang mana artinya, “Cinta merupakan kebahagiaan yang hakiki.” Mungkin karena itu anak-anak muda pada gemar mencari cinta. *tsah!

3. “Happiness is found in developing the capacity to enjoy less”

via wikimedia.org
Socrates (berbaju putih di tengah) bersama murid-muridnya. (Sumber: wikimedia.org)

Socrates mengajak kita buat hidup sederhana. Menurut doi hidup banyak maunya tuh bikin orang ngerasa engga bahagia. Sementara itu, orang bisa hidup bahagia asalkan bersyukur sama yang dimilikinya, apapun itu meski jumlahnya sedikit.

4. “Happiness depends upon ourselves”

via thefamouspeople.com
(Sumber: thefamouspeople.com)

Pendapat Aristoteles ini kayaknya umum banget ya. Doi bilang, “Kebahagiaan cuma bisa diraih tergantung diri sendiri.” Yang artinya bisa jadi ‘lakuin aja apapun yang bikin lo bahagia.’ Atau, ‘anjing menggonggong khafilah berlalu.’

5. “If you are depressed you are living in the past. If you are anxious you are living in the future. If you are at peace you are living in the present.”

via thefamouspeople.com
(Sumer: thefamouspeople.com)

Lao Tse, filsuf Tiongkok ini coba ngasih tau kamu supaya engga perlu baper sama masa lalu dan ketakutan menghadapi masa depan. Karena, orang cuma bisa tenang kalo doi fokus sama yang lagi dihadapi sekarang ini. Ntap!

6. “Life is not a problem to be solved but a reality to be experienced”

via YouTube
(Sumber: YouTube)

Begitu kata Soren Kierkegaard, filsus asal Denmark. Di quotes doi sama sekali engga ada kata ‘bahagia.’ Tapi kalo diperhatiin, pendapatnya ngasih tau cara supaya idup tuh engga dibawa stres. Caranya, dengan enjoy aja di tiap momen apapun itu.

7. “The more you chase happiness, the more it will elude you. Turn your attention to other things, and it will sit softly on your shoulder.”

via YouTube
(Sumber: YouTube)

Henry David Thoreau, filsufnya Amerika Serikat coba ngasih tau kita kalo kebahagiaan tuh engga perlu dicari. Soalnya nanti bakalan dateng sendiri kalo kita fokus ngelakuin hal lain. Genmuda.com sih nyaranin kamu fokus aja di hal yang kamu suka supaya kebahagiaan dateng sendiri, kayak kupu-kupu yang hinggap di bahu kamu.

8. “Self-knowledge is… on the side of happiness and can supply the courage to fight for it”

via manchesterhistorian.com
(Sumber: manchesterhistorian.com)

Kalo yang ini nih quotes dari penulis novel, filsuf, sekaligus feminis, Simone de Beauvoir. Ada dua hal yang coba doi sampaikan. Pertama, kebahagian bisa dicapai kalo orang udah memahami dirinya sendiri. Kedua, dicapainya perlu dengan perjuangan. Perjuangannya ngapain? Tentu saja ngejar cita-cita kamu lah.

Singkatnya Genmuda.com mau berpesan kalo dari 8 quotes di atas mengajarkan kita kalo hidup tuh engga usah ngoyo buat bahagia. Lakukan aja tugas-tugas kamu sebaik mungkin, nanti bahagia dateng dengan sendirinya. (sds)

Comments

comments

Charisma Rahmat Pamungkas
Penulis ala-ala, jurnalis muda, sekaligus content writer yang mengubah segelas susu cokelat hangat menjadi artikel.