Genmuda – Perkembangan teknologi yang semakin cepat tumbuh di segala bidang, termasuk dalam hal olahraga. Sejumlah teknologi yang dulu cuma ada di film science fiction kini telah dipakai buat mempersiapkan atlet berlaga di Olimpiade 2016, Rio De Janeiro, Brazil.
Teknologi itu berhasil mengukur performa tiap atlet dengan angka. Hasil angka-angka itu kemudian dipakai para pelatih dan konsultan olahraga buat mempersiapkan atletnya. Kalo kata situs Tech Radar, Jumat (5/8), teknologi itu membantu para olahragawan menentukan latihan yang paling tepat supaya menghasilkan angka sempurna.
Tim pelatih juga bisa atur strategi yang tepat berdasarkan angka-angka itu. Menariknya lagi, pelatih juga akan menilai seorang atlet bukan lagi berdasarkan perkiraan kasarnya. Berikut Genmuda.com rangkumin teknologi yang digunain para atlet Amerika Serikat di ajang Olimpiade 2016:
1. Kamera berkecepatan tinggi
Dengan teknologi ini, atlet panahan AS, Zach Garrett bisa ngeliat seberapa melengkung dan fleksibel anak panah yang dilontarkannya. “Tanpa informasi seperti itu, saya tidak paham lagi bagaimana cara seorang atlet bisa meningkatkan kemampuannya,” kata Garrett.
2. Sensor pintar
Sementara itu, pebasket Paralympics AS, Matt Scott bilang kalo sensor pintar yang dikenakan selama latihan sangat membantunya menentukan program latihan. Sensor itu bisa menghitung dan membandingkan sesi latihan kali ini dengan sebelumnya.
3. Kain sensoris
Kepala teknologi dan inovasi tim Olimpiade AS, Mounir Zok udah menyiapkan pakaian yang tiap benangnya punya sensor. Dengan adanya teknologi itu, atlet engga perlu lagi dipasang alat-alat seperti besi pemberat ketika latian.
Cukup pakai baju dari kain sensoris dan komputer langsung ngerekam performanya. Google adalah salah satu perusahaan yang memproduksi kain sensor tersebut. Namun Zok enggan ngebocorin siapakah perusahaan yang mendukung kain pintar buat para atlet AS.
4. Internet of Things dan Artificial Intelligence
Penjelasan paling mudah soal Internet of Things (IoT) adalah menghubungkan segala sesuatu kepada internet. Dengan kata lain, nyimpen data secara online. Sementara itu, Artificial Intelligence (AI) secara harfiah merupakan kecerdasan buatan yang bisa memproses informasi secara otomatis. Ibaratnya otak buatan yang ditaro di komputer.
Ketika kedua hal itu digabungkan, data-data mentah yang didapat dari alat-alat sensoris yang dipakai atlet bisa langsung terkumpul dan diolah. Selanjutnya, manajer dan pelatih tinggal memanfaatkan hasil perhitungan mesin buat ngambil keputusan dan strategi.
5. Virtual Reality
Alat ini bukan cuma buat main game tapi juga dipakai buat ngelatih atlet di AS. Kata Zok, VR berguna banget buat nampilin kondisi olimpiade. Itu berguna buat atlet, terutama atlet baru supaya terbiasa dan engga gugup ketika bertanding.
6. Neuropriming
Teknologi neuropriming digunakan buat nambahin performa otot. Alat contoh di atas berbentuk headphone. Secara teknis, headphonenya bakal ngeluarin gelombang energi yang bisa meningkatkan daya kerja syaraf motorik otak. Diharapkan, otot bakal bertambah performanya. Cara ini dipakai oleh tim balap sepeda wanita AS setelah Olimpiade 2012 di London, Inggris.
Mengacu pada peraturan Komisi Internasional Olimpiade (IOC), cara di atas itu sih sah-sah saja. Tentunya berbeda cerita kalo, cara peningkatan kemampuan atlet dilakukan dengan memasukkan unsur kimia, alias doping. IOC akan langsung memberikan sangsi hukuman diskualifikasi dari turnamen bergengsi tersebut. (sds)