Dari Soal Esai hingga Pilihan Ganda yang Ada Isiannya, Ini Perkembangan UN dari Masa ke Masa
Genmuda – Ujian Nasional (UN) SMA 2018 dipastiin gak sajiin soal-soal esai atau jawaban uraian panjang pada semua mata ujian. Tapi, ada soal isian alias uraian singkat pada mata ujian Matematika.
Format baru itu diumumin Ketua Badan Penelitian dan Pengembangan Kemendikbud Totok Suprayitno di kantornya, 20 Desember lalu. Dikutip Tirto.id, “Kira-kira ada 4 soal isian matematika diselipkan di tengah-tengah soal pilihan ganda,” kata beliau.
“Tidak perlu panik dengan modifikasi itu. Tingkat kesulitan soalnya tetap sama. Soalnya pun hanya 10 persen dari total soal,” lanjut beliau. Setuju banget sama beliau. Gak perlu panik sama perubahan UN. Depresi boleh Soalnya, UN selalu berubah dari tahun ke tahun.
1. Ujian Penghabisan, 1950-1965
Penyelenggaraan UN ini berlangsung pada masanya kepemimpinan Presiden Soekarno, saat namanya masih Ujian Penghabisan (UP). Soal tes dibuat sama Departemen Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan dan diuji dalam bentuk esai. Hasilnya diperiksa di pusat.
2. Ujian Negara, 1965-1971
Singkatannya sudah sama-sama UN, tapi kepanjangannya masih Ujian Negara. UN saat itu menguji semua mata pelajaran. SEMUANYA, dengan soal buatan pemerintah pusat. Peserta didik dari Sabang sampai Merauke ngerjain soal ujian yang sama.
3. Ujian Sekolah, 1972-1979
Beda masa, beda pula kebijakannya. Kepemimpinan Orde Baru saat itu ngasih kewenangan tiap sekolah selenggarain ujian sendiri, termasuk nyiapin soal dan nentuin penilaiannya. Pemerintah pusat cuma bikin peraturan umum tentang Ujian Sekolah tersebut.
4. Ebta dan Ebtanas, 1980-2002
Pada masa ini, peserta didik perlu melalui dua ujian akhir sebelum dinyatakan lulus dan dibolehin sekolah ke kenjang lebih tinggi. Pertama, ada Evaluasi Belajar Tahap Akhir (Ebta). Kedua, ada Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional (Ebtanas).
Ebtanas nguji kemampuan mata pelajaran pokok, macam Matematika, Bahasa Inggris, dan Bahasa Indonesia. Sementara matapelajaran sisanya bakal diuji saat Ebta.
Penilaian akhirnya kombinasiin hasil Ebta dan Ebtanas ditambah nilai ujian harian sesuai rapor. Peserta didik dinyatain lulus kalo meraih rata-rata semua patapelajaran minimal enam, meski ada nilai di bawah tiga sekalipun.
5. UAN, 2002-2004
Kebijakan ujian kelulusan berubah lagi. Ebtanas berganti nama jadi Ujian Akhir Nasional (UAN) dan mata ujiannya merupakan mata pelajaran sakti. Kenapa? Soalnya nentuin lulus atau enggaknya peserta didik.
Nilai minimalnya 3,01. Di bawah itu, harus ikut UAN ulang/susulan yang dijadwalin satu minggu setelah jadwal UAN utama. Udah gitu, rata-rata nilai semua mata pelajarannya (termasuk mata pelajaran non-UAN) minimal 6,0.
6. Beban UAN bertambah, 2004
Dengan maksud menambah kualitas peserta didik, nilai minimal kelulusan UAN ditambah dari 3,01 jadi 4,01. Pada saat inilah, UAN dipandang sebagai momok menyeramkan yang bikin anak-anak SMA nangis dan depresi berat. (Kalah galau putus cinta, mah)
7. Ujian Nasional 3 mata pelajaran, 2005-2007
Persaingan ketat dan kebutuhan intelektual makin besar, maka pemerintah pusat kembali memodifikasi ujian kelulusan. Nama UAN berubah jadi Ujian Nasional (UN) dan nilai minimalnya naik jadi 4,25 buat tiap mata pelajaran dan rata-ratanya harus minimal 4,50. Gak segitu, gak lulus.
Anak-anak SMA jurusan IPA dan IPS harus ujian Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan Matematika. Sementara itu, jurusan Bahasa ujiannya Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan Bahasa Asing lainnya.
Standarnya naik lagi pada 2007. Nilai rata-rata minimalnya harus 5,00 dan gak boleh ada mata ujian yang di bawah 4,25. Tapi, masih baik karena cuma menguji tiga mata pelajaran aja.
8. UN 6 mata pelajaran, 2008
Inilah momen ketika UN bener-bener jadi raja terakhir. Hampir tiap sekolah mengalami kasus peserta didik breakdown dengan berteriak histeris sampe nangis ketika ujian.
Dari tiga mata ujian, pemerintah nambahin tiga lagi. Anak IPA perlu dibebani ujian Biologi, Fisika, dan Kimia. Tanggungan anak IPS ditambah Geografi, Sosiologi, dan Ekonomi. Sementara itu, anak Bahasa juga dikasih ujian Antropologi/Sejarah, Bahasa Asing lain, dan Sastra Indonesia.
9. Peraturan makin ribet, 2009-2016
Masih dengan enam mata ujian, pemerintah bikin peraturan UN makin kompleks. Nilai minimal kelulusan dikurangi dari 4,25 jadi 4,00 untuk paling enggak dua mata ujian. Sisanya harus minimal 4,25. Udah gitu, nilai rata-ratanya harus minimal 5,50.
Pada masa ini pula, pemerintah mulai terapin UN berbasis komputer (UNBK). Harapannya, kecurangan makin berkurang, kerja panitia penyelenggara lebih ringan, dan proses penilaian lebih cepat serta tepat.
10. UN 4 Matapelajaran, 2017
Keadaan berubah lagi saat pemerintah mutusin UN cukup empat mata ujian. Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan Matematika adalah mata ujian wajib.
Anak IPA bisa milih satu lagi antara Fisika, Kimia, atau Biologi. Anak IPS dipersilakan pilih antara Geografi, Sosiologi, atau Ekonomi. Sementara itu, anak Bahasa boleh milih Sastra Indonesia, Sejarah/Antropologi, atau Bahasa Asing lainnya.
Dan sekarang, peraturan UN diubah lagi. Gak perlu takut. Sejarah udah nunjukin kalo UN selalu berubah dari waktu ke waktu. Namun demikian, tiap anak SMA selalu bisa beradaptasi dan lulus secara massal nempuh pendidikan tinggi. Kalo kids zaman old aja bisa, masa kids zaman now enggak, sih!?
JSYK, perjalanan ujian kelulusan tersebut bisa Kawan Muda liat sendiri dari banyak sumber ini (1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10). (sds)