Jum'at, 19 April 2024

Genmuda – Setelah dibuka Perancis dan Romania, tiga pertandingan Euro 2016 berlangsung sangat panas. Di lapangan, tiap tim yang bertanding bertekad dapetin poin kemenangan biar seleksi grup makin mudah. Di luar lapangan, para fans rusuh hingga berdarah-darah.

Nyatanya, emang Albania v Swiss, Wales v Slovakia, dan Inggris v Russia penuh dengan drama. Malah ada yang kisahnya seperti kisah telenovela. Oke, gaes inilah drama-drama yang terjadi di tiga pertandingan babak penyisihan grup itu.

1. Saudara sedarah yang terpisah

euro 2016
Taulant Xhaka (kiri) dan Granit Xhaka (kanan) beradu di lapangan. (Sumber: telegraph.co.uk)

Salah satu drama lapangannya bisa diliat waktu pertandingan Albania kontra Swiss, lebih tepatnya persaingan Granit Xhaka (Swiss) dan Taulant Xhaka (Albania). Xhaka bersaudara akhirnya bertemu kembali. Bukan sebagai kakak-beradik yang melepas rindu dalam haru, melainkan sebagai dua pemain bola profesional yang perlu beradu.

“Rasanya aneh sekali,” ungkap Granit kepada Telegraph.co.uk setelah pertandingan usai. “Itu mungkin jadi momen spesial untuk keluarga Xhaka melihat dua anak laki-lakinya bertanding. Ada banyak tekanan, tapi bertanding sekuat tenaga,” pungkas doi.

Pertandingan itu emang jadi “konflik sedarah” bukan hanya bagi Xhaka bersaudara tapi bagi semua pemainnya. Wartawan Telegraph Jonathan Liew bilang, “Pemain-pemain Swiss emang banyak yang punya darah Albania, sementara sebagian pemain Albania lahir dan besar di Swiss. Soalnya, sekitar 1990an tuh ada migrasi besar-besaran dari negara-negara Balkan, salah satunya Albania, ke Swiss.”

Buat kedua tim, pertandingan ini jadi penentu “garis keturunan” mana yang paling bergengsi di lapangan. Hasilnya, perseteruan itu diselesaikan lewat kemenangan Swiss lewat sundulan Fabian Schar di menit kelima. Hingga akhir, skor pertandingan tetap 1-0 buat Swiss.

2. Kangen kompetisi internasional

euro 2016
Teriakan kemenangan Gareth Bale setelah pertandingan. (Sumber: indianexpress.com)

Gareth Bale cs engga mungkin menyia-nyiakan kesempatan berlaga lebih lama di Euro 2016 karena Wales udah 58 tahun engga merasakannya. Terakhir The Dragons merasakan turnamen internasional tuh waktu Piala Dunia 1958. Karena itu juga, fans Wales ngasih dukungan gila-gilaan. Stadion Bordeaux memerah semerah panji Wales.

Sementara itu, Slovakia engga sudi mengalah dari “anak bawang.” Doi udah buktiin diri dan ngerasa di atas angin, apa lagi udah ngalahin Spanyol di babak kualifikasi dan menyingkirkan Italia waktu Piala Dunia 2010. Kalo Wales ngandelin Bale, Slovakia ngandelin Marek Hamsik yang jadi top-scorernya waktu babak kualifikasi.

Maka dari itu, kedua tim ngotot menang. Wales berusaha main cantik dan bertahan gila-gilaan waktu Bale mencuri angka lewat tendangan bebas di babak pertama, sementara Slovakia main keras pake banget. Wasit sampai melayangkan lima kartu kuning buat Slovakia. Meski begitu, pertandingan perlu berakhir dengan skor 2-1 untuk Wales.

3.Ultras v Hooligans

Pendukung Inggris berusaha menyelamatkan diri dari amukan fans Russia. (Sumber: telegraph.co.uk)

Ternyata, sepak terjang pemain muda Inggris dan pemain senior Russia masih kalah happening dari perseteruan antar fans rusuh Inggris (Hooligans) lawan fans rusuh Russia (Ultras). Para Ultras mungkin terlalu girang Motherland-nya engga jadi kalah terus meluapkan kegembiraannya dengan cara yang salah.

Berdasarkan pemberitaan Telegraph.co.uk, para Ultras langsung menyerbu pendukung Inggris yang masih duduk di bangku penonton dan menyerbu tanpa pilih-kasih. Penonton Inggris yang ketakutan pun terpaksa memanjat pagar buat menyelamatkan diri. Sejumlah pendukung Inggris pun perlu dirawat karena luka hingga berlumur darah.

Di lapangan, gol Dier di menit ke-73 gagal membawa The Three Lions unggul karena Russia berhasil mencuri angka jadi 1-1 di Injury Time babak kedua lewat sundulan lambung Vasili Berezutski. Karena itu, gol tendangan bebas Eric Dier gagal menjadikan Inggris sebagai pemenang di laga pertama.  (sds)

Comments

comments

Charisma Rahmat Pamungkas
Penulis ala-ala, jurnalis muda, sekaligus content writer yang mengubah segelas susu cokelat hangat menjadi artikel.