Jum'at, 29 Maret 2024

Genmuda – Setelah beberapa waktu yang lalu kamu udah nonton “Guardian of The Galaxy Vol. 2” karya Marvel, sekarang saatnya DC tampil lewat “Wonder Woman.” Tayang mulai tanggal 2 Juni di seluruh bioskop Indonesia, superhero cewek paling tua ini bakal memikat kamu lewat kecantikan dan keberaniannya.

Setelah dulu cuma ada di TV series dan jadi cameo di film “The Lego Movie” dan “Batman VS Superman: Dawn of Justice“, Wonder Woman akhirnya difilmkan dengan berlatar belakang perang dunia antara Jerman dan Inggris.

Flashback di awal film

©WarnerBros/2017
©WarnerBros/2017

Mengambil latar tempat di Paris, tepatnya di Musée du Louvre, Diana (Gal Gadot) mendapat kiriman sewaktu doi menyelamatkan sebuah desa di perbatasan perang. Dalam fotonya itu doi gak sendiri, tapi sama empat orang temannya. Dari sinilah cerita masa kecil Prince Diana, anak dari Ratu Hippolyta (Connie Nielsen) itu dimulai.

Dengan wajahnya yang imut dan pemberani, Diana kecil sering ngeliat para warga Amazon berlatih beladiri yang dipimpin sama adik ibunya, Antiope (Robin Wright). Meski awalnya gak disetujui oleh ibunya, Diana tumbuh menjadi pejuang tangguh hingga bisa mengalahkan Antiope di latihan beladiri.

Pertemuan Diana sama Steve

©WarnerBros/2017
©WarnerBros/2017

Suatu hari sebuah pesawat mampu menembus waktu dan masuk ke daerah pulau Themischyra, –tempat suku Amazon (yang isinya perempuan semua) tinggal. Diana yang ngeliat pesawat itu terjun ke laut, buat nyelametin pilotnya yang diketahui bernama Steve Trevor (Chris Pine). Selain seorang pilot, pemeran Kapten Kirk di “Star Trek” tersebut juga merangkap sebagai mata-mata Inggris yang bekerja di pihak Jerman.

Steve dikejar-kejar oleh tentara Jerman karena terbukti mencuri buku resep senjata kimia Dr. Maru (Elena Anaya). Para tentara itupun masuk ke pulau surgawi ini dan menyerang Steve. Namun Steve dan Diana ditolong oleh perempuan Amazon sehingga bentrok kedua kubu tak bisa terelakkan.

Plot twist dan tetep seru

©WarnerBros/2017
©WarnerBros/2017

Tampilnya sang superhero cewek dari DC ini pun didukung sama cerita epik yang dikerjain kroyokan oleh Allen Heinberg, Zack Snyder, dan Jason Fuchs. Meski menawarkan konflik ‘biasa’ dalam sebuah film superhero, plot twistnya seolah jadi alasan kuat buat penonton betah mengikuti pertempuran Diana di antara pasukan Inggris dan Jerman.

Dibarengi dengan kekuatan super, Wonder Woman juga gak luput dari teror para villains seperti Dr. Maru, Jenderal Erich Ludendorff (Danny Huston), hingga sosok dewa perang bernama Ares yang menjadi sumber kekacauan.

Pengemasannya lebih epik ketimbang “Batman vs Superman”

©WarnerBros/2017
©WarnerBros/2017

Seolah belajar dari kritikan film “BvS” pengemasan “Wonder Woman” ketimbang lebih epik dan rapih. Baik dalam segi efek, scoring, hingga setiap karakternya. Perpaduan efek slow motion dalam adegan perkelahian seolah menjadi bumbu tambahan film sehingga lebih dramatis.

Kalo pun penulis boleh komentarin, kekurangan film ini gak lepas dari sosok Gal Gadot yang kayaknya terlalu perfect sebagai superhero. Nyaris gak ada luka ataupun make up yang rusak usai pertempuran hebat. Ya, terlepas dari itu semua film garapan Patty Jenkins satu ini layak diapresiasi sebagai angin segar sebelum peluncuran “Justice League” November mendatang.

Oh iya satu lagi, setelah selesai gak ada after credit ya. Jadi kamu bisa langsung keluar bioskop begitu filmnya selesai.

Our Score

(sds)

Comments

comments

Fiany Intan Vandini
The youngest reporter on the 2nd floor of Gen Muda Office.