Jum'at, 19 April 2024

Genmuda – Satu rombongan pengendara motor cross kaget ngeliat sesosok manusia kerdil tanpa busana bergerak gesit sepanjang jalan tanah yang membelah hutan di Aceh. Ketika dikejar dengan motor, orang itu menghilang ke balik semak-semak.

Video kejadian aneh itu pada akhirnya viral di media sosial, sepanjang akhir pekan 25-26 Maret. Sosok itu merupakan “orang dalam” yang hidupnya bersuku-suku dan terisolir di pedalaman rimba atau goa.

Selain di Aceh, suku pedalaman juga tersebar merata hampir di semua daerah Indonesia. Agar lebih jelasnya, langsung aja liat penjelasan singkat mengenai karakteristik mereka di bawah ini.

1. Suku Mante

via tribunnews.com
Tampilan Suku Mante yang ditemukan para pegiat motor cross di Aceh. (Sumber: tribunnews.com)

Berdasarkan ciri fisik yang kecil, menghindari kontak dengan orang luar suku, dan hidup di alam bebas, Arkeolog Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, Husaini Ibrahim menduga sosok di video viral itu adalah anggota Suku Mante/Manti/Mantir. Kalau emang benar, berarti mereka adalah “tuan rumah” sebenarnya Tanah Gayo.

Mereka merupakan tergolong keturunan ras Proto Melayu yang pertama kali mendiami Nusantara sejak 2.500 – 1.500 Sebelum Masehi (SM). Kebudayaan mereka makin tergeser ke pedalaman hutan ketika masyarakat Deutero Melayu masuk Nusantara dengan kebudayaan lebih modern, sekitar 300 SM.

2. Orang Pendek

via bigfootbase.com
Ilustrasi tampilan Orang Pendek. (Sumber: bigfootbase.com)

Di area selatan Sumatera, masyarakat lokal menyebut “orang dalam” dengan ciri seperti yang di Aceh sebagai Orang Pendek. Bedanya, Orang Pendek dicirikan punya banyak rambut di sekujur tubuh, tangan panjang beroto, tapi kakinya pendek. Ya, bentuknya lebih mirip orang utan yang jalan normal dengan kedua kaki daripada hobbit di film-film “Lord of the Rings.”

Mereka hidup sangat terisolir, bahkan lebih berada di pelosok hutan daripada Suku Anak Dalam Jambi dan Sumatera Selatan. Seorang penjelajah pedalaman asal Inggris, Benedict Allen dalam buku Hunting the Gugu bilang Orang Pendek biasa diberikan semacam sesajen (salah satunya rokok) agar tidak mengganggu komunitas masyarakat lain.

3. Manusia liliput Taman Nasional Way Kambas Lampung

via penabiru.com
Ini bukan Thailand. Ini Taman Nasional Way Kambas. (Sumber: penabiru.com)

Masih dari selatan Pulau Sumatera, ada juga manusia liliput yang keberadaannya disaksikan polisi hutan (polhut) di Taman Nasional Way Kambas (TNWK) Lampung, sekitar 2013. Mereka bahkan sampai “beruntung” bertemu dengan rombongan “manusia aneh” di tempat yang sama dalam dua kesempatan berbeda.

Ciri-ciri fisik suku pedalamannya seperti manusia purba di buku sejarah. Rambut gondrong, tanpa busana, dan memegang tongkat kayu sebagai senjata dan alat pijakan. Ketika rombongan polhut mendekati, mereka langsung melarikan diri dengan gesit ke pedalaman hutan.

4. Suku Oni

via istimewa
Ini cuma ilustrasi Suku Oni aja. (Sumber: Istimewa)

Kesaksian keberadaan Suku Oni yang tingginya sekitar 70 centimeter diungkapkan Ahmad Lukman, mantan Kepala Desa (Kades) Mappesangka, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan. Ketika beliau diangkat jadi kades, kepala suku Oni mengundangnya jamuan ke goa mereka di pedalaman hutan.

Untuk mencapai area di jantung Hutan Tanjung Palette itu, Ahmad Lukman perlu jalan hingga tiga kilometer. Adjiep Padinding, seorang budayawan lokal, pernah bilang kalo Suku Oni dulu masih suka berinteraksi bahkan meminjamkan perabot ke warga sekitar. Namun, warga yang jarang mengembalikan barang pinjaman membuat Suku Oni akhirnya marah hingga akhirnya mutusin kontak dengan dunia luar.

5. Ebu Gogo

via techtimes.com
Tampilan Ebu Gogo berdasarkan rekonstruksi kerangka. (Sumber: techtimes.com)

Kabar keberadaan Ebu Gogo, hobbit dari daerah Flores, Nusa Tenggara Timur sangat kuat hingga sampai ke telinga media di Inggris. Seorang penjelajah bernama Richard Roberts bersama rekannya Gert van den Bergh sampai berkunjung langsung ke Flores dan “memburu” sisa kerangka Ebu Gogo di goa.

Kerangka makhluk ini pun ditemukan. Tingginya hanya mencapai satu meter dengan rambut panjang, perut buncit, telinga melancip, bentuk kaki yang agak janggal, dan tangan dan kaki yang panjang. Temuannya pun dikonfirmasi warga sekitar sebagai sosok Ebu Gogo yang selama ini merusak tanaman ladang mereka.

FYI, temuan ini sudah teruji secara ilmiah dan para hobbit Flores itu dinamai Homo floresiensis (H floresiensis). Penelitian Arkeologi lanjutan pun menyimpulkan kalo komunitas yang tinggal di goa-goa itu punah ketika gunung Liang Bua meletus, sekitar 12 ribu tahun lalu. (sds)

Comments

comments

Charisma Rahmat Pamungkas
Penulis ala-ala, jurnalis muda, sekaligus content writer yang mengubah segelas susu cokelat hangat menjadi artikel.