Kamis, 28 Maret 2024

Genmuda – Terjun di dunia kreatif desain lebih dari 20 tahun menjadikan sosok Bima Shaw atau yang akrab disapa Mas Bima memiliki visi menyiapkan desainer muda yang siap bersaing dengan desainer negara tetangga. Meski engga se-ngetop nama artis atau publik figur lainnya, tapi alumni Curtin University of Technology, Perth-Australia ini punya ambisi yang engga boleh dipandang sebelah mata.

Memulai usaha percetakan undangan, semua proses jatuh bangun memulai suatu usaha pernah doi alamin. Meski jadi pengalaman pahit hal ini terus membuat dirinya tetap konsen di dunia desain, dan mengaku tidak pernah sekalipun melacurkan diri ke bidang yang lain di luar passion-nya, yaitu desain.

So, buat Kawan Muda yang mulai mikir-mikir mau kuliah DKV atau mau terjun langsung di dunia kreatif desain, ada baiknya simak dulu nih Kisah Sukses Bima Shaw barengan Genmuda.com. Cekidot!

 

Genmuda: Di usia sekarang lagi sibuk apa nih mas?

Mas Bima: Masih ngedesain. Selain itu, saya sekarang arahnya udah fokus ke CSR [Corporate Sosial Responsibility].

 

Genmuda: Wow, kok bisa ke CSR?

Mas Bima: Alasannya karena saya ngelihat jaman sekarang orang-orang di angkatan saya harusnya udah mikirin generasi mudanya mau seperti apa. Saya ngelihatnya desainer muda di usia muda [25-35 tahun] sering dijadiin sorotan klien, karena dianggapnya belum cukup memperlihatkan kompetensinya sebagai desainer.

Kompetensinya sendiri banyak, mulai cara berpikir, tata krama, komunikasi, dll. Dan pemberdayaan itu yang sedang saya kembangkan, sehingga kebutuhan klien dan desainer saling didengar dan terpenuhi.

 

Genmuda: Bagaimana Mas melihat masalah sorotan klien itu bisa timbul di desainer muda?

Mas Bima: Sederhana saja, hampir semua klien gak tahu maunya apa, tapi mereka tahu apa engga mereka mau. Di situlah peran desainer untuk mencari tahu dulu sebelum bikin karya.

Nah, selain itu ada tahap-tahapan yang harus desainer lalui, mulai dari penerimaan brief, proses menggalinya, hingga proses komunikasi. Kebanyakan kasusnya adalah para desainer muda hanya terpaku sebatas pada desainnya, bukan pengembangan bisnis kliennya. Sekarang kalo saya tanya, ‘Yang mengukur keberhasilan karya kamu siapa?’ jawabnya ‘Pasti target si kliennya dong!’

Oleh karena itu, desainer musti paham jenis audience si klien supaya kesuksesan sebuah desain bisa terukur.

 

Genmuda: Apakah hal tersebut engga pernah didapatkan di sekolah atau kampus?

Mas Bima: Ya bisa dibilang itu semua dari pengalaman, engga semua dosen juga ngalamin seperti ini. Karena mereka [dosen] pasti terikat oleh kurikulum. Saya setiap presentasi ke kampus selalu bilang, ‘relevansi ilmu yang kamu pelajari di kampus itu cuma 30 persen di industri’ itu kalo rajin, kalo engga ya makin engga ada artinya.

Dari situ akhirnya saya mulai fokus ke CSR dan ngejadiin DesignerSpeaks! Rumah belajar baru dari berbagai sisi, makanya keanggotaan di sana engga mentok di praktisi, tapi dosen dan mahasiswa juga ada.

 

Genmuda: Awal berdirinya DesignerSpeaks! (DS) mulai kapan sih mas?

Mas Bima: Start tahun 2010, dulu namanya ‘Saturday Cult!’, saya dan istri saya buat itu sebagai ajang kumpul teman-teman industri aja. Karena tahun pertama itu masih gratis, kita ngumpul, makan-makan, sharing, terus pulang. Tapi rasanya kok enggak ada bekasnya.

Nah, sambil jalan saya mikir, ‘kalo terus gini aja uang gue abis, nilai tambah peserta juga kagak ada’. Saya brainstorming bikin sesuatu yang sustainable. 2014 ‘Saturday Cult!’ berubah nama menjadi DesignerSpeaks! [DS] saya fokus sama orang-orang DKV, tapi engga kesannya buat orang-orang desainer grafis aja. Sekarang hampir semua orang di laptopnya kan punya software desain dan ngerasa bisa jadi desainer, jadi semua saya rangkul.

Akhirnya saya buat gebrakan presentasi lewat judul ‘Desainer Grafis sebuah ambisi, profesi atau sekedar hobi.’ Kalo hobi, lo cuma ngerjain kalo lagi mood aja. Kalo profesi, lo kerja sama orang begitu uang kurang pusing karena yang dipikirin income. Nah, kalo berdasarkan ambisi, incomenya mau sebanyak atau sesedikit apapun kita tetep jalan terus.

 

Genmuda: Visi dan Misi DS sendiri ke depan?

Mas Bima: Kita ingin menjadi pihak yang menjembatani teman-teman kreatif di Indonesia untuk menjadi desainer yang lebih baik dan bisa berkompetisi dengan desainer-desainer dari negara tetangga.

Fungsi DesignerSpeaks! di sini sebagai support asosiasi yang sudah ada, (Asosiasi Desain Grafis Indonesia dan Asosiasi Profesional Desain Komunikasi Visual Indonesia) Asosiasi Desain Komunikasi Visual Indonesia akan mengeluarkan sertifikasi kompetensi berstandard internasional sebagai rujukan apakah desainer kita siap kerja atau tidak, berkompeten atau tidak.

Kalau di DS kami fokus pada kegiatan diklat dan penerapan kode etik profesi keanggotaan. Minimal dari hal kecil dulu anggota DS paham bagaimana menjadi praktisi, mahasiswa, dan dosen yang beretika.

(Foto: dok. Bima Shaw)
(Foto: dok. Bima Shaw)

Genmuda: Berapa iuran yang dikenakan ke anggota? Sama rata atau beda-beda?

Mas Bima: Beda-beda, kalo untuk praktisi 1,2 juta rupiah per tahun, asumsinya cuma seratus ribu sebulan. Kalo mahasiswa 600 rupiah dan bisa dicicil dua bulan. Uangnya untuk apa? Untuk bikin acara kegiatan belajar mereka sendiri.

 

Genmuda: Di tahun 2016 ini Mas Bima ingin fokus menularkan apa kepada anggota DS?

Mas Bima: Tahun ini fokus saya pengen ke arah MEA-nya, makanya saat ada acara di Semarang, Januari 2016 kemarin saya memberikan presentasi ‘Menjawab Tantangan MEA di Industri DKV’. Ke depan saya ingin tularkan ke berbagai kota, Jakarta, Bandung, Semarang, dan Bali. Narasumbernya juga buka saya aja, ada banyak temen-temen dari orang industri kreatif.

“Intinya kita kerja, kita berkreasi, tapi harus ada regulasi dan proteksi.” – Bima Shaw

Genmuda: Terjun di dunia desain dari tahun 1995, perkembangan profesi desainer di Indonesia gimana?

Mas Bima: Sejak saya mulai berkarir tahun 1995, kualitas produk dan layanan industri DKV di Indonesia menurun, baik di Jakarta maupun di daerah. Buat desainer yang di daerah mereka merasa kurang mendapat akses pengalaman dan wawasan mereka supaya lebih maju. Oleh sebab itulah DS banyak menggelar event di daerah.

 

Genmuda: Banyak kasus desainer muda yang seperti ditipu klien saat menjalani proyek, pendapat Mas gimana?

Mas Bima: Saya pernah muda dan di posisi itu kok, pasti yang saya salahkan saat itu si klien. Tapi setelah saya semakin berkembang, saya melihat bahwa kita sebagai desainer juga banyak salahnya. Kalau kita butuh kerjaannya, maka kita harus siap untuk dimintai revisi. Kalo kita gak butuh kerjaannya, dari awal jangan terima proyeknya.

Klien yang curang pasti ada, tapi sebelum kita menyalahkan orang lain, sebaiknya kita sendiri juga mawas diri: ‘apakah cara kita berbisnis udah benar atau belum? Apakah urusan pembayaran sudah dibahas dan disetujui kedua belah pihak atau belum?’ Makanya DS menjabarkan banyak hal soal ini kepada anggotanya.

Menyikapi hal klise kayak gitu di DesignerSpeaks sudah terafiliasi dengan seorang lawyer yang dapat memfasilitasi kebutuhan anggota seputar hak cipta, kontrak kerja dan sebagainya. Intinya kita kerja, kita berkreasi, tapi harus ada regulasi dan proteksi.

(Foto: dok. Bima Shaw)
(Foto: dok. Bima Shaw)

Genmuda: Jadi knowledge seperti itu hampir engga didapetin di akademik dong?

Mas Bima: Engga, karena mayoritas dosen engga ngalemin. Itu yang saya bilang kalo DS membantu memproteksi.

 

Genmuda: Tips dari Mas Bima soal membangung self branding buat desainer muda hingga bisa punya rate card sendiri?

Mas Bima: Berangkat dari diri sendiri, tanya 10 tahun dari sekarang kamu mau menjadi apa. ‘Mau berprofesi yang sama atau engga’. Itu [self-branding] engga terbentuk cuma kerja setahun atau dua tahun. Beda halnya kalo emang kamu konsen di bidang itu aja.

Kalo kamu rajin barulah di tahun ketiga bisa buat rate card, saya juga menganjurkan acuannya rate card lebih baik disesuaiin sama apa yang kamu sering kerjain. Dari situ kita bisa dapat dua hal, asah skill dan asah kecepatan bekerja.

 

Genmuda: Pesan buat Kawan Muda dari Mas Bima?

Mas Bima: Terus membuka wawasan, ilmu, dan pergaulan baru, karena dengan begitu kamu bisa menemukan pengalaman baru dan berbeda dari apa yang kamu dapatkan sekarang.

 

Belajar dari pengalaman sama ngobrol bareng Mas Bima tadi, semoga Kawan Muda yang terjun di dunia kreatif desain bisa lebih termotivasi lagi buat siapin diri kamu ya. FYI, tanggal 18-20 Maret 2016 mendatang DS juga bakalan ngadain Creative Event dengan sejumlah pembicara yang kece di bidang mereka, mulai dari branding, advertising, motion graphics, animations, game design, dan masih banyak lagi . Kalo kamu penasaran langsung aja kepoin media sosialnya. Salam kreatif Generasi Muda!

Comments

comments

Saliki Dwi Saputra
Penulis dan tukang gambar.