Genmuda – Joaquin Phoenix kembali sebagai Joker di sekuel Joker: Folie à Deux, dengan Lady Gaga sebagai Harley Quinn. Tapi, buat kamu yang berharap melihat aksi kriminal ikonik Joker, siap-siap kecewa. Kenapa? Langsung aja simak review Genmuda.com kali ini.
Dimana Aksi Joker?
Di film pertama, kita diperkenalkan pada kehidupan tragis Arthur Fleck—yang masa kecilnya yang penuh kekerasan, gangguan kesehatan mental, dan berubah menjadi Joker. Tapi yang membuat banyak orang bertanya-tanya adalah, kapan Joker benar-benar jadi Joker? Kita sudah menunggu momen di mana Joker muncul sebagai kriminal besar, melakukan perampokan atau aksi kejahatan besar lainnya yang membuatnya jadi musuh Batman yang terkenal. Tapi sayangnya, di Folie à Deux, kita nggak mendapatkan semua itu.
Sebagian besar film ini justru dihabiskan di Arkham Asylum, penjara tempat Arthur menjalani hukuman. Bagian lainnya fokus di ruang sidang Gotham, di mana hakim dan juri memperdebatkan apakah Arthur dan Joker adalah dua persona yang berbeda. Alih-alih aksi kriminal seru, yang kita dapatkan adalah drama hukum yang lambat dan membosankan.
Lady Gaga memerankan Harley Quinn versi baru, kali ini bernama Lee Quinzel. Di sini, Harley bukan lagi mantan psikiater seperti yang kita lihat di Suicide Squad atau Birds of Prey, tapi seorang pengagum Joker yang membantu Arthur kembali menjadi dirinya yang flamboyan.
Musikal yang Bikin Bingung
Salah satu twist besar film ini adalah adanya elemen musikal. Arthur dan Harley bernyanyi dan berdansa di beberapa adegan, membayangkan diri mereka berada di dunia yang mirip Broadway. Buat penggemar Lady Gaga, bagian ini tentu menyenangkan, apalagi dia membawakan lagu-lagu klasik Amerika dengan powerful. Tapi masalahnya, suara Joaquin Phoenix yang serak-serak justru bikin momen musikal ini terasa aneh dan kurang mengena.
Alih-alih membawa cerita ke arah yang lebih gila dan imajinatif seperti yang kita harapkan dari Joker dan Harley, adegan musikal ini justru memperlambat alur cerita dan terasa seperti filler. Elemen ini juga nggak punya koreografi atau visual yang mencerminkan kegilaan Joker, yang malah bikin kita bertanya-tanya, apa gunanya adegan ini?
Todd Phillips, sang sutradara, kayak sengaja membuat Joker: Folie à Deux sebagai bahan penonton untuk bisa memandang karakter Arthur Fleck. Di film pertama, ada penonton yang melihat Joker sebagai sosok revolusioner yang menantang sistem. Tapi di sekuel ini, Phillips menegaskan bahwa Joker hanyalah orang biasa yang nggak punya kontrol atas hidupnya. Sayangnya, pesan ini justru membuat karakter Joker terasa lemah dan kurang mengesankan sebagai supervillain.
Kesimpulan
Joker: Folie à Deux bukan film superhero atau villain yang seru. Dengan durasi dua jam lebih, film ini terasa seperti drama psikologis yang terlalu overrated dan nggak menyenangkan. Elemen musikalnya pun terasa nggak nyambung dan malah memperlambat cerita.
Buat kamu yang berharap melihat aksi Joker dan Harley Quinn yang keren, film ini mungkin bakal bikin kamu kecewa. Tapi kalau kamu tertarik dengan drama psikologis yang berat dan elemen musikal yang nggak biasa, mungkin Folie à Deux bisa jadi tontonan yang menarik. Hanya saja, jangan berharap akan ada banyak aksi menegangkan. Film ini lebih banyak fokus ke drama internal Arthur Fleck yang, sayangnya, kurang memuaskan.
Di Indonesia filmnya tayang mulai tanggal 2 Oktober 2024. Simak dulu trailernya di bawah!