Kamis, 25 April 2024

Genmuda – Belakangan ini dunia sedang dihebohkan dengan pemberitaan mengenai ‘Panama Papers’ nih, Kawan Muda. Baik media lokal maupun interlokal, semua menyajikannya menjadi topik utama di halaman depan. Btw, kamu pasti udah engga asing kan?

Buat kamu yang belum tau, pasti masing geleng-geleng kepala kan tuh, “Apaan sih Panama Papers?”. Nah, berikut Genmuda.com kasih sedikit gambaran secara sederhana, dengan mengangkat kisah Surti dan Tejo. Semoga kalian engga pusing.

Surti dan Tejo adalah sepasang kekasih yang tiga hari lalu baru saja merayakan anniversary hubungan mereka. Seperti kebanyakan remaja di Indonesia, satu hari dalam sebulan, sesuai dengan tanggal diresmikannya kisah asmara mereka, mutlak sebuah perayaan harus dilalui, minimal saling mengucapkan. Kalo luput, biasanya salah satu ada yang ngambek.

Surti memakai smartphone berbasis iOS, sementara Tejo setia kepada Android. Ceritanya begini, sebagai lelaki, kodratnya adalah selalu dicurigai oleh pasangannya, dalam kasus ini adalah Tejo. Tejo membuat sebuah grup di aplikasi chat yang beranggotakan teman rumahnya.

Pembahasannya setiap malam hanya membicarakan manakah cewek tercantik yang ditemui setiap hari. Grup ini selalu disembunyikan dari hadapan Surti.

Namun, dua tiga kali pertemuan, Sutri melihat gelagat Tejo mulai aneh. Sewaktu bermalam mingguan makan di roti bakar di daerah Blok M, Tejo asik dengan smartphone-nya sendiri, sementara Sutri memandang dengan tatapan tajam ala Feni Rose sewaktu membawakan berita infotainment, sembari melahap roti bakar pisang bertabur keju.

Surti merengek dengan nada pelan untuk mengecek smartphone milik Tejo, apa yang ia sibukan di tengah malam mingguan mereka. Nah, perseteruan romantika remaja Indonesia pada umumnya akhirnya terjadi. Tejo kurang suka dengan aksi Surti merengek ingin melihat smartphone-nya di depan umum. Mereka berdua berdebat dan pulang dengan saling membuang muka. Tapi, karena Surti cewek shalihah, dalam kondisi ngambek pun masih menyalami tangan Tejo ke keningnya, sebelum melangkahkan kaki ke rumah.

Ingin berusaha bijak, namun tetap jadi lelaki brengsek, akhirnya Tejo membeli satu smartphone baru yang khusus digunakan untuk pembicaraan grup tersebut. Siasatnya, smartphone itu engga boleh keluar dari kamarnya, agar gerak-geriknya tak tercium kedua kalinya oleh Surti. Dilipat dalam koran harian, lalu dimasukan ke dalam lemari.

Cerita baru dimulai (Tadi pemanasan)

Kebetulan, ibu Tejo engga pernah memasuki atau menggeledah kamarnya. Karena sang ibu percaya, bahwa Tejo sudah besar. Terbukti dengan ukuran celana dalamnya yang sudah tak muat lagi. Sang ibunda merasa bahwa kini anaknya sudah memiliki ruang privasinya sendiri. Jadi, kemungkinan smartphone itu ketahuan rasanya tidak mungkin. Namun serapih-rapihnya nutupi bangkai akhirnya tercium juga. (kata pepatah)

Nah, inilah perumpamaan dari kebocoran dokumen ‘Panama Papers’. Jadi, ada beberapa pihak yang menyembunyikan asetnya, –di sini Tejo dengan smartphone-nya. Kamar Tejo adalah Panama, dan smartphone  adalah dokumen yang akhirnya terungkap.

‘Panama Papers’ adalah dokumen dari firma Mossack Fonseca yang berbasis di Panama, Amerika Latin. Dokumen tersebut berisi banyak nama pengguna jasa Mossack Fonseca di seluruh dunia untuk mengemplang pajak dan mencuci uang.

Normalnya, kalau kamu punya bisnis warung sosis bakar yang udah berbadan usaha, kan harus bayar pajak tuh. Nah, dengan adanya Mossack Fonseca, kamu bisa menghindari pembayaran pajak kalau kamu pindahkan uang pemasukan kamu dengan kedok investasi. Money laundry gitu, Kawan Muda.

Mossack Fonseca sendiri telah beroperasi selama hampir 40 tahun dan telah mendirikan 214 ribu entitas perusahaan yang terkait dengan orang-orang dari berbagai negara, seperti tokoh politik, selebriti, perusahaan dan sebagainya.

Kok sejauh ini mereka aman-aman aja? Kamu mungkin mengenal satu istilah bernama tax haven. Istilah tersebut bisa diartikan sebagai negara yang bebas dari pajak atau masih terkena pajak, namun sangat rendah. Beberapa diantaranya atara lain yakni Panama, Hongkong, Swiss, Singapura, dan British Virgin Island.

Di negara-negara yang disebutkan, transaksi keuangan yang berlangsung tuh bisa terkunci rapat, kerahasiannya terjaga. Meliputi nama pemilik, jumlah pemasukan, data penghasilan, dan sebagainya. Mossack Fonseca sendiri adalah firma yang berdiri di Panama dan berperan sebagai perantara pengemplangan pajak.

Terus, bahaya engga? Tentu. Siapa sih yang dirugikan kalau aliran pajak itu digelapkan? Pastinya negara dan beberapa pihak terkait. Komplotan Joni yang mangkir membayar pajak jelas bisa menghambat pemerintah untuk memberikan pelayanan lebih kepada masyarakat.

Berkat kerahasiaan yang menjadi daya tarik, uang yang dititipkan pun engga bisa dideteksi dan bisa saja datang dari tangan penjahat, Kawan Muda. Misalnya, mafia narkoba yang ingin mengamankan uangnya, atau ternyata hasil dari perdagangan senjata ilegal yang mengakibatkan perang. Seram kan?

(sds)

Comments

comments

Bobi Brilyan Bastenjar
Valar Morghulis