Kamis, 25 April 2024

Genmuda – Setelah film “Dumbo” tayang bulan Maret 2019, Disney kembali lagi ngerilis film Live-Action dari film animasi klasik mereka yaitu, “Aladdin”. Sejak diumumkan para perannya 2 tahun lalu, banyak di antara kita yang penasaran sama sosok Mena Massoud dan Will Smith yang memerankan sosok Aladdin dan Genie.

Salah satu yang paling hot tentunya komentar netizen terkait Will Smith yang harus banyak dipoles dengan efek komputer dan menjadi jin berwarna biru. Lantas apa aja yang bagus dan yang kurang dari film ini? Berikut review lengkap Genmuda.com tengah pekan ini!

Pertemuan antara pencuri dan puteri kerajaan

©Disney/2019
©Disney/2019

Awal film penonton langsung diajak oleh narasi cerita Aladdin yang tinggal di Agrabah, sebuah negeri fiktif di timur tengah. Di sanalah kita langsung bertemu sama tokoh utama, Aladdin (Mena Massoud), seorang yatim piatu yang hidup bersama seekor monyet bernama Abu. Aladdin bertahan hidup dengan mencuri dan menjual barang curiannya. Namun demikian ia punya hati yang besar untuk menolong orang lain.

Suatu hari ia lantas bertemu dengan Puteri Jasmine (Naomi Scott) yang diam-diam menyelinap keluar istana kerajaan. Keduanya lantas saling mengenal satu sama lain dalam aksi kejar-kejaran dengan pihak kerjaan. Pertemuan singkat itu lantas bikin Aladdin penasaran dan nekat menyelinap ke dalam istana untuk kembali bertemu Jasmine.

Sialnya, ia malah dipergoki oleh asisten Sultan, Jafar (Marwan Kenzari). Setelah ditahan, Aladdin dijanjikan Jafar harta dan kekayaan selama ia mau untuk mengambil lampu ajaib di dalam gua keajaiban demi ambisi Jafar menjadi Sultan Agrabah. Dari situ kamu pasti udah tau dong ceritanya seperti apa?

Yang bagus dan yang kurang

©Disney/2019
©Disney/2019

Hadir dengan lagu-lagu lawas di film Aladdin (1992), versi live action ini emang ngajak nostalgia buat kita semua. Soal aransemen lagu dan koreografi Disney kayaknya udah jagonya deh, gengs. Tapi nih ada pula cerita dan adegan yang ‘plek-plek’ sama dari versi animasi yang bisa membuat penonton dewasa kurang nyaman.

Misalnya kamu lagi dikejar-kejar tentara kerajaan tapi dengan santainya bisa nyanyi sambil loncat-loncat ‘cantik’. Atau saat ditanggap masih sempat-sempatnya nyanyi dalam hati untuk menggugah hati orang lain? Plis deh, dalam versi kartun mungkin ini semua masih bisa dimaklumin, tapi kalo dalam segi realita mungkin sedikit ganggu.

Menggunakan banyak CGI sebagai latar cerita, penggambaran istana Agrabah dari versi animasinya malah lebih meyakinkan buat penulis. Sedangkan untuk versi ini, semua terlihat biasa.

©Disney/2019
©Disney/2019

Beruntung, sutradara, Guy Ritchie, berhasil ngembangin alur cerita Aladdin kali ini. Ia berusaha menyelipkan adegan dan isu kekinian, terutama pada kasus kesetaraan gender. Mungkin kalo kamu masih inget jalan cerita di film sebelumnya, kamu bakal bisa tau perbedaannya seperti apa.

Kemasan cerita yang dibuat lebih kekinian ini juga pas digambarin lewat sosok Aladdin, Jasmine, dan Genie. Terlepas kritik pada penampilan aktornya yang dibilang ‘kurang’ dari versi animasi. Ketiganya berhasil memberikan pembeda dari versi animasi.

Pujian paling keren layak penulis kasih untuk Will Smith. Memerankan sosok ikonik yang pernah diisi sama mendiang Robin Williams, Smith sukses jadi Genie versi dirinya sendiri yang periang, kocak, dan bijaksana. Malahan kehadirannya di sejumlah adegan musikal bikin nuansa film ini lebih hidup, ceria, dan fresh.

Kesimpulan

©Disney/2019
©Disney/2019

Sebagai salah satu film live-action “Aladdin” bisa dibilang cukup berhasil dalam segi cerita. Gak cuma mengajak nostalgia lewat lagu “A Whole New World”, hubungan percintaan Aladdin dengan Jasmine, serta persahabatannya dengan Genie ikut memberi pesan positif buat anak muda untuk selalu berani ambil risiko dalam hidup hingga pentingnya menjadi diri sendiri.

Di Indonesia film “Aladdin” tayang mulai hari ini, Rabu (22/5). Masih penasaran setelah baca review di atas? Langsung aja tonton sendiri filmnya di bioskop-bioskop favorit kamu. Selamat menonton!

Our Score

Comments

comments

Saliki Dwi Saputra
Penulis dan tukang gambar.