Jum'at, 19 April 2024

Genmuda – Istilah ‘Deja vu’ mungkin udah gak asing lagi buat Kawan Muda dengar. Situasi ini digambarkan sebagai kejadian yang rasanya pernah kita alami dan kembali terulang. Bahkan, buat sebagian orang, deja vu dianggap kayak firasat sebuah kejadian buruk. Kamu percaya, gak?

Nah, sebelum kejauhan bahasa fenomena psikologis ini, perlu kamu tau kalo deja vu berasal dari bahasa Prancis yaitu, déjà vu (sudah melihat). Istilah ‘sastra‘ itu masuk ke bidang medis pada tahun 1876 berkat filsuf, penulis, sekaligus ahli parapsikologi.

Dalam perkembangannnya banyak orang meneliti deva ju. Penulis Prancis, Marcel Proust berhasil memasukan deja vu dalam buku “A la recherche du temps perdu” yang dianggap sebagai karya monumental karya fiksi abad ke-20. Sedangkan, bagi bapak teori psikoanalis, Sigmund Freud, meyakini jika deja vu terjadi karena dorangan keinginan yang tertekan pada diri manusia.

Terus kenapa deja vu bisa terjadi?

Banyak teori seputar deja vu, namun banyak yang menyakini bahwa deja vu terjadi saat seseorang sedang berusaha menggali ingatan mereka. Tapi dalam sebuah Buletin Psikologis tahun 2003, deja vu justru dibagi dalam empat golongan.

Yang pertama adalah kejadian tersebut sebenarnya udah pernah kamu alami, dan entah kenapa kamu pernah lupa sehingga otak berusaha mengingatnya kembali. Yang kedua, saat mengalami deja vu otak kamu sebenernya sedang memikirkan dua hal secara bersamaan dan kamu menemukan ada yang gak beres.

Golongan ketiga deja vu seperti kejang epilepsi karena tembak saraf. Neuron mengirimkan sinyal secara acak sehingga menyebabkan orang sehat mengalami ingatan rasa keakraban yang palsu. Yang terakhir, deja vu terjadi saat kamu terdistraksi persekian detik, sehingga fokus otak sedikit terpecah sama kejadian di masa lalu.

Berbeda dengan penderita epilepsi, deja vu pada orang normal adalah peristiwa sekilas. Kebanyakan deja vu juga berlangsung gak lebih dari beberapa detik.

Deja vu bikin umur pendek?

via: Tumblr

BIG NO! Itu cuma mitos doang, gengs. Hal tersebut dibuktikan lewat penelitian di tahun 2016 yang dilakukan oleh ilmuan di University of St. Andrews. Mereka melakukan eksperimen dengan menggunakan kata-kata yang berkaitan kepada sejumlah peserta. Hasilnya banyak dari mereka yang mengalami deja vu.

Dari situ ditemukan bahwa otak manusia di bagian hipokampus bakal mencatat semua kegiatan daya ingat manusia. Nah, saat itulah terjadi proses ‘scanning’ ingatan kita yang akan membangkitkan pesan ‘deja vu’ begitu ada kejadian yang gak sesuai dengan ingatan yang lain.

Walau gak dijelasin panjang lebar, tapi kamu gak perlu khawatir kalo ngalamin deja vu karena seseorang bisa aja mengalaminya dalam beberapa kali dalam setahun. Sederhananya, otak kamu kamu sedang bekerja kalo ada ingatan yang salah di hipokamus. Begitu, gengs!

Comments

comments

Saliki Dwi Saputra
Penulis dan tukang gambar.