Jum'at, 29 Maret 2024
Hiburan

Karya Sineas Baru Indonesia Ikut Meramaikan Festival Sinema Australia Indonesia 2017

Dina Sunggari, Nadia, Mouly Surya, Paul Grigson, Kamili Andini, Mustafa, Jason, Mahesa saat konfrensi Pers Festival Sinema Australia Indonesia (FSAI) 2017 Selasa (17/1) di XXI Senayan City, Jakarta @Genmuda.com/2017 Fanny

Genmuda – Kedutaan Besar Australia kembali ngadain Festival Sinema Australia Indonesia (FSAI) pada tahun 2017. Bedanya, kali ini FSAI adakan di tiga besar kota di Indonesia, yakni Jakarta (26-29 Januari) XXI Senayan City, Makassar (28-29 Januari) XXI Trans Studio, dan Surabaya (4-5 Februari) XXI Sutos.

Engga cuma memutarkan film doang Kawan Muda, di tahun ini Kedutaan Besar Australia juga mengadakan kompetisi film pendek yang engga ngebatasin genrenya. Dalam acara konfrensi pers pada Selasa (17/1) di XXI Senayan City, Jakarta, Mouly Surya, –yang pernah mencari jati diri sebagai seorang sineas di Australia, juga dipercayakan menjadi juri pada kompetisi tersebut.

Pada tahun ini kompetisi film pendek diikuti oleh 300 peserta dari berbagai daerah di Indonesia. Enam finalis yang udah terpilih yaitu, “It’s a Match,” “Deadline,” “Nunggu Teka,” “Outgrowth,” “Ojo Sok-Sokan,” dan “Ibu dan Anak Perempuannya.”

Nantinya akan dipilih dua pemenang berdasarakan dua kriteria, satu pemenang dari penilaian juri dan satu pemenang pilihan penonton. Dan masing-masing pemenang bakal menerima hadiah perjalanan ke Australia sekaligus mengikuti Melbourne International Film Festival. Ntaap!

Selain bisa nonton enam film finalis FSAI 2017, Kawan Muda masih bisa menonton film lainnya seperti, “Lion,” “Spear,” “Looking for Grace,” “Satellite Boy,” “The Ravens,” “Sokola Rimba,” “What They Don’t Talk About When They Talk About Love,” dan “Sendiri Diana Sendiri.”

Ruang bagi para film maker

Kamila Andini Saat konfrensi Pers Festival Sinema Australia Indonesia (FSAI) 2017 Selasa (17/1) di XXI Senayan City, Jakarta @Genmuda.com/2017 Fanny

Karena industri film Indonesia masih didominasi oleh film-film Hollywood, banyak Kawan Muda yang belum tau film-film kece dari Indonesia, Thailand, Korea, Jepang hingga Australia. Tentunya dengan adanya festival ini menjadi referensi buat kamu untuk ngeliat alternatif film-film kece di bioskop yang jarang banget bisa kamu tonton.

Kamila Andini yang merupakan sutradara dari film “Sendiri Diana Sendiri” mengaku sangat antusias diselenggarakannya FSAI tahun ini. “Selain banyak workshop yang membantu para sineas tanah air, acara ini punya ruang untuk memuat karya mereka, sehingga memberikan rasa optimis di industri film.”

Ngebebasin peserta untuk ngangkat berbagai tema.

Mouly Surya Saat konfrensi Pers Festival Sinema Australia Indonesia (FSAI) 2017 Selasa (17/1) di XXI Senayan City, Jakarta @Genmuda.com/2017 Fanny

Seperti yang dijelasin sebelumnya, dalam Festival ini kamu bisa nonton sekaligus jadi juri buat memilih film mana yang terbaik menurut kamu. Kesan yang berbeda bisa kamu dapetin dari film-film yang ditayangkan, contohnya film “Deadline” yang menceritakan seseorang saat jatuh cinta dan sering bilang “Cinta kamu sampai mati”, –yang padahal kalo salah satu mati apakah juga ikutan mati.

Selain itu ada juga film lainnya, “Ibu dan Anak Perempuannya” yang menceritakan tentang percakapan sehari-hari antara Ibu dan anak, yang diadaptasi dari sebuah Novel karya Happy Salma. Ada pula film “Ojok Sok-Sokan” yang menyentil kehidupan sehari-hari Kawan Muda.

Intinya semua film yang dikompetisikan di FSAI punya genre yang variatif sehingga para sineas bisa menunjukan hasil terbaik mereka. Nah, kalo kamu udah punya pilihan film favorit engga ada salahnya tandain di kalender kamu mulai dari sekarang.

Bikin Film Engga Perlu Mahal

Mustafa salah satu finalis Film Pendek Saat konfrensi Pers Festival Sinema Australia Indonesia (FSAI) 2017 Selasa (17/1) di XXI Senayan City, Jakarta @Genmuda.com/2017 Fanny

Mustafa yang menjadi finalis, sekaligus sutradara Film “Ojok Sok-Sokan” bilang ke Genmuda.com kalo doi cuma perlu waktu seminggu untuk produksi filmnya tersebut. Selain singkat, biaya yang dikeluarin pun terbilang murah, karena doi cuma perlu waktu tiga jam dengan memakai pake satu set aja.

“Saya cuma perlu ratusan ribu aja kok buat bikin film ini. Idenya pun saya ambil saat saya masih kuliah di Universitas Telkom, kejadiaan hal-hal yang terdekat kita bisa di ambil kok, apa lagi ada unsur budayanya.” ujar Mustafa yang masih engga nyangka klo filmnya bakal masuk nominasi FSAI 2017.

Bisa tanya-tanya langsung bareng sineas profesional

(Sumber: dok.FSAI)

Satu lagi yang engga kalah menarik, selain bisa nonton film, disedian juga sesi tanya jawab bareng berbagai film maker dari Indonesia dan Australia. Dari Indonesia kamu bisa berguru sama Kamila Andini dan Mouly Surya.

Sedangkan dari Australia kamu bisa bertemu sama Ian Booth dengan film “Looking For Grace” dan “Satelite Boy,” kemudian Jennifer Perrott dengan film “The Ravens” dan Saroo Brierley yang nyutradarai film “Lion.”

Nah, kalo kamu udah engga sabaran, langsung aja cari schedule film yang kamu mau tonton, dan langsung dapetin tiketnya di sini. Karena gratis, otomatis tempatnya terbatas. “Buruan kuy lah kuy!” (sds)

Comments

comments

Al Fanny Panestika
Wannables, penyuka ice cream dan colak colek Nutela