Jum'at, 19 April 2024

Genmuda – Kalo sampah kota-kota lain masih bertambah tiap tahunnya, sampah kota Kamikatsu di Jepang justru makin berkurang. Bukan karena penduduknya pada kabur ke kota, tapi karena mereka mulai menggencarkan program Zero Waste atau nol sampah.

Semua warga Kamikatsu terlibat program daur ulang intensif yang digalakkan organisasi Zero Waste Academy. Hasilnya, kota itu bisa ngurangin sampah yang ditimbun ke tempan pembuangan akhir hingga 80% sejak gerakannya dimulai 2003.

Sekarang saja, kota itu bisa menghemat sepertiga pengeluarannya. Targetnya, pada 2020 nanti kota itu bakal memproduksi nol sampah, alias engga ada sampah yang ditimbun ke TPA. Kisah kota itu mengelola sampahnya pun sudah diliput dalam video viral dari Seeker Stories.

Awal mula

Akira Sakano, Deputi Program Zero Waste Kamikatsu Jepang. (Sumber: LinkedIn Akira Sakano)

Sebelum ikut program Zero Waste Academy, warga Kamikatsu biasa menimbun sampah di TPA atau membakarnya supaya engga memenuhi tempat pembuangan sementara. Namun, asap dan sisa pembakaran sampah plastik, logam, dan organik itu mengganggu pernapasan.

Warga sana pun merasa kalo lingkungan mereka jadi kotor karena asap dan sisa pembakaran itu. Kamikatsu merupakan sebuah kota yang lebih mirip desa karena letaknya pegunungan dengan sawah dan sungai jernih menjadi pemandangan umum di sana.

Kesulitan

(Sumber: minds.com)

Akira Sakano, Deputi Program Zero Waste Kamikatsu bilang, “Awalnya warga menolak usulan program ini dan lebih memilih membakar sampah seperti biasa.” Setelah menyadari bahayanya membakar sampah untuk kesehatan, warga mulai beralih ke program Zero Waste.

Ketika program itu berjalan selama lima tahun, masih ada 40% dari total 1.700 warga yang menolak program itu. Namun, mereka tetap mengikuti program itu karena menikmati manfaat dari penghematan besar-besaran tersebut.

Cara Kerja

Begini sampah yang udah dikelompokin warga Kamikatsu. (Sumber: tokyoweekender.com)

Setelah sepakat mengikuti program ini, tiap warga diharuskan mengelompokkan sampah mereka di rumah masing-masing. Setelah itu, tiap sampah perlu dicuci bersih hingga engga ada lagi zat lain yang menempel di sana. Tidak ada petugas yang membantu mereka melakukan hal ini loh.

“Rasanya cukup berat untuk melakukan itu semua,” kata Hatsue Katayama, warga Kamikatsu. Pasalnya, mereka perlu mengelompokkan sampah menjadi 34 kelompok berdasarkan bahan pembuatnya. Sampah organik akan diolah jadi pupuk kompos, sementara sampah anorganik bakal jadi produk baru.

Kazuyuki Kiyohara, pengelola Pusat Daur Ulang (PDU) Kamikatsu merasa wajar kalo ada warga yang kesulitan mengelompokkan. “Mengategorikan sampah berdasarkan bahan pembuatnya memang cukup sulit untuk orang awam,” kata doi.

Dikumpulkan di PDU

Kazuyuki Kiyohara, penanggungjawab pilah-pilah sampah di PDU Kamikatsu. (Sumber: techinsider.io)

Sampah yang udah disortir dan dibersihkan warga kemudian didaur ulang di PDU Kamikatsu. Tiap kelompok sampah bakal di daur ulang menjadi produk baru dengan bahan yang sama. Sampah berbahan kaca misalnya akan didaur ulang jadi botol, sementara sampah logam menjadi kaleng.

Penghasilan masing-masing produk daur ulang itu pun dikembalikan ke warga untuk membangun komunitas Kamikatsu. “Setelah dijalani, memilah-milah sampah jadi terasa natural begitu saja,” kata Hatsue Katayama.

Toko barter biar engga pada buang barang bekas

Ini Ibu Hatsue Katayama lagi ngumpulin sampah organik buat jadi pupuk kompos. (Sumber: huffingtonpost.com)

Warga Kamikatsu juga ngebuka toko barter barang bekas, atau yang disebut Kuru Kuru Shop dalam bahasa lokal. Tanpa perlu uang sepeserpun, warga kota agrikultur itu bisa bawa barang bekasnya ke toko untuk dituker dengan barang senilai yang udah ada di toko itu.

Selain itu, ada juga pabrik yang mendayagunakan perempuan dan lansia Kamikatsu buat mengolah kain bekas jadi lebih bernilai. “Kimono, bendera, kain bekas bisa dijadikan bahan dan diolah kembali jadi boneka atau tas. Baju yang saya pakai sekarang ini juga hasil daur ulang bendera ikan khas Jepang,” kata Akira Sakano.

“Intinya untuk bisa berhasil adalah mengubah pola hidup sehari-hari dan saling mengingatkan. Bahkan kota kecil dengan hanya 1.700 penduduk ini bisa karena komunitasnya peduli dan saling mengingatkan,” pungkas doi di video Seeker Stories tersebut.

Liat video lebih jelasnya di bawah ini, gaes. Semoga bisa menginspirasi ya!

(sds)

Comments

comments

Charisma Rahmat Pamungkas
Penulis ala-ala, jurnalis muda, sekaligus content writer yang mengubah segelas susu cokelat hangat menjadi artikel.