Kamis, 25 April 2024

Genmuda – Kasus kebakaran hutan, kebun, dan lahan (karhutbunla) di Indonesia mungkin bukan suatu isu baru lagi buat kamu dengerin. Tapi sebagai generasi penerus, apatis sama masalah ini juga gak boleh, gengs!

Oleh sebab itu kali ini ada berita bagus dari Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Pencegahan Kebakaran Hutan, Kebun, dan Lahan Tahun 2018, di Jakarta (19/12) yang diadakan oleh Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian.

Dalam pembukaan acara ini, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian RI, Darmin Nasution, menyampaikan bahwa jumlah titik karhutbunla tahun ini mengalami penurunan. Selain didukung kondisi cuaca yang basah, catatn positif ini juga didukung oleh berbagai upaya dari semua pihak, baik pemerintah maupun swasta.

Selain dihadiri Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, turut hadir Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan, Wiranto, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Puan Maharani, Menteri Pertanian Amran Sulaiman, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Prof Dwikorita Karnawati, wakil-wakil dari Kementerian/ Lembaga Non Kementerian, wakil dari Mabes TNI dan Mabes Polri

Dari rilis yang diterima oleh Genmuda.com, Selasa, (19/12). Menurut Menteri LHK, Siti Nurbaya, kebakaran hutan dan lahan pada tahun 2017 ini jauh menurun apabila dibandingkan dengan tahun 2016 dan 2015 lalu. Dari hasil pantauan untuk hotspot tahun 2017 dari deteksi Satelit NOAA 19 sampai dengan tanggal 18 Desember 2017 terdeteksi hotspot sebanyak 2.572 atau turun sebesar 33% dibandingkan tahun 2016.

Sedangkan Untuk satelit Terra/Aqua terdeteksi hotspot sebanyak 2.411 atau turun sebesar 37,21 % dibandingkan tahun 2016. Luas arealnya pun menurun menjadi 150.457 Haktare, atau turun sebesar 94,24% dibandingkan tahun 2015 dan 65,68% dibandingkan tahun 2016.

“Capaian ini tentunya tidak terlepas dari upaya bersama para pihak dalam mencegah dan mengantisipasi secara dini kebakaran hutan dan lahan yang dilaksanakan mulai dari tingkat desa, kecamatan, kabupaten, provinsi dan di tingkat nasional.” ungkap Ibu Siti.

Sekedar informasi buat Kawan Muda, saat ini Pemerintah kita juga telah melakukan berbagai upaya dalam pengendalian karhutla seperti penguatan regulasi; pembentukan Satuan Tugas (Satgas) Pengendalian Karhutla di tingkat pusat maupun daerah; penguatan kapasitas SDM dan sarpras pengendalian karhutla; pengembangan sistem deteksi dan peringatan dini; patroli terpadu pencegahan; penanggulangan karhutla melalui pemadaman darat dan udara secara tanggap dan terpadu; tata kelola air di lahan gambut; serta penyuluhan/sosialisasi penyadartahuan pencegahan karhutla kepada masyarakat.

“Berbagai upaya pemerintah yang didukung oleh masyarakat ini telah memperlihatkan hasil menurunnya secara drastis intensitas terjadinya karhutla tahun 2017 dibandingkan dua tahun terakhir ini. Upaya-upaya dan capaian yang diraih ini tentunya harus berlanjut dan terus ditingkatkan sehingga kejadian karhutla di wilayah Indonesia dapat terus ditekan”, tegas Siti Nurbaya.

Sebagai langkah lanjutan untuk optimalisasi upaya pencegahan kebakaran hutan dan lahan, telah disusun Grand Design Pencegahan Kebakaran Hutan dan lahan dan SOP Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan oleh Kementerian Koordinator Perekonomian, Bappenas, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kementerian Pertanian dengan melibatkan peran akademisi serta sektor swasta.

Terus apa sih Grand Design?

via: giphy

Nah, Grand Design adalah pencegahan karhutbunla yang dirancang oleh Kemenko Perekonomian, KLHK, dan Bappenas. Ruang lingkup Grand Design juga difokuskan pada kegiatan dan pemantauan yang akan dilaksanakan oleh multipihak, baik dari pemerintah maupun swasta, pada kurun waktu 2017 – 2019. Pemerintah juga tengah menyiapkan berbagai instrumen pembiayaan yang dapat mendukung pendanaan kegiatan pencegahan tingkat masyarakat dan desa.

Menurut Ibu Siti Nurbaya, seenggaknya ada enam prinsip dalam kebijakan dan strategi pencegahan kejadian karhutbunla selama kurun waktu tiga tahun kedepan (2017 – 2019), yaitu: permanen, lintas sektor, terpadu, komprehensif, cepat, responsif, dan tepat sasaran.

Menteri LHK juga bercerita pengalaman pada tahun 2015, dimana Indonesia mengalami bencana kebakaran besar yang terjadi bertepatan dengan fenomena El-Nino. Saat itu, seluas 2,6 juta haktare hutan dan lahan telah terbakar dan menimbulkan dampak kerugian ekonomi mencapai Rp. 16,1 triliun.

Berkat upaya berbagai pihak dalam mencegah karhutbunla, pada rentang tahun 2016 – 2017 mulai menunjukkan hasil. Titik kebakaran hutan dan lahan telah berkurang secara signifikan. Pada tahun 2015, titik panas tercatat sekitar 22.000, sementara pada tahun 2017 menjadi kurang dari 2.500 titik atau turun 89%.

Hal ini dibenarkan Menteri Perekonomian Bidang Perekonomian, Darmin Nasution, yang menegaskan peristiwa tahun 2015 adalah pengalaman pahit, yang membuat Indonesia harus meninjau kembali dan merubah orientasi dari upaya pemadaman menjadi pencegahan kebakaran sesuai Instruksi Presiden Nomor 11 Tahun 2015.

via: KLHK
Menteri Perekonomian Bidang Perekonomian, Darmin Nasution (Sumber: Humas KLHK)

“Dunia internasional perlu tau bahwa biaya penanggulangan Karhutla sangat mahal sekali. Oleh sebab itu, dunia internasional harus ikut karena mereka juga menikmati hasilnya”, imbuh Pak Darmin.

Tantangan yang berat pada tahun 2018, memberikan penyadaran untuk kita bekerja bersama-sama mengoptimalkan upaya pencegahan kebakaran hutan dan lahan melalui peningkatan peran para pihak termasuk di dalamnya pemberdayaan masyarakat yang mendukung program pencegahan kebakaran hutan dan lahan.

Terkait dengan hal ini, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan, Wiranto, menegaskan perlunya upaya bersama. “Ini adalah pekerjaan bersama bangsa Indonesia untuk menanggulangi kebakaran hutan dan lahan”, tutup Pak Wiranto. (sds)

Comments

comments