Jum'at, 29 Maret 2024

GenMuda – Banyak di antara kamu yang mungkin gak kenal dengan dua orang musisi ini. Ya, mereka berdua adalah Vincent Peirani yang memainkan akordeon dan Emile Parisien pada instrumen saksofon.

Ngomongin yang namanya musik jazz pasti luas banget dan terlalu filosofis. Banyak orang yang menganggap kiblat musik jazz berada di Perancis dan juga Jepang. Tapi tenang Genmuda, hal itu gak bakalan kita bahas di sini karena enak atau gak enaknya semua itu relatif bukan?

Nah, hal itulah yang coba ditawarkan oleh kedua musisi ini. Baik Peirani dan Parisien, mereka berdua mempunyai segudang prestasi yang bikin kamu cukup iri jika melihatnya. Jadi nih, sebelum bergabung, dua cowok ini sempat punya project sendiri-sendiri. Hingga akhirnya mereka berjodoh untuk membuat proyek album ‘Belle Epoquee’ yang dipuji sebagai album jazz terbaik di Perancis.

Penampilan Duo Peirani-Parisien di IFI Jakarta

Saat tampil di Jakarta pada bulan September 2015 kemarin, kedua mengakui saling mengagumi satu sama lain. Hal inilah yang kemudian menjadikan proses berkarya mereka berjalan dengan sendirinya.

Layaknya musisi kelas dunia, mereka berdua juga punya penampilan dan gimmick yang khas. Misalnya saja Peirani yang lebih suka nyeker di atas panggung saat tampil. Sedangkan Parisien justru lebih memilih berlenggak legok, hingga agak mirip ‘Uut Permatasari’ tapi sambil bermain saksofon.

“Saya coba mendengarkannya dan meresapi gamelan. Dan di situ lah indahnya.”

Peirani yang sudah menikah dengan orang Indonesia justru sempat membuat album “Gunung Sebatu” di tahun 2009. Diakuinya ia memang akrab dengan budaya Indonesia seperti wayang kulit dan gamelan. Tapi nih, ia sendiri sadar kalau orang bule ditanya apa sih alat musik khas gamelan jawabannya pasti Gamelan.

“Sekilas saya pasti jawab gamelan, tahu bentuk dan cara memainkannya seperti apa, tapi untuk menjelaskan lebih detail mungkin tidak tahu. Namun itu yang saya lakukan, saya coba mendengarkannya dan meresapi gamelan. Dan di situ lah indahnya.” kenang Peirani saat menjelaskan album Gunung Sebatu.

Nah, dengan nama besar dan menyandang musisi terbaik tentunya banyak memberikan tekanan kepada banyak musisi di album berikutnya. Namun gak demikian dengan mereka berdua loh.

“Kami tidak merasa tertekan, sebagai musisi yang diperlukan hanyalah berkarya. Singkatnya mungkin seperti istilah ‘Carpe Diem’ —manfaatkan hari ini secara optimal dan tidak mendunda hari esok.” ungkap Parisien.

Dari pernyataan dan prestasi di atas bisa dibilang semangat yang dibarengi oleh konsistensi mereka berdua layak kita acungi jempol. Jadi engga heran ya kalau gelar musisi jazz terbaik layak dilabeli pada kedua pria ini.

Comments

comments