Jum'at, 29 Maret 2024

Genmuda – Kawan Muda masih ingat Gerhana Matahari Total (GMT) pada bulan Maret lalu di Indonesia? Atau kamu ikutan nonton secara langsung? Kalau kamu belum sempat, jangan berkecil hati, karena hari ini (9/5) fenomena alam yang langka akan kembali terjadi. Ya, Planet Merkurius akan menampakan dirinya dengan melewati matahari selama tujuh jam.

Seperti Genmuda.com kutip dari National Geographic, Sabtu (7/5), masyarakat Indonesia bisa melihat titik kecil berwarna hitam melewati matahari sekitar pukul 11.00-19.00 WIB. Namun, penglihatan tersebut akan lebih jelas jika dilihat langsung dari Benua Amerika dan Eropa Barat, serta beberapa wilayah di Afrika, dan sebagian wilayah Asia.

“Fenomena langka itu pernah terjadi pada tahun 2006. Butuh waktu sekitar 10 tahun untuk menyaksikan fenomena alam ini di mana Planet Merkurius memiliki periode orbit selama 88 hari, sehingga menjadi pengorbit tercepat di Tata Surya,” tutur Kepala Stasius Geofisika BMKG Kelas I Kupang, Hasanudin, dilansir dari Antara.

Illustrasi (Sumber: Ist.)
Illustrasi (Sumber: Ist.)

Sebelumnya, fenomena ini pernah berlangsung pada tanggal 8 November 2006 dan peristiwa berikutnya diperkirakan akan muncul pada 11 November 2019 mendatang. “Peristiwa ketika Merkurius melintasi piringan Matahari, mirip dengan peristiwa gerhana Matahari yang tertutup oleh bulan sehingga sebagian atau seluruh cahaya Matahari jadi terhalang,” sambung Hasanudin.

“Meskipun ukuran Merkurius sedikit lebih besar dari Bulan, namun jaraknya yang jauh dari Bumi menyebabkan penduduk Bumi hanya akan melihat Merkurius seperti noktah kecil yang melintasi matahari selama kurang lebih 7,5 jam.”

Berkaitan dengan fenomena ini, muncul satu teori lain yang menyebutkan bahwa melintasnya Merkurius hari ini menandakan datangnya hari kiamat, seperti analisa yang dijabarkan akun The Prophetico di Youtube.

Dalam video berdurasi 8 menit 11 detik tersebut sang narator menganalisa kedudukan sejajar Planet yang dihubungkan dengan rasi bintang, menandakan kehidupan di Bumi semakin dekat. Sang narator menguatkan analisanya dengan mengaitkan fenomena yang terjadi dengan kitab suci.

Meski teori tersebut dikuatkan dengan berbagai data dan kejadian, baiknya kita jangan menelan mentah-mentah penjelasan tersebut. Karena bagaimana pun ini adalah fenoma alam yang umum terjadi. (sds)

Comments

comments

Bobi Brilyan Bastenjar
Valar Morghulis