Kamis, 25 April 2024
Hiburan

Fakta di Balik Dokumenter Menyentuh Soal Kehidupan Petani Langkat, Sumatera Utara Buatan Rio Dewanto

dok Visinema ProductionRio Dewanto jalan bersama warga Desa Mekar Jawa, Langkat, Sumatera Utara, mengelilingi tanah konflik. (dok. Visinema Production)

Genmuda – Kepedulian Aktor Rio Dewanto sama petani Indonesia berlanjut setelah project film “Filosofi Kopi” (2015). Lewat YouTube, Senin (16/1) doi ngerilis sebuah film dokumenter pendek soal petani Desa Mekar Jaya, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara.

Dokumenter berdurasi 13 menit itu dibuat berdasarkan kunjungannya, 7 Desember 2016. Secara garis besar, filmnya nyeritain kondisi warga Langkat yang lagi rebutan tanah sama sejumlah aparat keamanan.

Lewat film itu, Rio pengen menggugah perasaan penonton supaya bersimpati dan mau membantu. Supaya ikut ngerasain beban yang diderita warga Langkat, doi sampe nginep dan berbincang intim sama petani di sana.

“(Saya berharap), semoga pemerintah juga bisa datang (ke desa tersebut) dan melihat dampak konflik pertanahan yang terjadi. Saya berkomitmen mengawal penyelesaian konflik agraria hingga tuntas dan berharap pemerintah memihak petani,” tutur Rio, seperti tertulis dalam keterangan pers yang diterima oleh Genmuda.com, pada Senin (16/1) sore.

Tanah adat

Sebelum Genmuda.com ngejelasin lebih banyak soal konfliknya, mari kita cari tau dulu akar permasalahannya. Gini, warga Desa Mekar Jaya sejak turun-temurun selalu jadi petani dan mengolah tanah di desanya. Mereka yakin nenek moyang mereka lah yang mengubah daerah hutan di sana jadi lahan siap tani.

Dalam sejarah Indonesia, urusan pertanahan selalu jadi topik ‘panas’ di masyarakat. Soalnya, warga adat terbiasa mengolah tanah yang diinjeknya tanpa harus direcokin peraturan pemerintah. Sementara itu, pendataan dan administrasi tanah engga pernah optimal dari jaman Belanda dulu.

Konflik rumit adat vs swasta

Ngeliat video dokumenternya Rio Dewanto, warga manfaatin tanahnya buat nanem pohon kelapa sawit. Tapi, data Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Langkat nunjukin kalo warga juga manfaatin lahannya sebagai sawah padi dan palawija.

Sejak jaman nenek moyak itu pula, warga engga pernah diomelin waktu mengolah tanah tersebut. Engga ada pihak yang ngaku-ngaku pemilik tanah apalagi sampe ngusir. Tanah di sana ya jadi tanah warga. Mereka tumbuh dan besar karena hasil alamnya.

Tapi, semua berubah sejak PT Langkat Nusantara Kepong ngaku ngebeli tanahnya dan para aparat mulai dateng buat mensterilkan wilayah tanah. Waktu konflik 18 November 2016, aparat gabungan sampe mengusir dan ngerahin alat berat.

Sebanyak 13 orang mengalami luka, di antaranya merupakan seorang anak-anak dan 3 orang wanita. Suasana konfliknya emang se-hectic itu, gaes. Tapi, Jangan langsung mengejudge aparat dan PT Langkat Nusantara Kepong sebagai orang jahat, gaes.

Seperti yang dibilang, konflik tanah emang rumit. Warga adat ngerasa mereka adalah pemilik sah tanah itu karena udah mengelolanya secara turun-temurun tanpa ada pertentangan. Sementara pihak swasta ngerasa jadi pemilik sah atas dasar kesepakatan hitam di atas putih.

Menarik perhatian banyak pihak

dok. visinema production
Salaman antara Rio Dewanto dan perwakilan petani ini negesin kalo doi bener pengen ngebela warga. (dok. Visinema Production)

Pada akhirnya, konflik 18 November menarik berbagai pihak, mulai dari media, hingga sejumlah organisasi masyarakat. Kini, Serikat Petani Indonesia (SPI) ikut ngebela warga supaya dapetin hak tanah mereka.

Sementara itu, lembaga non-pemerintah Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasa (KontraS) lagi ‘menekan’ Pemerintah Kabupaten Langkat buat menengahi konflik supaya engga ada lagi konflik yang bahayain warga.

Seperti itulah situasi yang akhirnya menggugah Rio Dewanto bikin film dokumenter, gaes. Kawan Muda perlu tonton filmnya supaya bisa ngerasain juga betapa beratnya hidup sebagai petani, sehingga makin menghargai semua makanan yang dimakan.

(sds)

Comments

comments

Charisma Rahmat Pamungkas
Penulis ala-ala, jurnalis muda, sekaligus content writer yang mengubah segelas susu cokelat hangat menjadi artikel.