Sabtu, 20 April 2024

Genmuda – Minggu (17/12) kawasan Monumen Nasional MONAS dipenuhi sama masyarakat Indonesia berpakaian putih. Event bertemakan “Aksi Bela Palestina” itu dilakukan sebagai respon setelah viralnya keputusan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump yang mengambil sikap untuk menyetujui Yerussalem sebagai Ibukota Israel.

Konflik berkepanjangan yang dimulai sejak 1948 hingga sekarang ini bukan hanya memanas di Negara yang bersangkutan, tapi juga pada ranah Internasional. Berbagai aspek yang berkaitan mulai dari politik, ekonomi, HAM hingga isu agama menjadi bumbu penyedap pada konflik tersebut.

Konflik wilayah suci 3 kepercayaan

Sebagai salah satu kota tertua di dunia, wilayah yang diperebutkan oleh dua negara Palestina dan Israel ini dianggap suci oleh 3 agama samawi terbesar, Islam, Yahudi dan Nasrani. Keberadaan Masjid Al-Aqsa yang disucikan kaum Muslim, tembok ratapan sebagai tujuan ziarah kaum Yahudi, dan kota kelahiran Isa Al-Masih (Nasrani) menjadikan kota ini penuh dengan kontroversi.

Isu Pelanggaran HAM

Kalo kamu mendengar kata Palestina pasti yang terbesit adalah kasus pelanggaran HAM terbesar di dunia. Perebutan wilayah Yerussalem oleh Israel dan Palestina berdampak pada banyaknya warga sipil Palestina yang tersiksa. Peledekan misil di beberapa wilayah Palestina seperti Jalur Gaza, Tepi Barat banyak memakan korban.

Kerusakan bangunan akibat tembakan misil menyebabkan terlantarnya kehidupan masyarakat Gaza. Penjagaan ketat yang dilakukan tentara Israel juga terkadang menyulitkan saluran bantuan yang datang dari Negara luar. Hal ini dilakukan agar warga Palestina yang berada di kawasan Yerusalem keluar secara paksa.

Aksi Bela Palestina

Aksi yang dilakukan pada Minggu (17/12) ini dilakukan sebagai bukti dukungan Indonesia kepada rakyat Palestina dan demo terhadap pernyataan Donald Trump. Berbagai kalangan masyarakat dari ormas-ormas Islam di Indonesia beramai-ramai datang dengan seragam pakain berwarna putih.

Tidak hanya menggunakan pakaian putih secara serempak, mereka juga membawa atribut seperti bendera Indonesia dan Palestina sekaligu mengecam keputusan Trump. Diisi dengan orasi-orasi yang disampaikan beberapa tokoh masyarakat penting, dan doa bersama menjadi penyatu pada acara ini.

Wacana boikot produk Amerika Serikat

Dalam orasi yang disampaikan oleh Ketua MUI K.H. Ma’ruf Amin, MUI akan melegalisasikan aksi boikot terhadap produk-produk Amerika Serikat dan Yahudi jika Donald Trump tidak membatalkan pernyataannya. Beragam produk kayak softdrink, fast food, dan lainnya akan diboikot secara besar-besaran.

Meski masih wacana, berbagai respon dilayangkan terhadap rencana ini. Setuju dengan alasan bahwa aksi yang dilakukan Presiden AS tersebut sama aja membiarkan pembunuhan massal di Palestina. Ada juga yang menanggapi bahwa akan sulit untuk melaksanakn rencana ini melihat betapa bergantungnya masyarakat Indonesia terhadap barang atau fasilitas yang sebagian besar merupakan produk Negeri Paman Sam.

Kemanusiaan vs Politik

Menoleh kembali ke masa Pilkada DKI lalu, maka kamu juga bakal inget sama berbagai aksi skala besar yang memanaskan dua kubu pemilih. Gak beda jauh dengan peserta aksi masa Pilkada, aksi minggu lalu ini juga didatangi oleh ormas-ormas yang sama.

Fakta tersebut membuat masyarakat beropini luas, apakah hal ini benar-benar nyata dilakukan berdasarkan naluri kemanusiaan atau ada kepentingan politik? Pendapat itu dilayangkan berdasarkan pesta demokrasi yang sebentar lagi akan dilaksanakan di Provinsi Jawa secara serentak.

Entah bakal terlaksana atau enggak terkait wacana pemboikotan, hal yang juga bisa menjadi nilai bahwa betapa pentingnya masyarakat Indonesia belajar untuk mandiri tanpa terus-terusan bergantung pada negara lain.

Pada akhirnya kesejahteraan, keamanan, dan kebebasan adalah hal mutlak bagi setiap manusia. Semoga konflik kemanusian ini bisa segera selesai ya, gengs! Aamiin! (sds)

Comments

comments