Kamis, 28 Maret 2024

Genmuda – Hubungan antar sesama cewek itu ibarat indomie dan bumbunya, bakal terasa kurang kalo dalam satu piring engga ada salah satunya. Bisa hambar, kesatuan yang seharusnya utuh harus dibagi menjadi dua. Kayaknya engga mungkin.

Bahkan, menurut penelitian yang dilakukan oleh National Institue of Mental Health (NIMH) dan Georgia State University, cewek itu sangat peduli dengan hubungan personalnya dengan satu sahabat baiknya. Daripada memikirkan kelompoknya yang lain, cewek lebih senang menghabiskan waktu dengan sahabat baiknya. Best Friend Forever. Jangan lupa hashtag #xoxo.

Sesuai dengan judulnya, sejauh apapun persahabatan, terkadang harus terganggu oleh satu dan dua hal. Dipertemukan dengan seorang cowok yang akhirnya cocok sama sahabat kamu, salah satu contohnya.

Skenarionya gini, kamu baru bangun tidur, dilayar handphone kamu muncul nama sahabat kamu dalam pesan singkat. Sejenak kamu berpikir, “Pasti minjem baju nih buat nanti pergi.”

Kemudian kamu menggenggam dan membaca pesan yang ia kirim, bertuliskan, “Sis! Gue punya berita gembiraaaa… Jangan kaget! Gue akhirnya jadian sama cowok yang kemarin gue ceritain itu loh. See you at school! #xoxo,” kata dia. Kamu bengong, karena jomblo.

Tarik nafas, hembuskan. Genmuda bisa mengerti perasaan kamu. Walaupun kabar baik, di satu sisi pasti kamu kesel ngeliat sahabat baik kamu akhirnya jadian. “Oke, waktu buat gue sama dia akhirnya bakal berkurang,” gumam kamu dalam hati. Kenyataannya, hal ini seringkali terjadi di dalam hubungan pertemanan sesama cewek.

Berikut lima tahap kesedihan yang biasanya dirasain kalo ngeliat sahabat baik kamu punya pacar baru, dan bagaimana caranya biar engga larut dalam drama perpisahan ini.

 

Tahap Pertama: Menyangkal

Kamu: Engga mungkin ini terjadi… gimana bisa?! Gue pikir kita udah berjanji buat jomblo bareng-bareng sampe lulus! !@#$^%#$%!!!

Gue belum bisa terima. Gila, beneran jadian? Duh. Bercanda kali yah, gak mungkin. Tapi! tapi status Facebook-nya in relationship with. Wah, beneran. Gimana pun caranya gue harus ketemu sama cowok ini secepatnya. Gimana kalo dia ternyata cowok brengsek!? Gak akan gue biarin!

Realita: Dia seneng keliatannya. Yaudah engga apa-apa. Dulu gue juga pernah ngelakuin hal yang sama, jadian sama cowok.

 

Tahap Kedua: Marah

Kamu: Apa-apaan! Udah janji mau nonton Batman vs Superman bareng, sekarang di batalin gara-gara dijemput cowok barunya. Gue kayaknya bakal benci sama cowok ini, dia udah ngerampas sahabat terbaik gue!

Realita: Ok, tarik nafas, hembuskan. Kamu engga boleh berpikir negatif sebelum bertemu dengan cowok tersebut.

Mungkin sahabat kamu lagi berpikir, gimana caranya buat mempertemukan kamu berdua. Dia mengatur segala sesuatunya begitu baik sebelum mempertemukan kamu dengan dia, kedua orang yang sama-sama penting.

Tenang, kamu masih bisa makan siang bareng pas sekolah. Dia sedang menjalani sebuah transisi di mana membagi waktu untuk dua orang yang sama-sama penting itu ternyata engga mudah.

 

Tahap Ketiga: Mulai Bimbang

Kamu: Oke, gue bakal main ke rumah dia terus tiap akhir Minggu selama 6 bulan ke depan. Gue kerjain tugas adiknya. Gue engga mau tau, gue harus bareng dia terus. Karena emang seharusnya. I miss my bestfriend.

Realita: Kamu pun punya kesibukan pribadi. Engga mungkin kamu selalu ada buat sahabat baik kamu.

Dia engga bermaksud mengurangi intensitas pertemuan kamu. Dia mungkin sedang menyeimbangkan persahabatan dengan kamu, urusan sekolah, pekerjaan, dan pacar barunya. Kirim sebuah pesan buat mengajaknya makan malam bersama di rumah engga ada salahnya. Perlihatkan betapa berharganya waktu kalian jika bersama.

 

Tahap Keempat: Depresi

Kamu: Yaudahlah, dia lebih milih cowok barunya daripada gue. Engga nyangka akhirnya kebersamaan gue bisa kurang karena hal ini, tapi mungkin udah seharusnya. Ini semua tentang dia sekarang.

Whatever!

Realita: Serius? Jangan sejauh itu. Sahabat kamu baru bertemu dengan orang itu kurang dari satu bulan, dan lebih milih dia? Engga mungkin.

Kalian seharusnya lebih mengerti satu sama lain.

Orang tua kalian saling kenal karena persahabatan kalian. Dia satu-satunya sahabat perempuan yang bisa ngatain kamu seenaknya di depan orang tua kamu, karena orang tua kamu sudah menggagapnya sebagai anggota keluarga. Jangan berpikir sejauh itu.

 

Tahap Kelima: Menerima

Kamu: Cowok barunya bukan orang jahat, dia baik dan cocok sama sahabat gue. Cowok ini mungkin pilihan terbaik buat dia. Gue rasa udah saatnya berbagi kebahagiaan. Yaudah, gue ikhlas.

Realita: Ya! Terima aja, kamu menyetujui hubungan mereka. Apa yang terbaik buat dirinya, kamu pasti jadi orang pertama yang seharusnya bisa memahami. Tunjukan kalo kamu emang sahabat terbaik yang dia punya.

Kehilangan seseorang memang sangat sensitif terkait perasaan, Kawan Muda. Entah itu sahabat terbaik kita, pacar, keluarga, hewan peliharaan, dan lainnya. Tapi satu hal yang perlu kamu ingat, di luar hal itu, kamu masih memiliki kehidupan sendiri yang harus kamu tanggung, jalani sendiri. Tunjukan perhatian kamu dalam bersosialisi tanpa harus mengurangi kadar perhatian terhadap diri kamu sendiri. (sds)

Comments

comments

Bobi Brilyan Bastenjar
Valar Morghulis