Rabu, 24 April 2024

Genmuda – Dinding sekolah dan kampus pasti punya telinga dan mulut. Kenapa bilang gitu? Karena, selalu ada kemungkinan curhatan antar sahabat menyebar dengan cepat ke telinga teman sekelas, atau bahkan lebih luas lagi.

Rahasia antar sahabat pada akhirnya berubah jadi rahasia umum. Melalui “mulut dan telinga di dinding” itu, kamu bisa mengetahui banyak banget informasi aneh temen sendiri yang sebelumnya tersimpan rapat-rapat.

Meski kemungkinannya kecil, apa yang bakal kamu lakukan kalo mendadak tau rahasia teman — entah karena dicurhatin, gosip, atau nonton berita — kalo doi adalah seorang anak pelaku kriminal? Haruskah kamu jauhi, tetap berteman sambil waspada, atau malah dikasihani karena aib keluarganya?

1. Jangan dijauhi

via giphy.com

Beban yang harus dipikul temen kamu tuh berat banget loh. Kalo kamu tiba-tiba menjauh, doi bisa jatuh ke titik paling rendahnya. Bayangin deh kamu ada di posisi doi. Aib keluarganya tau-tau terungkap dan mendadak doi engga punya temen, apa lagi kalo sampai dicengin.

Di Amerika Serikat, orang-orang yang hilang pegangan macam itu bisa ngelakuin hal gila, termasuk melukai temennya sendiri, loh. Kata Huffingtonpost.com, 2014, kasus penembakan yang dilakukan anak sekolah ke temen sendiri terjadi karena pelakunya korban bully.

2. Tapi jangan sok care juga, sih

via gurl.com

Meski engga boleh dijauhi, bukan berarti kamu harus mendadak peduli seperti cowok-cowok semua Drama Korea yang lagi ngincer cewek idamannya. Aksi lebay kayak gitu belom tentu diterima temen kamu, apalagi kalo doi punya gengsi yang gede. Baiknya sih kamu biasa aja, gaes.

Misalnya kamu ngotot dan ngerasa kalo doi butuh perhatian lebih dari temennya, mending ajak berkegiatan bareng daripada cuma di-puk-puk-in. Situs Canadianliving.com pernah bilang kalo bonding sambil beraktivitas bersama bikin hubungan maju ke arah yang benar.

3. Stop sebarin rahasianya

via gifsoup.com

Bila kamu peduli, mungkin lebih baik kamu usahain seusaha-usahanya supaya rahasia doi engga tersebar lebih jauh lagi. Sumpelin semua “kuping dan mulut di dinding,” kalo perlu omelin orang yang berani nyebar aib temen kamu itu.

4. Stop mikir kalo doi punya potensi kriminal yang sama

via Istimewa

Jangan parno! Temen kamu bukan orang tuanya. Malah, besar kemungkinannya doi punya pikiran yang jauh lebih jernih, baik, dan logis dari orang tuanya.

Penelitian Stanton E Samenow di psychologytoday.com, 2016, menegaskan kalo engga ada orang tua yang mendidik anaknya jadi seorang kriminal. Contoh kasus di Indonesia adalah anak Amrozi. Meski ayahnya merupakan terpidana Bom Bali 2002, doi merupakan aktivis di Yayasan Lingkar Perdamaian.

5. Kasih logika

via tumblr.com

Hal terakhir yang harus kamu lakukan adalah ngasih doi logika hukum dengan cara yang sangat halus. Doi engga boleh membantu orang tuanya, atau siapapun juga, untuk melarikan diri dari hukum karena segala kegiatan yang menghilangkan jejak pelaku kejahatan bakal dihukum menurut Pasal 221 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.

Mungkin, doi engga bakal tega ngelaporin orang tuanya sendiri ke polisi. Tapi, paling engga kamu bisa bantu doi supaya engga dipengaruhi paksaan orang tuanya untuk bertindak kriminal serupa. (sds)

Comments

comments

Charisma Rahmat Pamungkas
Penulis ala-ala, jurnalis muda, sekaligus content writer yang mengubah segelas susu cokelat hangat menjadi artikel.