Sabtu, 20 April 2024

Genmuda – Film sci-fi bisa dibilang jadi penantang serius buat film-film bergenre superhero. Apalagi kalo film sci-fi tersebut bertemakan kehidupan luar angkasa. Rasanya mungkin kayak berhasil memvisualisasikan apa yang ada di dalam imajinasi kita soal alam semesta.

Memasuki akhir bulan Juli 2017, “Valerian: And The City of a Thousand Planets” menjadi film sci-fi yang bakal menghibur kamu di bioskop. Digarap oleh sutradara Luc Besson, film ini adalah adaptasi dari novel grafis dengan judul yang sama karya Pierre Christin dan Jean-Claude Mezieres.

Petualangan luar angkasa ala-ala Star Trek dan Star Wars

©EuropaCorp/2017
©EuropaCorp/2017

Film diawali oleh visual dua astronot asal Rusia dan Amerika yang saling berjabat tangan sebagai bukti perdamaian dunia. Dari situ umat manusia secara perlahan hidup secara berdampingan, –bahkan dengan alien, di stasiun antariksa bernama Alpha.

Cerita pun berlanjut saat 400 tahun kemudian sebuah planet bernama Mul mengalami kehancuran. Planet indah itu diketahui menghasilkan banyak mutiara dan memiliki penduduk berkulit pucat (tubuhnya mirip suku Na’vi di film “Avatar”).

Kehancuran Mul ternyata bisa dirasakan oleh Valerian (Dane Dehaan) dalam mimpinya di masa depan. Ia dan Laureline (Cara Delevingne) adalah sepasang agen luar angkasa yang memiliki tugas untuk menjaga keselamatan antariksa.

Sebuah misi rahasia yang mereka jalankan ternyata menyeret kedua untuk mengungkap misteri kehancuran planet Mul. Dari sini penonton mungkin bisa tau bakalan ada bumbu cinlok antara Valerian dan Laureline.

©EuropaCorp/2017
©EuropaCorp/2017

Meski punya efek visual kece buat bersaing sama film luar angkasa kayak “Star Trek” atau “Star Wars“, sayangnya film “Valerian” kayak gak punya jalan cerita yang bisa bikin kamu kagum, at least bikin penonton tertarik pengen tau kelanjutan konflik didalamnya.

Nyaris di 30 menit pertama penonton seolah dipaksa buat ngerti sama maksud jalan cerita yang ditangkap oleh Luc Besson. Baik adegan action, konflik, sampe krisis di tokoh utamanya seperti dibuat kentang (baca: kena tanggung). Belum lagi buat ukuran film sci-fi banyak banget rangkain cerita yang justru gak ada ilmiah dan faedahnya sama sekali. Serius.

Gak punya jalan ceritanya yang bagus

©EuropaCorp/2017
©EuropaCorp/2017

Bagus jelek emang relatif, tapi saat nonton film “Valerian and The City of a Thousand Planets” Genmuda.com menemukan banyak banget unsur di luar film yang gak ngedukung jalan ceritanya, bahkan malah bikin filmnya semakin kacau.

Contoh nyata ada pada sosok alien bernama Bubble (Rihanna). Awalnya Valerian harus menemukan alat (yang penonton gak tau fungsinya buat apa) untuk menyelamatkan Laureline. Setelah masuk ke daerah hiburan malam, doi mengetahui kalo Bubble adalah alien berwujud cairan biru yang bisa mengubar dirinya jadi siapa aja (kayak Mystique di “X-Men”).

Tanpa perlu susah-susah Valerian langsung mengajaknya untuk menolong Laurine supaya bisa menyamar di dalam tubuh Bubble. Lebih parahnya lagi, karakter yang diperankan sama Rihanna itu langsung tewas setelah tertimpa reruntuhan dalam wujud aslinya (berupa cairan), sedangkan kedua jagoannya cuma lecet-lecet aja. Bingung kan lo?

Penulis rasa sih sayang banget kalo penyanyi sekelas Rihanna malah dapet peran yang akhirnya ngerusak jalan cerita film. Ketimbang harus joget-joget gak jelas di klub malam, kenapa gak jadiin doi alien yang bisa nyanyi sekalian?

Sedangkan Dane Dehaan dan Cara Delevigne terasa masih kurang banget ngebangun chemistry dengan baik. Keduanya tuh bisa dibilang jagoan utama tapi gak jago-jago banget, dibilang pasangan bad-ass yang serasi tapi gak ada chemistry-nya banget sepanjang film. Jadi semuanya serba nanggung.

Sedikit tertolong sama efek visual

©EuropaCorp/2017
©EuropaCorp/2017

Segala macam kekurangan di atas masih lumayan tertolong oleh efek visualisasi yang disajikan. Beberapa dialog humor yang ditawarkan oleh beberapa tokoh di film ini juga masih cukup ngena buat penonton remaja.

Secara keseluruhan dua poin plus itu masih belum mampu bikin penonton berkesan sama jalan cerita ‘si agen luar angkasa.’ Belum lagi film ini harus bersaing sama “Dunkirk” atau “War for the Planet of Apes” yang rasanya jadi PR berat (pake: banget) buat memuncaki box office.

Kalo kamu gak setuju sama penilaian di atas, tonton aja sendiri filmnya di bioskop. Berikut trailernya, gengs!

Our Score

Comments

comments

Saliki Dwi Saputra
Penulis dan tukang gambar.