Kamis, 28 Maret 2024

Genmuda – Saat niat dan tekad udah bulat, mimpi atau keingin apapun biasanya bisa tercapai, termasuk berbuat baik bagi sesama yang ngebutuhin bantuan. Hal tersebut udah dibuktiin oleh seorang penyanyi muda berbakat, Kyla Christie.

Di usianya yang baru 15 tahun, sang penyanyi yang akrab disapa Kyla udah berhasil ngeraih sejumlah prestasi. Tahun lalu aja misalnya, doi udah ngeharumin nama Indonesia di kancah internasional dengan berhasil ngeraih sampai tujuh penghargaan, di antaranya 4 medali emas, 1 medali emas juara umum devisi, 1 Industry Award, dan beasiswa di New York Film Academy sekaligus di ajang World Championships of Performing Arts di Los Angeles, Amerika.

Tapi, lebih daripada itu, Kyla sebenarnya engga cuma sekedar nyanyi buat nyalurin hobi dan berkompetisi aja. Doi juga ngegunain bakat nyanyi yang dimilikinya buat ngebantu orang lain. So, pengen tahu lebih lanjut soal Kyla? Yuk, simak hasil wawancara Genmuda.com beberapa waktu yang lalu barengan Kyla:

Genmuda: Halo Kyla, denger-denger kamu katanya nyanyi dulu ya baru ngomong? Itu gimana ceritanya?

Kyla: Aku engga ingat, tapi mama cerita ke aku kalau dulu kami lagi di perjalanan ke bandara dan ada sepupu-sepupu aku. Aku dipangku mama dan mereka lagi nyanyi ‘Twinkle, Twinkle, Little Star’. Pas mereka diam udah engga nyanyi, pas bagian “star” itu aku kayak nyanyi gitu.

 

Genmuda: Tapi, kira-kira kamu yakin mau terus nyanyi di umur berapa?

Kyla: Itu bukan terkait umur sih. Dulu pas aku kecil nyanyi lebih kayak hobi. Tapi, lama-lama semakin besar ‘kan semakin ada masalah kayak teman-teman atau sekolah gitu. Jadi, nyanyi memperbolehkan aku untuk ekspresi diri. Aku bisa nyanyi untuk mengekspresikan emosi, pikiran, situasi, dan apapun di hidup aku.

 

Genmuda: Kamu ‘kan milih mainin alat musik sasando. Alasannya kenapa?

Kyla: Waktu itu ‘kan aku ikut World Championships of Performing Arts. Aku belajar sasando sekitar sebulan sebelum pergi ke sana. Aku pikir aku akan ikut olimpiade dunia, jadi kenapa aku engga bisa membawa satu hal dari Indonesia. Aku bisa memperkenalkan sasando kepada dunia. ‘Kan sayang udah jauh-jauh dan latihannya banyak. Aku harus membawa sesuatu yang bisa mengharumkan nama Indonesia.

 

Genmuda: Dengan durasi latihan yang cuma sekitar sebulan, kok kamu berani ambil risiko tetap nampilin permainan sasando di World Championships of Performing Arts?

Kyla: Sebulan itu juga waktu yang berharga. Kalau dipikir-pikir, sebulan itu masih ada waktu karena aku latihan hampir tiap hari. Waktu itu aku juga lagi belajar buat UN. Kalau lagi engga belajar, aku biasanya main sasando. Abis makan ada waktu dikit, aku juga main.

Kyla Christie (umber: Genmuda.com/2-16 Everlyn)
Kyla Christie (umber: Genmuda.com/2-16 Everlyn)

Jadi, itung-itung kalau latihan kayak gitu tiap hari, itu cukup banyak dalam sebulan. Memang susah sih, tapi kalau aku udah pengen biasanya pasti aku kejar dan lakukan yang terbaik. Kalau kita dapat setahun tapi kita engga latihan, itu sama aja kayak kita mendapatkan sebulan tapi latihan.

 

Genmuda: Selain sasando, alat musik apa lagi yang bisa kamu mainin atau pengen kamu pelajarin ke depannya?

Kyla: Kalau sekarang, aku pengen mengembangkan permainan gitarku. Aku ‘kan udah mulai bikin lagu-lagu buat album. Menurut aku, paling gampang pakai piano dan gitar sebagai dasarnya. Jadi, aku pengen mengembangkan itu supaya aku lebih gampang bikin lagunya. Aku sebenarnya juga pengen belajar drum dan alat musik lainnya. Tapi, untuk sekarang fokusnya ke album dulu.

 

Genmuda: Lantas, siapa sih idola kamu? Siapa idola yang kamu pengen nyanyi atau kolaborasi bareng tapi sampai sekarang belum kesampean?

Kyla: Salah satu idola aku yang penyanyi itu Barbra Streisand. Dia banyak nyanyi lagu Broadway dan aku memang dari dulu suka banget sama Broadway. Broadway itu campuran nari, nyanyi, dan akting, lagu-lagunya juga selalu menceritakan sesuatu. Banyak lagu sekarang yang kadang engga ada cerita atau intinya. Jadi, aku benar-benar pengen bisa nyanyi dengan Barbra Sreisand supaya kami berdua bisa bercerita. Aku juga pengen nyanyi dengan Michael Buble.

Kalau yang udah kesampean itu David Foster. Aku dari dulu ngefans banget karena dia memproduseri Barbra Streisand, Whitney Houston, Celine Dion, dan penyanyi-penyanyi yang aku ngefans banget. Pas November 2011 dan 2016 ini, aku nyanyi sama David Foster. Itu kayak mimpi bisa nyanyi sama dia. 

 

Genmuda: Sebagai penyanyi, tantangan apa yang pengen kamu taklukin banget?

Kyla: Tantangannya itu ada yang kecil, kayak engga boleh makan gorengan dan es. Memang ada penyanyi yang engga apa-apa, tapi aku tuh sensitif. Aku udah beberapa bulan engga makan gorengan dan es. Kangen sih kalau ngelihat tempe mendoan, tapi memang engga boleh karena benar-benar berefek banget.

Kalau tantangan yang termasuk gede itu kayak lebih ke masuk industrinya. Kadang-kadang penyanyi lebih dilihat fisiknya daripada suaranya. Ada banyak penyanyi di dunia ini yang bagus banget suaranya, tapi engga masuk-masuk industri. Aku pas di World Championships of Performing Arts mendapatkan Industry Award, itu berarti aku dianggap layak masuk industri.

“Itu membuat aku senang banget karena di mana-mana masuk industri memang memerlukan kerja keras. Banyak orang pikir bintang-bintang yang sekarang gampang masuk industri.”

Genmuda: Terkait World Championships of Performing Arts, apa motivasi kamu buat ikutan itu dan kayak gimana prosesnya?

Kyla: Jadi, di World Championships of Performing Arts aku pengen melakukan lompatan. Aku dulu nyanyi, tapi jarang ikut lomba. Menurut aku, ini ada lomba yang setara dengan ambisi aku. Aku pikir kalau ada kesempatan, kapan lagi? Aku pas masih sekolah, nanti pas aku udah gede udah bikin album segala macam ‘kan agak repot kalau mau ikut lomba-lomba.

Ini juga bisa menjadi penambah kepercayaan diri, membuat aku lebih mengerti suara aku kayak apa, membuat aku lebih berani bernyanyi, dan membuat aku bisa ada kesempatan buat membawa sasando. Jadi, itu kesempatan buat banyak hal, meningkatkan diri aku sendiri dan meningkatkan karir nyanyi aku.

Prosesnya itu aku latihan sekitar tiga bulan. Itu pilih lagu susah banget karena lagunya harus dipotong semenit. Aku latihan tiap hari dan memang persiapannya intens banget. Tapi, aku bangga karena akhirnya sepadan. Aku mendapatkan sesuatu dari kerja keras aku.

 

Genmuda: Kalau yang World Scholar’s Cup itu gimana ceritanya?

Kyla: Itu beda lagi. World Scholar’s Cup itu ada debate, writing, challenge, dan bowl. Bowl itu tiga orang satu tim. Aku ikut sampai ke Tournament of  Champions di Yale University, Amerika dan akhirnya mendapatkan banyak medali emas juga. Menurut aku, ada orang yang berpikir bahwa penyanyi cuma bisa nyanyi. Aku pengen bisa mengimbangi, aku bisa dalam akademis dan dalam talenta yang lain.

 

Genmuda: Gimana perasaan kamu bisa jadi juara, khususnya di World Championship of Performing Arts?

Kyla: Itu aku bangga banget. Pas nama aku dipanggil, itu aku kayak merasa bukan cuma membanggakan bagi aku, tapi juga membanggakan bagi Indonesia dan bagi mama papa yang udah mau mendukung aku selama ini. Pokoknya aku merasa semua kerja keras aku dan kepercayaan semua orang di sekelilingku akhirnya bisa dihargai. Capeknya, keselnya, gregetnya, semuanya ada timbal baliknya.

“Aku pikir ngapain kategori tradisional karena sasando setara juga dengan gitar, piano, dan biola.”

Kalau aku engga menang, aku juga tetap bakal bangga karena dari situ aku mempelajari banyak banget hal. Dari sana aku sampai ketemu orang di New York Film Academy dan dia kasih saran. Jadi, medali dan kemenangan lebih ke ekstra, aku tahu aku bisa dikenal dan kerja keras aku ada imbalannya. Intinya bukan menang doang, tapi bisa belajar.

Di batch aku ada 16 kalau engga salah yang ikut dari Indonesia. Aku kategorinya ada empat dan nyanyi semua. Kalau sasando, aku ikutnya bukan yang tradisional. Aku pikir ngapain kategori tradisional karena sasando setara juga dengan gitar, piano, dan biola. Jadi, aku ikut aja yang umum supaya Indonesia bisa benar-benar dikenal.

 

Genmuda: Lalu, gimana kegiatan sehari-hari kamu? Gimana kamu bagi waktu antara nyanyi, sekolah, dan kegiatan lain?

Kyla: Susah dan capek sih. Tapi, kalau aku melakukan hal yang aku suka atau hobi aku, aku bisa-bisain dan aku senang melakukannya. Itu bukan kayak pekerjaan. Memang memerlukan waktu, jadi kadang-kadang ada yang harus dilepaskan.

 

Genmuda: Kamu ‘kan pernah bikin kampanye namanya ‘Sing to Build’. Itu sampai sekarang masih berjalan? Gimana awalnya kamu bisa kepikiran bisa ngelakuin itu?

Kyla: Waktu itu aku lagi mau makan, terus di TV ada berita Merapi dan Mentawai. Aku waktu itu masih umur 10 tahun –kalau engga salah. Aku nonton dan aku nangis karena aku sedih banget. Aku beruntung banget mendapatkan rumah dan bisa makan, tapi mereka pakai sandal aja engga bisa. Ada banyak orang yang meninggal dan kehilangan orang yang mereka sayang.

Pas aku nangis, mama datang dan tanya aku kenapa. Mama bilang daripada aku nangis dan sedih, aku lebih bagus menggunakan talenta nyanyi aku untuk menolong mereka. Akhirnya, aku pengen menjalani ‘Sing to Build’, jadi benar-benar menyanyi untuk membangun. Aku kerja sama dengan Habitat for Humanity. Setiap kali aku nyanyi, orang-orang bisa mendonasikan dana atau alat-alat. Aku ‘kan di sana juga buat komunitas kayak Rumah Jahit, Rumah Nyanyi, dan Rumah Buku.

Sekarang masih berjalan. Sekarang aku lagi menolong anak dari panti asuhan yang rumahnya kebakar. Aku lagi menolong mereka membangun rumah baru dan sekalian menolong mereka membuat bisnis-bisnis baru.

 

Genmuda: Tapi, pas awal ‘Sing to Build’ berjalan ‘kan sempat kayak ada penolakan. Gimana perasaan kamu dan apa yang kamu lakuin abis itu?

Kyla: Waktu itu aku pengen pentas di mall. Terus, katanya aku harus buka booth, kalau engga aku engga boleh nyanyi. Padahal, ini buat sosial dan buat orang lain, masa aku engga boleh nyanyi? Aku kesal, tapi ya udah lah aku lepasin. Daripada aku kesal sendiri dan engga ngapa-ngapain, lebih enak aku membuat sesuatu yang lebih besar daripada itu. Berarti ‘kan aku bisa melanjutkan ini, walaupun aku udah menerima penolakan. Aku akhirnya tetap pentas, tapi engga di mall itu.

‘Sing to Build’ benar-benar kayak pelajaran buat aku sendiri. Di situ aku bisa tahu kalau walaupun kita menerima penolakan, itu kita harus bangun dan membuat sesuatu sendiri. Kalau orang lain engga memberi kesempatan, kita buat kesempatan kita sendiri.

 

Genmuda: Selain ‘Sing to Build’ kamu juga ikut kegiatan sosial lain kayak ‘Give Back Indonesia’. Sebenarnya apa sih motivasi dan harapan kamu dari ikut kegiatan sosial kayak gitu?

Kyla: Aku diundang ke ‘Give Back Indonesia’ lewat Stephen Laurence Harvey, yang membuat lagunya dengan Brenda Russell (penerima nominasi Grammy dan Tony Award pengarang musikal ‘The Color Purple’ produksi Oprah Winfrey), sama Madam Noor juga, yang bekerja sama dengan UNICEF. Aku pikir pesannya bagus banget, apalagi di situ kebanyakan artis-artis yang udah dewasa. Aku bisa mewakili semua kaum muda. Aku bisa mengirimkan pesan yang beda daripada yang dewasa.

Kyla Christie (umber: Genmuda.com/2-16 Everlyn)
Kyla Christie (umber: Genmuda.com/2-16 Everlyn)

Sekarang ‘kan waktunya media sosial dan banyak orang menggunakannya untuk banyak hal. Kalau kita bisa menggunakannya untuk mengedarkan berita tentang anak-anak Indonesia yang benar-benar memerlukan pertolongan, itu ‘kan bagus banget. Kita harusnya sadar bahwa kita bisa menggunakan media sosial bukan cuma untuk menolong hidup kita sendiri, tapi menolong hidup orang lain.

Aku cuma satu orang dan masalahnya engga mungkin selesai. Dengan suaraku dan dengan kampanye-kampanye ini, aku mengharapkan orang bisa melihat bahwa ada masalah dan mereka bisa menolong. Kalau tiap orang gabung bersama ‘kan bakal menjadi hal yang bisa menggerakkan banyak orang lagi. Aku harapannya bukan aku sendiri yang menaklukkan masalahnya, tapi aku bisa menolong menggerakkan banyak orang untuk bersama-sama menyelesaikannya.

“Aku akan selamanya berterima kasih kepada mama karena tanpa mama aku engga bisa mendapatkan ini.”

Genmuda: Nah, soal hubungan kamu sama mama kamu, kamu ‘kan kayaknya dekat banget sama mama kamu. Apa sih rahasianya? Kata apa yang tepat buat ngegambarin mama kamu?

Kyla: Menurut aku, kalau remaja sama mamanya engga selalu alus. Tapi, bukan berarti hubungannya itu engga kuat. Mama sama aku sering kok bertengkar yang kecil-kecil kayak soal pemilihan baju. Tapi, yang penting menurut aku mama selalu ada buat aku.

Kadang mama suka bilang sesuatu dan aku engga setuju, tapi akhirnya mama selalu benar. Mama kalau lihat aku pengen sesuatu benar-benar dengan semua waktu dan tenaganya menolong aku. Itu yang membuat hubungan kami sangat kuat. Mama bangga asal bisa melihat aku meraih semua ini. Menurut aku, semua mama kayak gitu, walau kita engga sempurna sebagai anak. Aku akan selamanya berterima kasih kepada mama karena tanpa mama aku engga bisa mendapatkan ini.

Kalau ada satu kata buat mama itu gigih. Mama ada tantangan apapun selalu lanjut dan mendorong aku. Aku sebagai remaja ‘kan memang cenderung moody. Kalau ada mama, aku punya idola yang bisa aku lihat kalau ada orang yang benar-benar engga akan menyerah. Semoga aku bisa seperti mama.

 

Genmuda: Terus, kamu ‘kan udah nerbitin dua buku. Itu gimana awalnya?

Kyla: Itu lucu juga sih. Yang pertama judulnya ‘Who Wants to Play with Me?’. Aku ‘kan anak tunggal, jadi kalau di rumah engga ada teman. Aku dulu sering merasa sendirian dan aku pikir banyak anak tunggal yang nyambung sama aku, kenapa aku engga bikin buku aja? Jadi, itu tentang hidup aku dan keluarga aku. Lewat buku itu, banyak orang bisa ketawa dengan situasi aku. Aku mengubah situasi kesepian aku jadi lebih lucu.

Buku kedua judulnya ‘Who Wants to Help Me?’ Aku ‘kan suka keju, jadi aku ada ide karakter utamanya tikus. Tikus itu punya keju gede banget. Itu cerita tentang berbagi, yang sebagai anak tunggal jujur aku memang agak susah karena engga biasa. Dengan buku itu, aku bisa belajar dan sampaikan pesan untuk orang lain bahwa berbagi itu baik, bisa meringankan beban kita.

 

Genmuda: Dari sekian banyak prestasi yang udah kamu capai, ada engga sih kegagalan yang sampai bikin kamu down atau ngubah hidup kamu banget? Gimana cara kamu ngatasin hal itu?

Kyla: Kegagalan sih yang pas aku engga boleh nyanyi di mall itu. Tapi, akhirnya ya yang aku bilang tadi. Kalau kita engga mendapatkan kesempatan dari orang lain, kita benar-benar harus membuat kesempatan kita sendiri. Kita engga bisa menaruh masa depan kita kepada orang lain. Kalau kita engga mendapatkan sesuatu, kita harus berjuang mengejarnya.

 

Genmuda: Lantas, apa hobi kamu di samping seni?

Kyla: Aku tuh suka banget menulis. Aku sekarang lagi mau menulis buku. Aku juga mau membuat bisnis kayak baju gitu.

 

Genmuda: Ada proyek lagi yang pengen kamu jalanin atau hal-hal yang masih pengen kamu capai?

Kyla: Sejauh ini yang lagi proses itu album pertama aku, semoga rilis tahun ini. Itu prioritas aku karena aku dari dulu engga pernah menulis lagu, aku cuma nyanyiin lagu-lagu orang lain. Kebetulan ada juga proyek sekolah yang aku harus bikin lagu, terus aku pikir aku bisa menggabungkan hobi nulis dan nyanyi aku. Nulis lagu jadi suatu saluran untuk aku mengekspresikan diri.

 

Genmuda: Kalau lagu kamu yang tentang bullying, itu gimana ceritanya?

Kyla: Itu lagunya judulnya ‘Sorry’. Itu agak kayak sarkasme, maaf kalau aku terlalu baik buat kamu. Media sosial bisa dipakai untung hal-hal yang baik, tapi sekarang banyak orang kayak merendahkan atau ngomongin orang lain. Aku membuat lagu itu untuk mencoba mendeskripsikan kayak apa rasanya orang kalau digituin.

“Kami berdua pernah di-bully, jadi kami bisa ngasih tahu orang lain kalau mereka engga sendiri.”

Kamu yang di-bully harus tahu bahwa kamu udah lebih baik daripada si pem-bully. Kamu lebih kuat daripada mereka, karena mereka harus merendahkan orang lain untuk merasa lebih baik terhadap diri mereka sendiri. Walau kamu yang jadi korbannya, akhirnya kamu bakal jadi pahlawannya.

Aku kolaborasi sama teman aku, namanya Mea Maritza Shahira. Dia pemain gitar dan dia juga model. Aku bikin liriknya dan dia bantu aku membuat melodinya. Dia juga mengisi rap di lagu itu. Kami berdua pernah di-bully, jadi kami bisa ngasih tahu orang lain kalau mereka engga sendiri.   

 

Genmuda: So, terakhir, apa pesan kamu untuk Kawan Muda yang pengen nekunin karir musik kayak kamu?

Kyla: Pesan aku benar-benar kayak yang aku bilang tadi. Kalau engga ada kesempatan, buatlah kesempatan untuk diri sendiri. Kalau kamu ingin meraih mimpimu — asalkan itu baik, kamu layak buat benar-benar mengejarnya. Walau orang lain bilang ini itu, kalau kamu benar-benar mau kamu akan mengupayakannya dan itu sepadan banget. Pasti ada kegagalan, tapi kamu tetap harus membuat kesempatan agar kamu bisa membanggakan diri sendiri dan semua orang di sekeliling kamu.

(sds)

Comments

comments

Gabrielle Claresta
Eccentric daydreamer