Selasa, 16 April 2024

Genmuda – Kawan Muda pernah salah paham atau bahkan hampir berantem sama teman atau pacar cuma gara-gara emoji di atas? Kalau iya, kamu harus, kudu, wajib, mesti banget tahu soal penjelasan berikut ini.

Sekilas, emoji di atas memang kelihatan kayak nunjukin ekspresi nyengir, nyeringai, meringis, tersenyum lebar, garing, atau wajah orang jayus. Meski begitu, ternyata engga semua orang ngelihat hal yang sama. Ada pula orang-orang yang nganggap kalau emoji tersebut nunjukin ekspresi yang cenderung engga ngenakin.

Lah, kok bisa sampai pada beda-beda gitu sih? Well, kalau menurut sebuah riset terbaru dari Hannah Miller dan rekan-rekannya di GroupLens, University of Minnesota, beberapa emoji bisa terlihat berbeda banget pada ponsel atau platform yang berbeda pula. Itulah yang akhirnya nimbulin miskomunikasi.

FYI, dalam riset yang bakal diterbitin di AAAI ICWSM pada bulan Mei mendatang itu, para peneliti udah ngelibatin 22 orang peserta. Mereka diminta buat ngedeskripsiin dan menilai seberapa positif atau negatifnya suatu emoji dari beragam platform pada skala -5 sampai 5.

Siapa sangka, hasil riset tersebut beragam banget, Kawan Muda. Buat emoji Grinning Face with Smiling Eyes (emoji di atas) aja misalnya, orang-orang cenderung ngelihat kalau versi perangkat Apple jauh lebih negatif daripada versi perangkat lain, terutama versi perangkat Google.

Meski begitu, kebingungan yang timbul akibat perbedaan tampilan emoji engga selalu mutlak terjadi gara-gara perbedaan perangkat kok. Para peneliti udah nemuin pula kalau miskomunikasi ada kalanya bisa berasal dari “perbedaan interpretasi atas emoji yang sama persis”.

Dengan kata lain, dua orang yang ngelihat emoji yang sama pada smartphone yang sama bisa aja punya pandangan yang berbeda. Kalau kamu engga percaya, kamu lihat aja contoh hasil penilaian para peserta buat emoji Grinning Face with Smiling Eyes versi Apple berikut ini:

Emoji digunakan disamping teks dalam komunikasi digital, namun sifat visual emoji membuat emoji terbuka bagi interpretasi. Selain itu, emoji ditampilkan secara berbeda pada platform yang berbeda, sehingga orang-orang akan menginterpretasikan tampilan platform yang satu berbeda dari platform yang lain,” demikian kesimpulan para peneliti.

So, sekarang kamu udah tahu ‘kan kenapa gara-gara emoji aja banyak orang bisa dibuat keki? Oleh karena itu, kamu harus bisa pinter-pinter nyesuain emoji yang mau kamu pakai sama konteks pembicaraan kamu biar nantinya engga timbul salah kaprah. Selamat berkreasi dengan emoji, Kawan Muda! (sds)

Comments

comments

Gabrielle Claresta
Eccentric daydreamer