Kamis, 25 April 2024

Genmuda – Agar siap nyambut masa SMA, kuliah, atau jenjang pendidikan selanjutnya, kamu butuh mengubah kebiasaan lama agar beradaptasi dengan pola belajar di tempat baru. SKS (baca: sistem kebut semalam) jelas engga bakal bantu kamu di dunia akademik yang lebih cepat dan berat materinya.

Para peneliti National Training Laboratory (NTL) Institute, Maine, Amerika Serikat ternyata pernah meneliti pola belajar terbaik buat manusia, sekitar tahun 1960-an. Meski banyak ditentang saat itu, namun saran mereka justru paling banyak digunakan di sekolah, organisasi, ataupun perusahaan.

Sebelum kupas lebih dalam, kamu perlu tau kalo ingatan manusia tuh ibarat ember yang bocor alus kayak ban dalam. Jadi, sejumlah informasi bakal ‘bocor’ sedikit demi sedikit sampai akhirnya terlupakan, apa lagi kalo informasinya cenderung trivia. Nah, berdasarkan fakta tersebut, inilah cara belajar yang baik menurut NTL Institute.

Metode partisipatif

(Sumber: quietrev.com)

Menurut argumentasi NTL, semakin terlibat seseorang dalam subjek yang dipelajarinya, semakin banyak pula materi yang bakal diingatnya. Menurut hasil penelitiannya, orang bisa mengingat hingga 50% materi pelajaran ketika belajar sambil diskusi.

Apabila mempraktikkan subjek yang dipelajarinya, orang tersebut bahkan mampu memahami hingga 75% dari seluruh materi yang dipelajari. Sementara kalo mereka mengajari orang lain atau langsung menggunakan pengetahuannya dalam kehidupan sehari-hari, mereka bakal ingat hingga 90% materi.

Penelitian itu juga menyimpulkan kalo semakin sering seseorang mempraktikkan ilmunya, semakin dalam pula pemahamannya. Karena itu, kampus-kampus banyak menuntut mahasiswa buat berdiskusi dan mempresentasikan materi penelitian. Supaya pada ngerti. (Okesip itu baru yang pertama ya),

Metode pasif

(Sumber: engineering.com)

Sementara itu, orang cuma bisa paham 30% materi pelajar kalo hanya melihat demonstrasi terlebih kalo materi di kelasnya bikin ngantuk. Secanggih apapun presentasi guru, dosen, atau rekan sekelas kamu, kamu justru engga bakal ngerti banget kalo belum terlibat dalam sebuah diskusi.

Bahkan, kalo hanya mentonton tayangan doang, para siswa hanya bisa menyerap materi sekitar 20%. Dengan kata lain, sebanyak apapun video tutorial YouTube yang kamu tonton engga ada pengaruhnya selama kamu engga mempraktikkan ilmu yang kamu tonton di YouTube.

Bertolakbelakang dari kepercayaan yang dianut orang awam, terlalu banyak membaca ternyata engga besar manfaatnya menurut NTL. Penelitian di sana mengungkapkan kalo tiap orang cuma bisa paham hingga 10% dari materi yang mereka baca. Dan lagi-lagi, itulah sebabnya banyak kampus sering menyeimbangkan teori dari buku dengan kegitan praktikum.

Hasil terendahnya justru didapat kalo seseorang hanya mengandalkan penjelasan guru atau dosen di dalam kelas. Penelitian NTL bilang, seseorang cuma bisa menangkap 5% materi yang disampaikan secara lisan. Sisanya hanya masuk kuping kanan, keluar lagi kuping kiri.

Penerapannya

(Sumber: parade.com)

Hasil penelitian itu Kawan Muda sebenarnya bisa menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh, kalo kamu pengen jago berbahasa asing, kamu perlu partner yang bisa kamu ajak berdialog dengan bahasa itu. Hasil yang lebih baik tentu bakal kamu dapat kalo partner ngobrol kamu adalah seorang native speaker.

Dalam hal olahraga juga sama kasusnya. Kamu perlu mempraktikkan apa yang kamu tonton di internet supaya hasilnya terasa. Engga mungkin kan perut kamu bisa sixpack cuma dengan menonton orang planking, crunches, dan sit up di internet?

Namun demikian, secara keseluruhan penelitian ini sama sekali engga menyarankan kamu buat langsung berbuat sesuatu tanpa tahu dasarnya. Kamu tetap perlu mendapat 5%-10% informasi dasar lewat penjelasan orang lain dan referensi tulisan, sebelum kamu bisa mempraktikkannya sendiri. (sds)

Comments

comments

Charisma Rahmat Pamungkas
Penulis ala-ala, jurnalis muda, sekaligus content writer yang mengubah segelas susu cokelat hangat menjadi artikel.