Sabtu, 20 April 2024

Genmuda – Masa remaja jadi satu fase terindah dalam kehidupan manusia. Begitu mengagumkan. Ribuan, bahkan jutaan cerita mampu tercipta dan terus melekat di setiap sel otak sepanjang waktu.

Namun, terkadang semua keindahan itu justru terganggu dengan munculnya intimidasi (selanjutnya kita sebut bully) yang kerap hadir di lingkungan bermasyarakat. Ya, engga ada kegiatan lain yang mereka senangi selain merendahkan dan menggeretak orang yang mereka anggap lemah. Akuilah, hal ini emang ada gaes.

Sebuah penelitian yang diterbitkan National Academies of Science, Engineering and Medicine di Amerika menemukan bahwa bullying dapat mempengaruhi psikologis si korban, dan si pelakunya sendiri dalam jangka waktu yang cukup lama.

Menurut penelitian, bullying terjadi di kalangan anak-anak dan remaja sebanyak 31%, dan 15% di antara mereka mengalami cyberbulling (bentuk kekerasan di internet). Laporan tersebut masih berjalan, karena sulit untuk menentukan angka yang lebih tepat untuk jumlah orang yang diganggu.

Hasilnya? Mengejutkan. Laporan itu menemukan bahwa korban yang diintimidasi atau diganggu beresiko tinggi dalam gangguan mental, seperti depresi, cemas yang berlebihan, bahkan penyalahgunaan zat di kemudian hari.

“Remaja yang diintimidasi bisa terjangkit masalah mental, gangguan tidur, dan sakit kepala,” ujar pihak peneliti, dilansir dari nymag. “Meskipun konsekuensi penuh dari bullying bisa mempengaruhi otak belum dipahami sepenuhnya, namun ada perubahan dalam tingkat stres bagi mereka yang ditindas.”

Bully

Para peneliti pun melaporkan bahwa mengurangi angka bullying bukan dengan menggeretak para penganiaya. Namun, ia menyarankan agar masyarakat lebih fokus melihat kejiwaaan remaja yang rentan. Keluarga pun menjadi faktor yang penting dalam mencegah hal ini..

Laporan ini membuat perubahan pandangan dalam cara berpikir tentang bullying. Dulu, bullying dianggap sebagai satu hal yang dapat menguatkan mental seseorang. Sekarang, konsekuensi yang serius ada di depan mata, dan bullying jelas satu hal yang harus diperangi.

Bullying telah lama ditoleransi sebagai perjalanan yang biasanya dilalui remaja. Tetapi kini banyak hal negatif yang dihasilkan, dan ini tidak bisa diabaikan,” ujar Frederick Rivara, profesor pediatri dan epidemiologi di Universitas Washington. “Ini adalah waktu yang sangat penting untuk mencegah bullying.”

Kembali ke dampak yang dihasilkan, penelitian pun mengungkapkan bahwa orang-orang yang mem-bully justru lebih menyedihkan secara personal. Oleh karena itu ia melampiaskannya dengan mengganggu orang lain.

“Remaja yang menggertak orang lain mungkin lebih  mengalami depresi, bahkan terlibat dalam kegiatan kriminal seperti pencurian dan vandalism. Kondisi psikis mereka akan merugikan diri mereka sendiri di kemudian hari,” tutup pihak peneliti dalam terbitannya.

Jadi kalau udah baca penelitian di atas ada baiknya sekarang kira stop deh budaya bullying, karena sama-sama engga ada manfaatnya bagi korban ataupun pelakunya. Stay positive ya gaes! (sds)

Comments

comments

Bobi Brilyan Bastenjar
Valar Morghulis