Sabtu, 20 April 2024

Genmuda – Perkembangan era digital ternyata turut berdampak ke penggunaan tanda baca nih, Kawan Muda. Buktinya, tanda baca titik kabarnya kini lagi sekarat.

Sejak pertama kali belajar nulis di TK atau SD, kamu tentu udah diajarin soal penggunaan tanda baca dalam kalimat, salah satunya tanda titik. Biasanya, guru kamu pasti bakal nandain kalimat kamu yang engga ada tanda titiknya, apalagi kebetulan kamu lagi nulis buat pelajaran bahasa Indonesia.

Namun demikian, penggunaan tanda titik saat ini ternyata udah engga begitu diperhatiin lagi sama orang-orang. David Crystal selaku ahli bahasa dan profesor linguistik University of Wales pun yakin bahwa hal tersebut terjadi gara-gara kemunculan dari beragam aplikasi pesan singkat.

Kita berada pada saat penting dalam sejarah tanda titik. Pada sebuah pesan singkat, akhir dari suatu kalimat cukup jelas dan tidak akan ada tanda titik. Jadi kenapa menggunakannya?” kata Profesor Crystal di Hay Festival seperti dikutip dari Metro.co.uk.

Lebih lanjut, Profesor Crystal nambahin pula bahwa ketimbang sepenuhnya ninggalin tanda titik, generasi milenial justru mulai ngegunain tanda titik dengan cara yang agak berbeda. Makin ke sini orang-orang jadi ngegunain tanda titik buat nunjukin kekesalan, sarkasme, dan bahkan serangan.

(Sumber: Imgur)

Dengan kata lain, tanda titik sekarang punya semacam nilai emosional dan udah jadi kayak emoticon. Contoh kasusnya adalah saat teman kamu ngebatalin janji buat ketemuan sama kamu. Kalo kamu ngebalas “oke” doang tanpa tanda titik, doi bakal ngira kamu engga masalah. Sebaliknya, kalo kamu ngebalas pakai tanda titik alias “oke.”, doi malah bakal nyimpulin kalo kamu keberatan atau marah.

Menariknya, komentar Profesor Crystal ternyata sejalan dengan temuan dari sebuah riset yang diadain tahun lalu oleh para peneliti di Binghamton University. Riset tersebut nemuin bahwa pesan teks yang diakhirin dengan tanda titik bakal dinilai kurang tulus oleh para penerimanya.

Menggunakan tanda titik di pesan teks itu tidak diperlukan, jadi untuk membuat sesuatu yang implisit menjadi eksplisit merupakan poinnya. Hal tersebut seperti saat Anda mengucapkan, ‘Saya tidak pergi — titik’. Itu adalah tanda. Itu bisa jadi agresif dan tegas. Itu bisa berarti, ‘Tidak ada lagi yang akan saya katakan.’,” jelas ahli linguistik Geoffrey Nunberg pada kesempatan tersebut.

JSYK, Profesor Crystal sendiri udah ngabisin cukup banyak waktu buat berkeliling sekolah dan ngeanalisis pesan teks para siswa. Beliau pun ngamatin adanya penggunaan tanda baca yang berlebihan buat ngeekspresiin kegembiraan pada pesan teks dan pesan singkat.

Lah, gimana maksudnya tuh? Intinya, kalo kamu diajak jalan sama teman kamu terus kamu kegirangan sampai-sampai menuhin pesan kamu dengan tanda seru, itulah yang dimaksud sama Profesor Crystal. Dengan demikian, di saat tanda titik mulai ditinggalin orang-orang, tanda seru justru lebih banyak diminatin. (sds)

Comments

comments

Gabrielle Claresta
Eccentric daydreamer