Kamis, 28 Maret 2024

Genmuda – Kawan Muda yang punya mulut gak lulus lembaga sensor dan pasti disemprot KPI kalo masuk TV gak perlu berkecil hati. Riset nunjukin kalo orang “bermulut sampah” punya kemampuan bahasa yang tinggi.

Simpulan penelitian Kristin dan Timothy Jay dari Marist College itu membantah pemahaman orang awam yang menghubungkan mulut kasar dengan tingkat pendidikan rendah.

Penelitian dengan dua eksperimen

via narvii.com

Penelitian mereka dibuat dengan dua eksperimen. Pada eksperimen pertama, mereka ngumpulin 30 cewek dan 13 cowok kisaran usia 18 sampe 22 tahun. Masing-masing diminta melontarkan sebanyak mungkin kata-kata kotor selama 60 detik. Pada akhirnya, terkumpul 533 kata-kata kotor.

Lalu, para peserta diminta nyebutin sebanyak mungkin nama hewan selama 60 detik. Para peneliti itu menjadikan nama hewan sebagai dasar penilaian. Makin banyak jenis hewan yang disebut, makin tinggi kemampuan bahasa dia.

Setelah itu, semuanya diminta ngerjain ujian bahasa terstandardisasi (verbal influency test, VIT).

Pada eksperimen kedua, para peneliti ngumpulin responden baru yang terdiri dari 34 cewek dan 15 cowok usia 18 hingga 22 tahun. Beda dari eksperimen sebelum ini, mereka diminta nulis kata-kata kotor dan nama-nama hewan yang dimulai dari huruf A. Setelah itu, mereka ngerjain VIT juga.

Hasilnya gimana?

via tenor.com

Hasilnya, orang-orang yang banyak kosa kata kotornya peroleh nilai relatif lebih tinggi ketimbang orang dengan sedikit kata-kata kotor. “Hal itu menjadi indikator bahwa umpatan justru merupakan tanda kecakapan berbahasa daripada tanda kecacatan,” tulis para peneliti.

“Pembicara yang berkata kotor memahami betul isi dalam tiap kalimat yang diekspresikannya. Mereka pun paham waktu yang tepat untuk menggunakan hinaan tertentu,” tulis para peneliti.

Simpulan penelitian itu berlanjut, “Kemampuan menggunakan kata atau frasa yang tepat pada saat yang tepat itu ditunjukkan juga dalam tes mereka. Itu bukan merupakan tanda miskinnya kemampuan berbahasa.”

Kritik para peneliti

via imgur.com

Para peneliti secara lapang dada bilang kalo hasil eksperimen yang pastinya mengagetkan bagi para orangtua sopan di seluruh dunia itu belum bisa jadi patokan utama.

“Kami sadar bahwa peserta eksperimen itu masih terlalu sedikit untuk mewakili penduduk dunia. Harus ada penelitian lebih besar untuk memperoleh hasil lebih akurat,” kata mereka.

Yakin tuh risetnya beneran?

Berdasarkan penjelasan para peneliti, sangat logis untuk bilang bahwa pandai berkata kotor sama dengan pandai berbahasa. Contohnya ada pada puisi Chairil Anwar, berjudul “Sia-sia.”

Ini puisinya:

Penghabisan kali itu kau datang
Membawa kembang berkarang
Mawar merah dan melati putih
Darah dan suci
Kau tebarkan depanku
serta pandang yang memastikan: untukmu.

Lalu kita sama termangu
Saling bertanya: apakah ini?
Cinta? Kita berdua tak mengerti

Sehari itu kita bersama. Tak hampir-menghampiri

Ah! Hatiku yang tak mau memberi
Mampus kau dikoyak-koyak sepi.

“Mampus kau dikoyak-koyak sepi.”

(sds)

Comments

comments

Charisma Rahmat Pamungkas
Penulis ala-ala, jurnalis muda, sekaligus content writer yang mengubah segelas susu cokelat hangat menjadi artikel.