Kamis, 28 Maret 2024

Genmuda – Kawan Muda yang kemarin nonton “Venom” pasti tau dong kalo satu dari dua after-credit yang ditampilkan terdapat cuplikan dari film animasi “Spider-Man” terbaru? Nah, film “Spider-Man: Into the Spider-Verse” baru aja tayang mulai hari ini loh, Jumat (14/12) di Indonesia.

Pihak studio emang terbilang cukup berani beda dibandingkan studio animasi lainnya. Sony Pictures sengaja menampilkan gaya pop komik Marvel untuk digabungkan dalam berbagai adegan di film ini. Penasaran seperti apa reviewnya? Selengkapnya bisa kamu baca di bawah!

Cerita Spider-Man lintas dimensi

©Sony Pictures/2018

Seperti yang kamu tau Marvel emang doyan bikin komik superhero mereka dengan solo universe sendiri. Kasus serupa juga terjadi sama komik Spider-Man. Dalam komiknya diceritakan kalo Peter Parker bukanlah satu-satunya Spider-Man di dunia ini karena ada banyak ‘Spider-Man’ lainnya dari dimensi dan waktu yang berbeda.

Premis itulah yang berusaha digambarkan oleh tiga orang sutradara Bob Persichetti, Peter Ramsey, dan Rodney Rothman. Berawal dari naskah yang ditulis oleh Phil Lord dan Rodney Rothman film ini dibuka oleh narasi dari Peter Parker (Chris Pane) yang udah menjadi Spider-Man selama 20 tahun. Mulai dari jadi superhero, menikahi MJ (Zoe Kravitz), dan seterusnya mirip dengan trilogi Spider-Man versi Tobey Maguire.

Spider-Man inilah yang bertemu dengan Miles Morales (Shameik Moore) seorang anak SMA yang tanpa sengaja juga digigit oleh laba-laba. Maksud hati ingin berguru dengan Spider-Man, Peter Parker malah tewas saat Fisk (Liev Schreiber) membuka portal lintas dimensi. Ledakan portal tersebut lantas membuat berbagai dimensi menjadi gak stabil dan membuat lima Spider-Man lainnya masuk ke dimensi Miles.

Dari dimensi lainnya, ada Peter B Parker (Jake Johnson) Spider-Man 40 tahunan yang gagal menjadi suami buat MJ. Lalu Gwen Stacy (Hailee Steinfeld) si Spider-Gwen, Spider-Man Noir (Nicholas Cage), Spider-Hamm (John Mulaney), Peni Parker (Kimiko Gleen). Semua Spiderman lintas demensi ini pun berjuang buat mengembalikan kestabilan dimensi untuk kembali ke dunia mereka masing-masing.

Animasi anti-mainstream dan cerita yang padat

©Sony Pictures/2018
©Sony Pictures/2018

Salah satu alasan kenapa film ini menjadi lebih epik adalah keputusan Sony untuk memasukan semua elemen komik dalam film seperti balon kata, panel, sampai ‘onomatope’ efek suara komik ke dalam film. Konsep animasi yang ditawarkan emang agak-agak mirip dengan gaya game The Walking Dead tapi hal inilah yang bikin kita seperti sedang baca komik tapi dengan gambar yang bergerak.

Cerita yang dikasih ke penonton terbilang padat dan menghibur. Lewat konflik pencarian jati diri pada sosok Miles turut membangun pesan positif yang kayaknya hampir dialami oleh kita semua yaitu “hidup lo adalah pilihan lo”.

Sedangkan jokes maupun sindiran kepada semua film Spider-Man terdahulu rasanya pas banget buat penonton dewasa, apalagi kalo kamu fans berat Spider-Man.

Kesimpulannya

©Sony Pictures/2018

Berdasarkan review di atas penulis berpendapat bahwa film “Spider-Man: Into the Spider-Verse” layak banget menjadi salah satu film Spider-Man terbaik yang pernah digarap Sony Pictures. Bukan maksud lebay nih gengs, salah satu keunggulan adalah bagaimana filmnya mampu menggambarkan perjalanan lintas dimensi waktu yang ribet tapi dapat diterima secara nalar dan sederhana.

Kredit lebih juga layak Genmuda.com kasih karena film ini punya playlist yang asik di sepanjang film. Intinya sih kalo kamu suka sama superhero Marvel wajib banget nonton film ini. Sedangkan kalo kamu yang awam atau gak begitu suka film kartun, rasanya film ini gak bakal bikin kamu kecewa.

“Spider-Man: Into the Spider-Verse” juga menyimpan satu after credit-scene kocak dari Miguel, Spider-Man tahun 2099 yang malah nyasar ke meme ikonik ‘Spider-Man pointing the Spider-Man’ yang dirilis tahun 1967. Penasaran? Buruan deh kamu tonton filmnya di bioskop kesayangan kamu!

Our Score

Comments

comments

Saliki Dwi Saputra
Penulis dan tukang gambar.